Good day tapi bukan kopi

1.4K 204 31
                                    

Sejak pulang dari restoran Jepang tadi, Tzuyu hanya diam menatap ke arah jendela mobil dan tidak berbicara sepatah katapun pada Jihyo. Menoleh pun tidak. Jihyo yang ingin membuka pembicaraan jadi takut karena sikap Tzuyu. Tapi ia sadar, jika ia tidak memulainya Tzuyu akan tetap diam.

"Tzu...." Panggil Jihyo

"Hm?" Saut sang empunya nama tanpa berpindah posisi sedikit pun.

"Maaf" ucap Jihyo, membuat Tzuyu menoleh.  Ia sedikit kaget karena tidak berekspetasi sama sekali bahwa Jihyo akan minta maaf.

"Maaf bikin kamu nggak nyaman tadi" lanjut Jihyo. Tzuyu menggeleng tidak setuju dengan permintaan maaf tersebut. Biar bagaimanapun mendengar Jihyo minta maaf rasanya tidak pantas bagi Tzuyu. Kan semua ini gara-gara Yerin. Pokoknya Yerin.

"Jangan minta maaf. Tapi bolehin aku nyantet Yerin aja" kata Tzuyu. Jihyo melotot. Rasa takutnya hilang begitu saja tergantikan dengan rasa greget ingin mencubit bibir Tzuyu yang suka sembarangan bicara. Apa-apaan tiba-tiba main santet?

"Nah kan sekarang siapa yang ngomongnya nggak diayak?" Tanya Jihyo sewot. Tzuyu terkekeh. Melihat Jihyo kesal, amarahnya jadi hilang begitu saja.

"Dia ngeselin banget sih!" Balas Tzuyu  setelah selesai tertawa.

"Dia kating aku, lho! Lebih tua dari aku. Jadi ya harus dihargai dong!"

"Ya iya, tapi...genit banget. Ah tau ah pokoknya ngeselin!"

"Gitu-gitu dia banyak yang suka lho, Tzu. Primadona kampus"

"Bodo amat!" Sahut Tzuyu. Jihyo terkekeh. Nggak ada yang lebih imut daripada Tzuyu yang cemburu.

"Kenapa kating manggilnya nggak pake kak?" Tanya Tzuyu

"Kenapa kamu adik sepupu aku manggilnya nggak pake kak?" Balas Jihyo

Tzuyu mendengus "Aku kan pacarmu juga!"

"Hahaha gitu yaa?" 

"Ngeselin banget masih dipertanyakan!" Tzuyu menggerutu lagi. "Gara-gara Yerin nih! Udah jangan bahas dia lagi!"

"Hahaha iya iya" jawab Jihyo. Lalu mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan obrolan-obrolan ringan.

"Hyo, cita-cita aku itu mau nyupirin pacar aku keliling-keliling Jogja, lho!" Ucap Tzuyu. Ia masih berusaha membujuk Jihyo mengenai masalah yang tadi pagi. Siapa tau dengan bahasa begitu Jihyo luluh dan mengizinkannya mengendarai mobil sekarang.

"Hahaha, cita-cita yang mulia tuh! Kamu daftar aja jadi supir grab biar cepet tercapai!"

Dan Tzuyu juga masih saja gagal. Benar-benar nih si Jihyo ini, teguh sekali pendiriannya.

*****

"Kenapa kita ke hutan?" Tanya Tzuyu saat Jihyo baru saja selesai parkir lalu menarik rem tangan mobilnya. Jihyo terkekeh pelan mendengar pertanyaan Tzuyu.

"Hutannya kan nggak hutan banget juga nih!" Jawab Jihyo. Ia memang sengaja membawa Tzuyu ke sini, ke tempat favoritnya yang ingin sekali ia kunjungi bersama Tzuyu.

"Ini tempat wisata?" Tanya Tzuyu seraya merapihkan anak rambutnya lalu keluar dari mobil, menyusul Jihyo. 

"Iya, hutan pinus mangunan" jawab Jihyo seraya mengunci mobil dan melangkah menuju loket pembelian tiket bersama Tzuyu. "Sebentar, aku beli tiket dulu" pamit Jihyo.

"Iya" ucap Tzuyu dan berdiri di belakang Jihyo.

"Selamat siang mbak, untuk berapa orang?" Tanya sang penjaga loket dengan senyuman ramah. Jihyo membalas senyum itu tak kalah ramah.

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now