Packing

1.5K 239 38
                                    

Tzuyu memasuki kafe milik keluarga Sana dengan langkah santai. Setelah itu ia melirik ke sekitar untuk mencari seseorang. Begitu bayangan orang itu sudah terlihat, ia mengeratkan jaketnya dan menghampiri orang itu.

"Elkie"

"Hai" sapa Elkie sambil tersenyum. Setelah itu ia menyuruh Tzuyu untuk duduk.

"Lo udah lama nunggu?" Tanya Tzuyu.

"Belum kok" jawab Elkie.

"Sorry telat" ucap Tzuyu. Elkie tersenyum kemudian mengangguk.

"Santai aja"

"Lo udah pesen makan atau minum?" Tanya Tzuyu, Elkie menggeleng. Kemudian Tzuyu dengan sigap memanggil pelayan. Mereka berdua memesan makanan dan minuman. Setelah itu suasana mendadak hening.

"Ehm Elkie" Tzuyu berdehem. Elkie menatap Tzuyu penuh tanya.

"Ada yang mau gue omongin"

****

Jihyo menutup resleting koper kecilnya. Ia baru saja selesai berkemas karena besok akan berangkat ke rumah eyang. Mina dan Momo juga ikut pulang ke rumah masing-masing. Jihyo menghela napas kemudian duduk di kursi belajarnya.

Jihyo mengambil sebuah kertas yang telah terlipat rapi dari laci meja. Setelah menemukannya ia tersenyum. Kertas ini adalah puisi Tzuyu yang ia temukan di bawah ranjang saat sepupunya itu sudah pulang. Waktu itu ia sedang menyapu dan tak sengaja menemukan kertas ini.

Sebenarnya Jihyo sudah pernah membaca puisi ini. Atau bisa dibilang sering. Terlebih saat ia sedang merindukan Tzuyu.

Baru saja Jihyo ingin membuka kertas tersebut, ponselnya malah bergetar.

Tzuyu: Hai, udah selesai packingnya?

Panjang umur. Jihyo tersenyum dan segera membalasnya.

Jihyo: Udah nih

Tzuyu: udah mau tidur belum? Kalo udah gue video call

Memang sudah jadi kebiasaan tiap malam sebelum tidur mereka melakukan panggilan video. Menceritakan semua kegiatan yang mereka lakukan hari ini. Atau hanya sekedar bercanda dan saling mengejek.

Jihyo: aku cuci muka dan sikat gigi dulu yaa

Jihyo segera mengunci layar ponselnya dan meletakkan kertas itu ke dalam dompet. Ia bergegas ke kamar mandi dan melaksanakan rutinitas malam harinya sebelum tidur. Setelah selesai, ia kembali ke kasur dan langsung mencari posisi nyaman.

Jihyo: udah nih

Tzuyu is calling....

"Hai" sapa Tzuyu

"Hai" balas Jihyo dengan suara kikuk. Meskipun ini bukan pertama kalinya mereka melakukan panggilan video, tapi Jihyo tetap merasa gugup.

"Cantik banget sih hari ini" ucap Tzuyu. Jihyo mengerutkan alisnya. Pipinya memerah menahan senyum. Ia heran mengapa Tzuyu tiba-tiba memujinya.

"Apaan sih!" Jihyo salah tingkah.

"Serius ini" ucap Tzuyu penuh penekanan. Ia gemas sendiri karena melihat ekspresi Jihyo dan pipinya yang gembil itu memerah.

"Udah deh jangan nggak jelas!" Gerutu Jihyo. Tzuyu terkekeh pelan dan merutuki diri sendiri dalam hati. Bisa-bisanya ia bicara seperti itu hingga menyebabkan Jihyo jadi terlihat sangat menggemaskan. Dadanya jadi berdegup kencang hanya karena melihat Jihyo.

"Ngomong-ngomong besok berangkat jam berapa?" Tanya Tzuyu, mengalihkan pembicaraan karena ia sudah tidak kuat melihat Jihyo yang begitu menggemaskan.

"Ehm... Jam tujuh mungkin. Habis sarapan langsung berangkat deh" Jawab Jihyo. Tzuyu memang tau ia akan berangkat ke rumah eyang besok, Jihyo sudah memberi tahunya saat mereka berkirim pesan tadi siang.

"Oh iya, hati-hati ya, kalo ngantuk berenti dulu" saran Tzuyu.

"Kan cuma sejam kalo nggak macet" balas Jihyo

"Oh iya kan deket ya, lupa" Tzuyu menepuk dahinya sendiri. Jihyo terkekeh melihatnya.

"Jadi bagi raportnya seminggu lagi?" Tanya Jihyo. Tzuyu mengangguk.

"Seminggu ini class meeting" Tzuyu bercerita

"Oh... Kamu ikut lomba apa?"

"Lomba makan kerupuk"

"Eh emang ada?" Heran Jihyo

"Ya nggak ada lah" Tzuyu terkekeh. Jihyo mendengus kesal.

"Nggak jelas ih!" Seru Jihyo

"Nggak jelas juga setiap malem mau aja gue telfon" sindir Tzuyu. Jihyo menatap Tzuyu dengan pandangan kesal. Walaupun sebenarnya hatinya tersenyum.

"Ya udah besok nggak aku angkat lagi" ancam Jihyo

"Kan emang lo nggak ada sinyal kalo nggak di gazebo besok" ejek Tzuyu. Jihyo cemberut. Niatnya mengancam malah disetujui. Tzuyu memang paling pintar membalikan omongan orang. Singkatnya, Tzuyu orang yang pintar berdebat. 

"Eh jangan cemberut gitu" ucap Tzuyu, Jihyo diam saja tak menghiraukan.

"Jangan ih" Jihyo masih diam dengan ekspresi yang sama.

"Hyo..." Lirih Tzuyu "Jangan cemberut dong!"

"Kamu sih ngeselin" balas Jihyo akhirnya. Tzuyu tersenyum singkat karena akhirnya di balas.

"Ya maaf, tapi jangan cemberut"

"Hm..." Jihyo berdehem bermaksud mengiyakan, dengan ekspresi masih sama, masih cemberut.

"Kok nggak nanya kenapa sih!" Keluh Tzuyu. Jihyo menghela napas panjang. Ia hampir saja lupa, kalau sedang bicara dengan anak SMA memang harus ekstra sabar.

"Kenapa emangnya?" Tanya Jihyo dengan sabar

"Yang lengkap dong nanyanya"

"Hhhh.... Kenapa aku nggak boleh cemberut, Tzuyu?" Tanya Jihyo dengan nada terpaksa. Tzuyu terkekeh mendengarnya. Ia merasa sangat menang dari Jihyo malam ini. Dengan senang hati Tzuyu menjawab:

"Soalnya gemesin banget, gue nggak kuat, pengen gue pacarin rasanya"

Blush.

Pipi Jihyo merah padam. Ia salah tingkah dan menyembunyikan sedikit wajahnya ke bantal. Jihyo tau Tzuyu hanya bercanda, tetapi jantungnya tetap saja berdegup kencang. Jihyo berusaha meredakan perasaannya sendiri.

"Apaan sih!"

"Hahahaha" Tzuyu hanya tertawa

"Nggak jelas deh ih"

"Hahahaha" Tzuyu masih tertawa.

"Diem nggak!" Seru Jihyo. Akhirnya Tzuyu diam. Akan tetapi sedetik kemudian malah berseru:

"Cie pipinya merah"

"Tzuyu!!"

"Hahaha"

Tbc
___________
17-08-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now