Kepergok

1.5K 217 62
                                    

Tzuyu POV

Setelah selesai mandi, aku keluar dari kamar Jihyo dan berjalan menuju dapur. Hatiku harap-harap cemas takut kalau tiba-tiba bertemu Michelle di tengah jalan. Tapi semoga saja tidak.

Dan semoga saja Michelle tidak punya teman lain yang sejenis dirinya di rumah ini.

"Hey!" Panggil Jihyo. Ia duduk di kursi makan dengan makanan yang sudah ada di hadapannya. Rambutnya basah, wajahnya segar, bajunya kebesaran, dan bibirnya merah merekah. Kenapa Jihyo selalu begitu menggairahkan dengan pakaian kasual seperti ini? Astaga pikiranku! Ini masih pagi lho!

"Hey!" Ku balas, kemudian aku ikut duduk di sebelah Jihyo. Dia menyiapkan makanan. Aku asik memperhatikan dirinya.

"Mana yang katanya kangen?" Ku tanya. Dia melirikku sekilas kemudian melanjutkan kegiatannya menyiapkan makanan untukku dan dirinya. Setelah itu ia memberiku mangkuk yang sudah berisi bubur ayam.

"Ini yang kangen!" Ucap Jihyo seraya menunjuk diriku dengan dagunya.

"Lho ini nggak?" Kutanya sambil menoel pipinya. Lembut dan gembil. Ah gemasnya.

"Nggak!" Balas dia dengan kepala menggeleng. Ya Tuhan, dia umur berapa? Kenapa imut hanya dengan menggeleng begitu?

"Padahal ada yang bilang mau dicium!" Kuejek Jihyo lagi. Dia melotot. Aku terkekeh. Melototpun makin imut.

"Udah ah ayo makan aja!" Ucapnya. Huh mengalihkan pembicaraan. Kami pun makan dengan canggung. Rasanya grogi sekali jika hanya berduaan begini. Namun juga menyenangkan disaat bersamaan. Bagaimana tidak grogi? Sudah enam bulan kami tidak bertemu. 

Apa seperti ini gambaran masa depan kami? Berduaan dan sarapan pagi di rumah sementara anak kami masih belum bangun. Oh terlalu jauh kah aku menghayal? Mari jangan membahas masa depan karena masa depan itu tidak pasti.

"Kok kamu nggak diaduk?" Tanyaku sambil mengaduk bubur. Jihyo menggeleng. Dia nggak suka bubur diaduk rupanya. Wah kita beda tim.

Setelah cukup lama kami makan seraya mengobrol-ngobrol kecil tentang rumahnya dan tentang orang-orang di rumah ini, tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, dan muncullah seorang Momo dengan wajah kagetnya.

"Lho udah ada si kupret?" Tanya Momo, membuatku ingin menarik bibir nyinyirnya itu.

"Apalo!"

"Santai! Orang tuh kalo baru dateng nyapa, nanyain kabar, ini malah apalo!"

"Ya elo aja langsung manggil gue kupret!"

"Udah ayo makan aja!" Ucap Jihyo melerai kami. Jihyo menyodorkan bubur yang belum dibuka kepada Momo. Momo menyiapkan makanannya sendiri. Hahaha kasian. Makanya punya pacar cantik perhatian dan baik kayak pacarku dong! Dasar jomblo!

"Udah selesai responsi?" Tanya Jihyo. Momo mengangguk, pertanda bahwa sudah selesai. Lalu Jihyo bertanya lagi "Gimana tadi?"

"Lancar dong! Yang besok diganti nanti sore. Besok udah kosong deh!" Momo bercerita. Jihyo mengangguk-angguk.

"Hey!" Suara Mina terdengar. Ia ikut bergabung bersama kami. Jihyo memberikan bungkusan lain pada Mina dan ia menerimanya dengan senang hati.

"Bubur di perempatan?" Tanya Mina, Jihyo mengangguk. Ku perhatikan semua orang di sini makan bubur dengan cara diaduk kecuali Jihyo. Beda sendiri dia. Kok bisa ya? Walaupun sebenarnya nggak penting sekali aku memikirkan hal ini.

"Tzuyu tidur kamar depan?" Tanya Momo. Jihyo menggeleng lalu menjawab:

"Di kamarku dia"

"Lho ngapain nempel mulu sama Jihyo? Clingy amat!" Astaga ngeselinnya. Momo memang nggak pernah mau akur kah denganku?

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now