Disappointed

1.3K 193 102
                                    

Kuatkan hati sebelum membaca teman-teman!

*****

Jihyo POV

Sekarang pukul 4 pagi. Aku duduk di dekat jendela sembari menyesap teh hangat yang kubuat sendiri. Hujan salju sudah berhenti, namun kota Berlin masih saja dingin. Ya, akhir November.

Ku lirik tumpukan-tumpukan kertas yang di corat-coret di atas meja dengan beberapa gulungan kertas di sekitarnya. Ada juga laptop beserta printer yang kabelnya sangat ruwet. Ingin kuberesi takut sang empunya marah, namun melihatnya dari jarak dekat begini membuatku benar-benar pusing.

Chou Tzuyu kekasihku ini sedang melakukan tugas akhir. Tiap malam dia pulang marah-marah tidak jelas lalu akhirnya menangis dipelukanku. Aku kasian, tapi biarlah, itu proses pendewasaan. Tugas akhir bukanlah sekedar tugas, namun juga bentuk pencarian jati diri yang sesungguhnya.

Dia masih tidur. Mungkin pukul 7 baru bangun untuk sarapan, cuci muka, sikat gigi dan berangkat lagi menuju kampus. Sudah beberapa bulan ini hidupnya terus begitu. Sementara aku di sini sudah mantap, mendapat pekerjaan yang layak, berangkat pukul 8 dan pulang pukul 6 sore. Begitu seterusnya. Tahun depan aku berencana untuk melanjutkan studi strata duaku di kampus yang sama dengan Tzuyu. Semoga tidak ada halangan.

Ah ya, aku belum bercerita bahwa hubunganku dan Tzuyu sampai sekarang masih aman. Tidak ada yang tau kecuali teman dekat kami. Keluarga kami hanya tau bahwa aku dan Tzuyu tinggal bersama karena profesi kami yang kebetulan berlokasi di kota dan negara yang sama. Padahal mana mungkin ada kebetulan yang semacam itu. Kami berdua memang merancang ini 4 tahun yang lalu, saat ia baru saja mendapat pengumuman hasil tes UTBK yang ternyata gagal itu.

"Sayang, kamu di sana?" Itu suara serak kekasihku yang masih dalam proses mengumpulkan nyawa. Aku terkekeh dan meletakkan cangkir yang ku pegang ke meja sebelah ketika melihat dia berjalan dengan selimut tebal yang menyelimuti tubuhnya. Dia masih Tzuyu yang sama, Tzuyu yang berbadan besar namun juga manja dan menggemaskan. Persis seperti Tzuyu si anak SMA yang kutemui 4 tahun setengah yang lalu.

"Ini kan Sabtu, kenapa bangun pagi?" Merasa tidak ada jawaban, ia semakin mendekat. Kini ia duduk di sofa panjang yang berjarak 5 meter dari tempatku duduk. Aku terkekeh, lalu berdiri dan berpindah tempat, menghampirinya.

"Aku mau kelonan lagi!" Dia merebahkan dirinya lalu menarik badanku ke dalam pelukannya, setelah itu membungkus tubuh kami berdua dengan selimut yang ia bawa.

"Sayang, kamu yakin mau bobo di sini? Kan sempit?" Aku akhirnya bersuara. Dia malah semakin menarikku, menghirup aroma rambutku yang katanya selalu menjadi favoritnya, padahal kita berdua pakai sampo yang sama.

"Nggak papa sempit-sempitan, biar anget!" Ucap Tzuyu. Membuatku terkekeh. Aku mendongak, menikmati wajah ngantuk Tzuyu yang sangat cantik. Dia kalau tidur begini terlihat polos dan tidak berdosa, tapi kalau sudah segar akan sangat menyebalkan dan kadang sulit dihadapi, apalagi di ranjang. Huh.

"Ya udah ayo bobo lagi!" Bisikku pelan. Dia mengangguk lemas. Ku kecup bibirnya sekilas dan membisikkan kata-kata penghantar tidur untuknya.

"Selamat tidur Chou Tzuyu, sayangnya aku!"

****

"Tzuyu my love!" Aku mendesah di bawah kungkungan Tzuyu. Dia selalu saja membuatku mabuk kepayang.

Ini malam Minggu dan kami tidak keluar sama sekali. Aku tak tau pasti ini masih malam minggu atau sudah minggu pagi karena Tzuyu memilih menghabiskan waktu bersamaku semalaman.

"Tzuyu, I love you" ucapku di sela-sela desahan dan lenguhan kami berdua. Tzuyu bergerak semakin liar. Matanya terus menatap mataku. Aku selalu suka kontak mata kita berdua saat sedang begini, terasa dalam dan penuh cinta, membuatku frustrasi dan senang kala saling menatap. Lalu kami ambruk, dia mengelap seluruh keringat di wajahku lalu mengecup dahiku, pipiku, dan bibirku penuh kasih sayang.

"I love you more Jihyo! More than world!"

****

Paginya aku bangun dengan dia yang sudah tersenyum jahil ke arahku. "Morning sunshine!" Dia mengecup bibirku lembut, membuat jantungku kembali berdegup kencang dengan nyawa yang masih belum mengumpul.

"Morning too Tzuyunya Jihyo!" Balasku. Dia terkekeh lalu meremas kedua pipiku lembut. Membuatku lagi-lagi semakin jatuh cinta padanya.

"Ayo bangun!" Kataku seraya memakai kaos kebesaran dan celana pendekku asal. Rambut ku gulung ke atas tidak beraturan, membuat jejak-jejak biru yang Tzuyu tinggalkan di sekitar leher terlihat jelas.

"Duluan, aku nyusul!" Kata Tzuyu seraya memakai kaosnya juga.

Aku melangkah keluar kamar dengan senang hati. Hatiku selalu berbunga-bunga tiap kali habis bercinta dengan Tzuyu. Kubuka pintu kamar dan terkejut ketika melihat papa dan mama Tzuyu tiba-tiba sudah duduk di sofa.

"Oh, kau sudah bangun, Jihyo?" Aku tersentak. Tzuyu di belakangku menyusul dan berhenti berjalan juga "Rupanya dua-duanya sudah bangun. Kemarilah nak, kami ingin bicara!"

****

Atmosefer ruangan terasa mencekik. Aku duduk bersama mama Tzuyu sementara Tzuyu berdiri di hadapan papanya yang tengah menahan emosi.

"Sudah berapa lama kalian berhubungan?" Tanya Papa Tzuyu dengan emosi teredam. Tzuyu diam saja tak bergeming. Pun aku melakukan hal yang sama di sini.

"SUDAH BERAPA LAMA KALIAN BERHUBUNGAN?" Om Jackson mengulang lagi. Tenggorokanku semakin tercekat. Kini ia malah mendekat ke arah anak perempuannya.

"Tzuyu kau bisa dengan hebat membuat Jihyo mendesah tetapi kenapa pertanyaan begini malah nggak bisa menjawab?" Ini memalukan. Kata-kata om Jackson benar-benar memalukan.

"Ku tanya sekali lagi, SUDAH BERAPA LAMA?"

"Empat tahun!"

PLAK

Tamparan keras mendarat ke pipi kiri Tzuyu. Aku tersentak. Rasanya begitu menyakitkan melihat orang yang paling aku sayang di tampar begitu keras oleh papanya sendiri.

Tzuyu mendongakan wajahnya, lalu malah dengan berani menatap om Jackson "Aku mencintainya!"

PLAK

Tamparan kedua. Hatiku benar-benar ngilu.

"ANAK SETAN KAMU? KALIAN BERSAUDARA! KALIAN SAMA-SAMA PEREMPUAN!"

"Ini cinta pa!" Ku mohon Tzuyu berhenti menjawab.

PLAK

Tamparan ketiga.

"Itu dosa, biadab!" Hatiku benar-benar sakit. Ingin ku tarik Tzuyu dan bilang berhenti menjawab, tapi yang kulakukan hanyalah diam dan menangis di tempat.

"Kau juga Jihyo!" Om Jackson beralih ke arahku "Ku kira kau orang yang berpendidikan, ternyata tidak juga!"

Oh Tuhan, jiwa dan ragaku seolah benar-benar hancur mendengar kata-kata itu keluar dari mulut adik mamaku sendiri. Aku tau dia tidak setuju tetapi tidak bisakah respect pada anak dan keponakannya ini?

"Wendy, lebih baik kita keluar sebelum aku membunuh anakmu!" Om Jackson melangkah keluar, tante Wendy mengelus bahuku lembut lalu berbisik.

"Kalian membuat kami kecewa nak!"

"Maafkan kami tante!" Ucapku lirih. Tante Wendy hanya menghela napas lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Pulang lah ke Indonesia Jihyo, papa mu sudah menjodohkan mu dengan seseorang!"

Dan detik itu juga tangisku pecah seiring Tzuyu yang ambruk dan ikut menangis juga. Kami hancur. Hati, jiwa, perasaan, pikiran dan hubungan kami, semuanya hancur tak tertolong.

___________
12-12-2020

Sabar teman-teman, nanti ada penjelasannya

My Dearest Cousin (Jitzu)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt