Pulang

1.2K 214 77
                                    

Tzuyu POV

"Jihyo" ku panggil Jihyo yang sedang sibuk dengan laptopnya. Tadi mendadak ia bilang ada meeting dengan ukm, akhirnya aku melanjutkan mabar among us bersama temanku sendirian.

"Iya?" Jawab Jihyo seraya menoleh sebentar ke arahku.

"Belum selesai meetingnya?" Ku tanya.

"Udah" jawab Jihyo. Ia terlihat menutup laptopnya kemudian hendak berjalan keluar kamar.

"Aku ngunci pintu dan nutup gorden dulu ya, kamu mandi aja duluan!" Pamit Jihyo. Aku mengangguk. Singkat cerita kami sekarang sudah selesai mandi dan sedang makan malam. Entah kenapa Jihyo terlihat tidak napsu makan.

Di luar sepertinya hujan, rintik air mulai terdengar. Jihyo membereskan bekas makan kami, aku di sebelahnya membantu mengelap dan meletakkan ke tempat yang semestinya.

"Tzu ke kamar aja yuk!" Ajak Jihyo

"Langsung? Nggak nonton dulu? Kita habis makan lho"

"I hear their voice" bisik Jihyo.

O ow.

Okay, time to go to the bed room.

Hujan turun semakin deras. Aku dan Jihyo sikat gigi lalu naik ke atas kasur. Wajahnya terlihat khawatir. Langsung ku tarik ia ke dalam pelukanku. Dia meringsek masuk dan mencari tempat ternyamannya. Kuelus-elus punggung Jihyo sampai napasnya berubah teratur. Dia tertidur.

Tengah malam Jihyo terbangun. Ia berkeringat dan melepaskan diri dariku. Aku ikut bangun. Napasnya memburu. Ada apa?

"Jihyo?" Ku panggil

"Tzuyu..." balasnya.

"Ada apa?" Kutanya. Dia menggeleng lalu menangis. Oh Tuhan, dia kenapa lagi? Ini soal orang tuanya kah?

"Can you please just hug me tight?" Ucap Jihyo di sela-sela tangisnya. Aku langsung memeluknya erat. Membawanya ke dalam pelukan yang sangat nyaman. Meskipun dari dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat tidak nyaman. Jihyo kenapa lagi?

****

Hari sudah pagi. Atau mungkin siang. Jihyo tidak ada di sebelahku dan rasanya kepala ini begitu berat. Tidurku semalam tidak nyenyak. Pikiranku kemana-mana.

Aku membersihkan diri sebentar sebelum memutuskan untuk keluar kamar. Ku cari Jihyo. Dia tidak ada dimana-mana. Di dapur, di belakang rumah, di teras rumah. Jihyo tidak ada. Aku bingung harus mencarinya di mana lagi.

Lalu aku duduk di ruang tengah. Tidak lama dia muncul, dengan penampilan rapih serta masker di wajahnya. Dia tampak membawa banyak kantung plastik yang sepertinya berisi bahan makanan. Aku langsung membantunya.

"Hey, dari mana?" Kutanya seraya meletakkan plastik-plastik di tanganku ke atas counter dapur. Di tak menjawab. Aku bingung.

"Jihyo, kenapa?" Tanyaku lagi. Dia menghentikan aktivitasnya lalu melepas maskernya, menatapku tajam. Aku bingung harus bagaimana. Apa dia marah?

"Ada apa?" Tanyaku sekali lagi. Dia menghela napas.

"Nggak papa ada sesuatu yang ganggu aja semalem" ucap Jihyo seraya menunduk, menghindari tatapanku.

"Semacam firasat?" Kutanya dengan hati-hati. Dia diam saja.

"Apa ini.... Eum....Ada hubungannya sama kita?"

"Nggak ada"

"Terus?"

"Forget about it. Ayo sarapan aja!"

Jihyo nggak biasanya menyimpan sesuatu. Maksudku meskipun awalnya menyimpan sesuatu, pada akhirnya dia akan mengungkapkannya. Tapi mungkin hal itu memang tidak penting. Jadi lebih baik kita lupakan saja lalu kita sarapan.

****

Setelah hari dimana Jihyo menjadi agak aneh itu, aku pulang karena Mama memintaku pulang. Jihyo mengantarkanku ke bandara sendirian. Sebenarnya aku ingin menemaninya sampai libur kami habis, tapi mau bagaimana lagi, Mama sudah memintaku pulang.

"Kamu nggak mau ikut aku aja?" Kutanya. Jihyo menggeleng.

"Kenapa?" Kutanya lagi.

"Nggak papa. Salam aja ya buat Mama dan Papa. Salam juga buat Dahyun, Chaeyoung dan Sana!"

"Iya, nanti kalo ada waktu aku ke sini lagi" ucapku. Jihyo diam saja. Lalu kupeluk dia.

"I love you Tzuyu!" Bisik Jihyo. Jantungku berdegup kencang. Ini kali pertama dia bilang sayang duluan. "Terima kasih untuk semuanya!"

Jihyo menitihkan air mata. Apa seberat itu berpisah denganku? Padahal biasanya dia nggak begini. Aku langsung menghapus air matanya dan memeluknya lagi.

"I love you more, Jihyo!"

Setelah mengucapkan selamat jalan, aku check in dan masuk ke gate. Jihyo melambaikan tangannya.

"Dibacanya di atas aja!" Teriak Jihyo.

"Apanya?" Tanyaku, setengah berteriak juga.

"Yang dikantong!" Balas Jihyo. Aku merogoh kantung sebentar lalu mengangguk dan berjalan semakin menjauh. Ternyata dia memberiku surat sewaktu memelukku tadi. Jihyo terus melambaikan tangannya seolah itu adalah pertemuan kita yang terakhir kali. Padahal tidak kan?

****

Mode pesawat sudah kuaktifkan di ponsel, panggilan penumpang pesawat yang kunaiki sudah terdengar. Aku langsung mempercepat langkahku menuju pintu masuk pesawat. Setelah masuk, ransel yang tadi kugendong ku letakkan di dashboard yang ada di atas kepala.

Bel tanda penerbangan berdering. Pramugari mempraktekan cara memakai sabuk pengaman dengan benar. Aku memakainya, lalu buru-buru merogoh saku jaketku. Membacanya dengan hati-hati dengan jantung yang berdegup kencang.

Hai Tzuyu, selamat pagi dan selamat jalan. Sekarang pasti kamu sedang di pesawat kan? Aku tau kamu anak baik jadi pasti akan membacanya sesuai dengan perintahku.

Selamat karena sudah melaksanakan UTBK dengan baik. Aku bersyukur banget punya pacar yang selalu mau berusaha dan nggak gampang menyerah.

Aku juga mau bilang terima kasih karena udah datang ke sini, kamu benar-benar mengobati rinduku. Geli ya? Pasti kamu geli bayangin aku ngomong gini. Tapi aku memang beneran sayang sama kamu sih.

Jadi, ada yang mau aku omongin. Seharusnya aku bisa ngomongin ini secara langsung sama kamu, tapi aku nggak sanggup. Aku sayang kamu, lebih dari apapun. Jadi aku nggak akan kuat lihat ekspresi kamu. Aku pun nggak tau aku bakalan gimana.

Kita udahan aja ya, Tzu.

Aku sayang kamu tapi kamu sepupuku dan kita sama-sama perempuan.

Aku tau kita nggak akan pernah bisa bersama. Jadi lebih baik kita udahan sekarang daripada nantinya semakin sakit.

Terima kasih untuk beberapa bulan ini.

Kuliah yang bener nanti, jangan suka bolos, jangan suka emosian. Aku sayang kamu. Sayang banget. Sampai ketemu natal nanti di rumah eyang.

I love you my dearest cousin.

Detik itu juga, jantungku seperti berhenti berdetak. Ini aku baru saja...diputusin?

___________
10-12-2020

My Dearest Cousin (Jitzu)Where stories live. Discover now