Jelly Jelly

1.5K 207 70
                                    

Jihyo POV

Aku membuka mata dan pemandangan yang pertama kali kulihat adalah Tzuyu. Dia cantik dan sempurna. Aku masih nggak percaya dia milikku. Aku juga masih nggak percaya di ada di sini dan memelukku semalaman. Kulepaskan diriku dan duduk untuk meregangkan otot sebentar. Lalu tidak lama terdengar suara ponsel berdenting. Ponsel Tzuyu.

Aku tau melihat layar ponsel orang lain itu tidak sopan tapi aku penasaran. Maksudku kami selama ini berjauhan dan sebagai seorang perempuan aku sedikit khawatir. Khawatir karena yang kumiliki ini terlalu sempurna.

Begitu ku lihat layarnya yang masih menyala, bukan notifikasi ponselnya yang membuatku kaget, isinya hanya pemberitahuan like dan live di instagram, tetapi wallpaper layar ponselnya. Wallpapernya itu sebuah foto karikatur seorang perempuan dan meski samar aku tau itu... Elkie.

Aku terdiam, mencoba mencerna semuanya. Selama ini Elkie masih menjadi seseorang yang lebih di hatinya? Memang kenangan tidak ada yang bisa dihapus. Aku paham dan tak bisa menyalahkan Tzuyu. Toh Elkie datang lebih dulu ke kehidupannya. Tapi rasanya begitu aneh. Ada gejolak dalam diriku yang mendadak membuncah, ingin dikeluarkan. Entah sedih atau kecewa dengan diri sendiri aku juga tak bisa membedakannya. Aku tak tau harus bagaimana. Layar ponselnya pun sudah kembali menghitam sementara aku masih mematung di sini.

Aku tau ini bukan masalah besar tapi rasanya aneh ketika hanya dari layar yang terkunci saja aku mulai bisa menyimpulkan suatu hal. Apakah jika kunci passcode ponsel itu dibuka akan lebih banyak hal-hal lain yang tidak kuketahui terungkap? Atau ini hanya stigma seorang perempuan yang sedang merasa tidak percaya diri saja?

Aku selalu percaya diri dalam melakukan sesuatu, namun sepertinya untuk urusan hubungan sedikit berbeda. Maksudku jika dibandingkan dengan Elkie aku tidak ada apa-apanya. Yah mungkin ini memang hanya pemikiranku saja tapi Elkie memang cantik. Sangat cantik. Aku tidak ada seper-per nya sekalipun.

Lalu sekarang aku harus apa? Aku sungguh tak ingin mempermasalahkan hal ini. Apalagi ini adalah pertama kalinya kita bersama lagi setelah berbulan-bulan berjauhan. Tapi ini sungguh mengganjal. Rasanya tak nyaman. Kalau kuungkapkan aku tak yakin Tzuyu akan terima karena di sini posisinya aku yang lancang telah melirik layar ponselnya. Aku yang tak sopan. Di tambah aku sangat buruk dalam hal mengekspresikan sesuatu. Gimana kalau aku menangis? Gimana kalau Tzuyu marah? Aku benar-benar takut kalau dia marah seperti saat bertemu Yerin dulu.  Kurasa juga aku belum siap mendengar kenyataan yang sebenarnya terjadi.

Sepertinya lebih baik aku pura-pura tidak melihatnya dan meyakinkan diriku sendiri bahwa aku bisa menyimpan gejolak aneh ini sendirian.

****

Paginya aku dan Tzuyu sarapan dengan normal. Ada Mina dan Momo juga yang menemani. Setelah itu aku ada rapat UKM online yang mengharuskanku sibuk di depan layar laptop. Ini menguntungkan untukku karena tidak harus berlama-lama interaksi dengan Tzuyu. Dia akhirnya sibuk belajar. Kami melewati makan siang karena terlalu sibuk dan tak terasa hari sudah sore.

Tok tok tok

"Hyo..." Itu suara Mina. Aku meninggalkan laptopku sebentar sebelum akhirnya membuka pintu. Mina sudah rapih dengan jaket dan celana panjangnya. Di sebelahnya ada Momo yang sudah rapih juga. Aku sampai lupa mereka akan pulang. Mikir apa sih dari pagi?

"Eh udah mau berangkat?"

"Travelnya udah di depan malah!"

Aku terkejut dan langsung mengantarkan Mina dan Momo ke bawah. Tzuyu juga ikut. Kami melambaikan tangan seiring bayangan mobil yang mengangkut mereka semakin menjauh. Oh tidak sekarang tinggal aku dan Tzuyu berdua. Seharusnya ini menyenangkan. Tetapi sekarang malah terasa menyesakkan.

My Dearest Cousin (Jitzu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang