17| Di Bawah Hujan

342 206 61
                                    

✳ ✳ ✳

"Sejak kapan lo punya anak? Suami nya siapa?"

Mei menatap orang itu datar, rasa nya malas hanya untuk menjawab pertanyaan tidak penting itu.

"Sejak saat ini, kemaren aja gue baru ngelahirin nih dua anak,"

"Oh iya, suami gue lagi di luar negeri, biasa bangun 15 perusahaan," jawab Mei santai.

Cio menggeleng kan kepala nya heran melihat tingkah pacar nya itu, "Hei, orang tua kalian kemana?" tanya Cio berjongkok di depan Oji dan Moci.

Moci mengerjapkan mata nya dua kali, "Om ganteng, om mau gak jadi Daddy nya Moci?" tanya nya polos.

Mei menganga mendengar pertanyaan dari Moci, sedang kan Cio tersenyum tipis, "Om masih sekolah sayang, sekarang jawab ya orang tua kalian kemana?" tanya Cio sabar.

Mei menatap Cio sinis, pencitraan banget lo Sacimol, pasti biar gue terpesona dengan perhatian lo, ih ogah, batin Mei berpikir negatif.

Melihat Moci yang hanya diam menatap Cio, Oji pun menjawab, "Bunda aku sama bunda nya Moci lagi alisan om, kita beldua di suluh main dulu di sini."

Cio mengangguk paham, "Mau ikut om gak? Om beliin ice cream loh," tawar Cio berbaik hati.

Baru saja Moci ingin mengangguk tetapi sudah di sela oleh Oji, "Gk pellu om makasih, kata bunda kita gak boleh ikut sama olang yang gak di kenal," jawab nya jujur, Moci pun hanya ikut mengangguk.

Mei menatap kedua anak itu bangga, "Pinter banget sih, kamu bener kalian harus hati-hati sama orang yang gak dikenal,"

"Tapi om ini bukan orang jahat kok, dia temen Kak Mei," jelas Mei menenangkan mereka berdua.

Cio mengangguk menyetujukan, "Mau ya beli ice cream?" tawar nya sekali lagi, Mei pikir Cio lebih cocok menjadi tukang ice cream.

Moci dan Oji mengangguk antusias, "Mau om!"

"Yaudah yuk, kita ke kedai seberang," ajak Cio lalu menggandeng tangan Moci dan Mei menggandeng tangan Oji.

Mereka berempat berjalan menuju kedai beriringan. Banyak pasang mata yang menatapi mereka.

"Masih muda gitu udah punya dua anak, harus nya kan masih sekolah ya jeng," ujar salah satu ibu-ibu kepada teman nya dengan pelan.

"Tau tuh orang tua nya gimana," jawab teman ibu itu menyinyiri mereka.

"Mereka masih muda udah punya dua anak, beruntung banget ya pah mereka," kini yang berbicara seorang wanita paruh baya dengan menatap sendu ke arah Cio dan Mei yang sepertinya bersama suami nya.

"Ih amit-amit gue punya anak, kalo bapak nya itu lo," gerutu Mei kesal.

Cio menatap Mei malas, "Ntar dari amit-amit jadi amin-amin lagi," ketus nya menyindir.

"Gak bakalan!" elak nya cepat. Hei, rutukilah jantung nya Mei yang sekarang seolah sedang lari marathon hanya akibat ucapan nyeleneh dari seorang Cio.

"Terserah."

MEISHIE [OPEN PRE-ORDER]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon