30| Ngungsi

160 72 168
                                    

assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh!

yeyy alhamdulillah, aku bisa up lagi setelah sekian lama, kira² udah pada lupa belum yaaa🥰

HAPPY READINGG❀















─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Hari senin kembali hadir, kini Mei mulai bersekolah setelah di izinkan oleh kedua orang tua nya. Tubuh nya sudah cukup pulih, meskipun luka bakar di tubuh nya belum terlalu kering.

Akibat insiden kebakaran yang terjadi tepat di HSA membuat murid dan guru mengungsi ke sekolah lain, dikarenakan masih dalam tahap renovasi.

Entah kebetulan atau tidak, HSA memutuskan mengungsi di SMA Cahaya Negeri yang tak lain dan tak bukan adalah sekolah yang menjadi tempat Lian menuntut ilmu.

Kini lapangan upacara itu semakin terlihat padat lantaran bergabungnya murid HSA dengan SMA Cahaya Negeri.

"Jadi, Bapak harap kalian bisa menjaga sikap selama berada di sini," ucap lelaki berkepala 5 dengan tubuh gempal berkulit sawo matang, serta tak lupa dengan kacamata minus nya.

"dan tidak lupa saya berterimakasih kepada Bapak Dinarto Reziko selaku Kepala Sekolah SMA Cahaya Negeri karena telah mengizinkan kami menuntut ilmu di tempat ini untuk sementara, mohon bantuannya Bapak dan Ibu guru. Itu saja yang bisa Bapak sampaikan, kurang lebihnya mohon maaf wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh!" Para murid menghela nafas panjang, lega akhirnya upacara akan segera berakhir.

Siraman Rohani dan berbagai ucapan terimakasih yang Teguh Ariko berikan telah berakhir, ia selaku Kepala Sekolah HSA mewanti-wanti agar anak didiknya tidak berbuat ulah selama berada di sekolah tetangga.

Seluruh guru dan murid dibubarkan, begitu pula Mei bersama kedua sahabatnya.

"Mei, luka lo udah sembuh total?" tanya Nesya khawatir.

"Udah agak mendingan ko gue," jawab Mei tersenyum sekilas.

"Kalo luka lo belom sembuh banget, mendingan lo jangan masuk dulu. Luka lo tu bukan luka sembarangan Mei," ujar Nesya menasehati.

Kei mengangguk setuju, "Iya, daripada luka Mei jadi parah lagi, mendingan Mei izin dulu."

Mei tersenyum menenangkan, "Gue beneran udah gak papa, luka gue udah lumayan sembuh ko. Lagian, gue gak mau kalo kebanyakan izin nanti gue jadi ketinggalan materi."

Kei menepuk dahinya tak habis pikir, "Ya ampun, lagi luka aja Mei masih mikirin pelajaran."

Nesya menggelengkan kepalanya heran, "Emang beda titisan Albert Einstein."

Mei terkekeh seraya memukul bahu Nesya pelan, "Gue gak sepinter itu kali!"

"Mei?" Merasa di panggil, gadis itu menoleh.

"Sacimol?" Cio menghela nafasnya pasrah, lagi-lagi Mei memanggilnya Sacimol. Biar lah, mungkin Mei menganggap itu sebagai panggilan kesayangan untuknya.

"Kamu kok udah masuk, kan aku udah bilang istirahat dulu sampe luka kamu bener-bener pulih." Cio menata surai panjang milik Mei yang sedikit berantakan.

Mei mengerjapkan kedua matanya, speechless dengan perlakuan yang Cio berikan padanya.

Nesya menghela nafasnya lelah, pagi-pagi begini sudah melihat virus kebucinan Mei dan Cio.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MEISHIE [OPEN PRE-ORDER]Where stories live. Discover now