24| Kecewa

269 163 62
                                    

✳ ✳ ✳

Mei yang baru saja tiba di perpustakaan langsung membuka pintu perpus itu tanpa pikir panjang.

Mei melongok kan kepala nya ke dalam, lalu mengedarkan bola mata nya mencari keberadaan Cio.

"Sacimol?" panggil Mei pelan.

Mei memilih masuk ke dalam dengan perlahan, perpustakaan nampak sepi kali ini, bahkan penjaga nya juga tidak bertengger di depan pintu masuk.

"Yo?"

"Cio?"

Mei mengelilingi seluruh rak buku.

"LO?!" Mei menatap orang di depan nya ini dengan tatapan malas.

"Ngapain lo di sini?" tanya Adisti sinis, ya benar dia adalah Adisti yang mengaku sebagai gebetan nya Cio.

"Um sorry, ini perpustakaan punya lo? Pake nanya-nanya mau ngapain." Mei memutar kedua bola mata nya jengah.

Adisti yang tadi nya sedang duduk membaca novel kini bangkit, "Bokap gue kan saudara nya kepala sekolah di sini, gue ingetin kalo lo lupa," ujar Adisti menekan kata 'saudara' dengan tampang sombong.

"Masih saudara kan bukan pemilik?" tanya Mei menekan kata 'saudara' dan 'pemilik'.

Adisti menatap Mei tajam, walau pun ucapan itu masuk akal dan memang benar.

Adisti mengangkat tangan nya, lalu menunjuk wajah Mei dengan jari telunjuk nya, "Lo gak usah so banget deh di sini, bisa aja lo gue laporin kep-"

"Lari! Kebakaran! Kebakaran!"

Mei dan Adisti sontak menatap jendela perpustakaan dari dalam dengan tatapan bingung, "Kebakaran?" gumam Mei dan Adisti serempak.

"Minggir! Gue mau lari!"

Mereka berdua melebarkan bola mata kala melihat kobaran api sudah merambat ke dinding perpustakaan dengan cepat.

"K-ke-ke-kebakaran!" Adisti berjalan cepat menuju pintu keluar, begitu juga dengan Mei.

Karna mereka berada di posisi paling pojok perpustakaan, membuat mereka kesulitan untuk cepat-cepat keluar dari sana, pasal nya api sudah masuk ke dalam, dan kian membesar.

"Ukhuk! Ukhuk!" Adisti yang berada di depan terbatuk-batuk.

"TOLONG!" pekik mereka bersamaan.

"Ukhuk! Ukhuk!" Kini Mei juga terbatuk karna asap api itu.

BRAK

Mei kesulitan untuk keluar dari sana kala rak buku tepat di depan Mei terjatuh, sedangkan Adisti menoleh ke belakang, Mei berada jauh di belakang nya, dia sedikit berpikir untuk membantu Mei yang bisa saja sebentar lagi tertiban rak-rak buku.

Adisti menggeleng kan kepala nya, untuk apa dia menyelamatkan musuh nya, lebih baik dia menyelamatkan diri sendiri, toh kalau Mei tiada Cio akan menjadi milik nya seutuh nya.

"HATI-HATI! GUE DULUAN!" pekik Adisti tersenyum miring, lalu beranjak pergi.

"TOLONGIN GUE DIS!"

"DIS!" rasa nya percuma Mei memohon-mohon, Adisti tetap tidak menghiraukan nya.

"ADISTI AWAS!" Mei memekik kala melihat sebuah kayu panjang jatuh ke arah Adisti.

Adisti yang hampir saja mencapai rak terakhir, kini tertiban kayu panjang yang menjadi palang di atap perpus.

MEISHIE [OPEN PRE-ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang