Part 40

6.6K 306 9
                                    

Yuhuuu, kembali lagi.
Jangan lupa vote sama komennya.
Ramaikan yuk lapaknya.

Happy reading.

***
Sudah satu minggu Leora dkk terus di ganggu oleh Clara dan antek-anteknya. Namun mereka tidak mempedulikannya dan terus melawan. Tidak peduli dengan Clara yang selalu kalah dan keluar dari kelas maupun kantin dengan rasa malu.

Kini Leora dkk, Leon dkk, dan Atlas dkk sedang berada di kantin. Menikmati waktu istirahat, ya walaupun nanti akan ada gangguan dari Clara dan antek-anteknya.

"Minggu ini terakhir kita ketemu kali ya? Bonyok gue kagak bolehin keluar rumah nanti ujian kenaikan. So, gue ngak bisa ikut kumpul," ucap William sambil memainkan sedotan di gelas es teh nya.

"Bener. Setelah ujian, gue sama Elena ngak bisa ketemu lo pada. Gue balik ke LA sama bonyok," ucap Dion melas.

"Bro, jangan gitu. Kita semua masih bisa ketemu nanti. Habis ujian kita liburan gimana?" tanya Atlas .

Leora mendengus kesal. Yakali liburan lagi. Padahal mereka baru saja liburan waktu itu ke Lombok.

"Liburan pala kau. Gue ada urusan setelah ujian. Ini juga tentang penyerangan kemaren," ucap Leora dengan suara pelan.

Mereka baru teringat dengan penyerangan kemaren. Mereka juga sempat berfikir siapa dalang di balik ini semua.

"Emang lo tau siapa Le?" tanya Elena kepo.

"Lo inget cowok yang di bawa tangan kanan DM? Gue minta bang Krish buat dia buka mulut. Tapi kagak mau," jawab Leora sedih.

"Terus sama lo di apain?" tanya Geova kepo.

"Dia ngak mau ngomong. Yaudah gue tebas palanya," ucap Leora sedih.

Mereka semua geleng-geleng kepala mendengar jawaban Leora. Tidak mendapat jawaban yang diinginkan orang tersebut langsung musnah.

"Tapi..." ucapan Leora terjeda. Seolah olah membuat jiwa kepo mereka semakin menjadi-jadi.

"APA?" tanya mereka semua kompak.

"Kata to cowok, dia di kirim Deadly Poison," jawab Leora pelan.

Brak...

Meja di pukul keras oleh Mona. Membuat semua orang yang berada di kantin menoleh kepada meja mereka. Namun hanya beberapa detik lalu kembali ke aktifitasnya masing-masing.

"Gue ngak percaya. Buat apa Janson kirim anak buahnya? Dia sendiri yang tanda tangani surat damai sama kita. Kalau dia yang kirim sama aja gali lubang kubur sendiri," ucap Mona dengan amarah yang menggebu. Menarik pengunjung kantin melihat ke arah meja mereka.

Willian yang berada di sebelah Mona mengeplak kepala kekasihnya itu. Dia tau ini bukan situasi tepat. Namun, jika tidak di lakukan, Mona akan terus kelewatan. Bisa-bisa membongkar rahasia mereka semua.

"Suara lo kek tabung gas meledak. Jangan keras-keras bego," ucap Leora dingin.

Mona yang sadar akan ucapannya tadi pun langsung meminta maaf kepada Leora dan menutup mulutnya.

"Gue setuju sama yang di bilang Mona. Emang dia udah damai. Ngapain ngibarin bendera perang lagi?" tanya Syara.

"Setelah ujian, gue minta bang Krish buat atur pertemuan gue sama Janson. Kita cari jawabannya. Dia yang lakuin atau ada dalang lain di balik semua ini," jawab Leora.

"Kalian merasa aneh ngak? Penyerangan itu terjadi tepat beberapa hari setelah Clara masuk rumah sakit. Apakah dia dalang di balik semua ini?" tanya Nesy yang sedari tadi diam. Dia diam untuk menyimpulkan dari perkataan teman-temannya.

QUEEN OF THE DARKNESS (END) [TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang