PARENTING

2.1K 211 3
                                    

Thya POV
6 bulan Theo tinggal disini, selama 6 bulan itulah dia selalu berantem sama Aiden.
Alasannya Theo selalu manja dan Aiden ingin penerus kepemimpinan Alpha dia jatuhkan ke Theo.

Aku dan Aron akhirnya yang harus memisahkan mereka berdua.
'Bisakah kau lebih lunak pada Theo' ucapku saat Aiden keluar dari kamar mandi.

Pagi hingga petang Theo diminta berlari mengelilingi seluruh kerajaan, kecepatan Theo tidak terlalu cepat seperti Aron.

'Dia kan yang nantinya jadi Alpha, harus cepat, harus kuat, jangan lembek' komen Aiden.
'Kau tahu betul Theo lebih kuat dalam bertarung daripada Aron, kau harus terima itu' jelasku.

'Aku ingin dia lebih cepat'  jawab Aiden.
'Dia baru 13tahun! Masih banyak waktu!' Bentakku.
Aiden terdiam.
'Kita selalu berantem kalau hal ini menyangkut Theo, sudah aku mau tidur' lanjutku.

Esok Paginya.
Jam 2 pagi kudengar suara orang membuka pintu.
Aku keluar kamar.
Melihat Theo keluar dengan baju training olahraga.

'Theo?' Panggilku
Dia berhenti, lalu berbalik ke arahku.
'Mau kemana?' Tanyaku.
'Latihan' jawabnya singkat.
'Ini masih terlalu pagi nak, tunggulah dua jam lagi patroli pagi' pintaku.
Theo menggeleng.

'Aku pergi dulu' katanya
Satu hal yang aku tahu, dia dan Aiden sama-sama keras kepala.

Sarapan
Aku dan Aron sudah ada dimeja makan.
'Dimana kakakmu? Belum bangun juga?' Tanya Aiden.
'Dia sudah latihan diluar sejak jam 2 pagi, terima kasih berkatmu, anakku tidak ikut sarapan sekarang' sindirku sambil meletakkan pancake untuk Aiden dan Aron.

Click

Pintu depan terbuka, Theo masuk.
Aku tersenyum melihatnya, 'Sarapan dulu sayang' ajakku.
'Aku mandi dulu, Ma' jawabnya.
'Kau bahkan tak menyapa selamat pagi padaku' ucap Aiden.
Tapi Theo mengabaikannya, dia memang tak suka bicara pada Aiden, tapi selalu menuruti perintahnya.



Siang Harinya
'Ma……. Kak Theo bertarung dengan Paman Robie' kata Aron yang berlari-lari memanggilku didapur.

Aku berlari menuju tempat latihan.
'Apa kau sudah gila? Kau menyuruhnya berduel dengan Jendral Kerajaan. Dia masih 13taun!' Teriakku pada Aiden.

Sementara kulihat Theo masih bertarung dengan Robin.
Aku ingin mendekatinya dan menghentikannya.

'Berhenti dan diam ditempatmu!' Kata Aiden dengan suara Alphanya.

Aku dibuat tak berdaya olehnya.
Air mata mulai membasahi pipiku.
Aku tak tega melihat Theo yang sudah hampir pingsan, berkali-kali tulangnya patah, bersyukur dia werewolf jadi pulih dengan cepat.

Sampai pada tahap menggunakan pedang, Theo baru belajar menggunakannya.
'Kumohon berhati-hatilah nak' ucapku.

Sriiiiieeeeeettttt
Tubuhku terhuyung lemas, pedang Robie mengenai leher Theo, ada darah menetes, walau lukanya tak parah.

'Thyaa, Kau tak…. 'Kata Aiden ingin membantuku berdiri.
'DIAM DISITU!' Perintahku padanya, aku berdiri menghapus air mataku.

'Sudah cukup Robie' ucapku.
Robie mengangguk, aku menoleh pada Theo.
'dr. Christy, tolong rawat lukanya' perintahku.
'Baik Yang Mulia' jawab dr. Christy.

'Thya… 'ucap Aiden.
Aku menatapnya marah, sangat marah.
'Jangan bicara padaku dan jangan menyentuhku!' dengan kata itu aku pergi.

Aiden POV
Kau terlalu keras padanya, kata Axel
'Dia Alpha penggantiku, dia harus kuat' kataku.
Tapi bukan begini caranya, ucap Axel

Aku akan menguatkan fisik dan mentalnya.
Dia pewarisku.
Dia tak boleh ada kelemahan.

Kau akan membuatnya dan Thya benci padamu, Axel mengingatkanku
'Tidak akan, ini demi kebaikan mereka' Jawabku

Dan perkataan Axel benar hari ini.
Untuk pertama kalinya selama kami bertemu, dia marah besar seperti ini.

Bahkan saat kejadian Danilla dulu, dia tak pernah semarah ini.
Sudah kuperingatkan, kini tanggung resikonya, kata Axel
Aku menghela napas panjang.

Thya pasti sedang ada didanau, dimana dia menenangkan dirinya.
Axel memang lebih kuat secara fisik dan mental daripada Aron, tapi dia kurang cepat.
Aku ingin meningkatkan kecepatannya.
Dia sudah mempunyai aura pemimpin dan aura mengintimidasi.


Di Danau
'Ah itu dia' gumamku.
Belum sempat aku mendekat, ada langkah kaki lain mendekat, yaitu Theo.

Dari tempatku berdiri, aku cukup bisa mendengar percakapan mereka.
'Mama' panggil Theo.
'Hmmm?' Jawab Thya sambil mengusap rambut Theo.
'Maaf aku selalu membuat Mama bertengkar dengan Papa, maaf kalau aku tak cukup kuat' kata Theo.

Aku tertegun dengan kalimatnya.

Thya menggeleng, 'Theo sudah latihan keras, jangan terlalu dipaksakan, kekuatan Theo itu sudah luar biasa' kata Thya.
'Aku hanya ingin menuruti Papa agar menjadi kuat, agar membuat Mama bahagia dan bisa melindungi Mama' lanjut Theo.

Theo memang hanya mau bicara panjang lebar dengan Thya.

'Mama selalu bangga padamu, kamu hebat' ucap Thya.
Senyum Theo mengembang.

Hanya dengan kata itu Thya berhasil membuat Theo tersenyum.
Aku tidak pernah melakukannya.

Lalu pandangan Thya terarah ke leher Theo.
'Ini masih sakit?' Tanya Thya.
Theo menggeleng.
'Ini pasti akan membekas, karena hampir 2cm menghunusmu' perkataan Thya yang membuatku membelalakkan mata.

'Sedalam itu?' Gumamku.
Kau tahu kan Thya pengamat ulung, dia tahu mana bahaya mana yang tidak, kau terlalu dibutakan obsesimu menjadikan Theo kuat tanpa melihat pertarungan tadi. Robie kewalahan menghadapi Theo, tanpa sadar menghunusnya, jelas Axel.

Aku tak percaya ini.
Aku hamper membunuh anakku.

Kulihat mereka sudah berpelukan.
'Mama kenapa?' Tanya Theo.
'Mama hanya tak bisa kehilanganmu lagi nak, cukup disisi Mama, Mama bahagia. Berjanji pada Mama kau harus berhati-hati' ucap Thya yang kulihat sudah menangis dan mengeratkan pelukannya.

Thya yang melahirkan Theo, terpisah 13tahun dan akhirnya bertemu. Menurutmu bagaimana persaannya saat kau, Papanya, berusaha menyelakainya walau itu tak sengaja. Kata Axel

Apa yang aku lakukan.

-Selamat Membaca-
Pelan-pelan update.
Hehe
Luv💜

I WOLF YOU [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang