STRONGER

2K 203 9
                                    

THEO POV
Baiknya tubuhmu istirahat, ucap Ted
'Tidak' jawabku.
Ayolah, kau tak tidur tiga hari, pinta Ted
'Kenapa aku tak bisa lebih cepat? HAH!' Tanyaku frustasi.

Aku benci diriku yang tak bisa menjadi seperti yang Papa inginkan, aku tak ingin membuat Mama dan Papa bertengkar karena kelemahanku.

Keesokan Harinya
'Tubuhku tak bisa bergerak' gumamku.
Jelas saja kau demam sekarang biar aku panggilkan Mama, ucap Ted.
'Ja… ' belum sempat aku mencegahnya, aku sudah kehilangan kesadaranku sendiri.

Kurasakan ada kompres di dahiku.
'Ah kakak sudah sadar, syukurlah' ucap Aron.
'Sejak kapan kau disini?' Tanyaku.
'30 menit yang lalu, menggantikan Mama yang sedang memasakkan bubur untukmu' jawab Aron.
'Bentar aku cek suhu kakak' kata Aron mengambil thermometer.
'37,5⁰  syukurlah sudah turun.
Kakak masih pusing? Ada yang sakit? Mau minum?' Tanya Aron beruntun.
'Bisakah kau diam?' Ucapku kesal.
Aron tersenyum 'Hehe, maaf'.

Click

'Sudah bangun? Sudah baikan?' Tanya Mama setelah meletakkan mangkuk bubur.
Aku tersenyum dan mengangguk.

Mama adalah obat dari segala sakit ditubuhku.
Mama meletakkan tangannya di dahiku,
'Suhunya sudah turun
37,5 Ma Aron' melaporkan.
'Kerja bagus Aron' kata Mama mengusap rambut Aron.

'Makan dulu ya, mau Mama suapi?'
Aku menggeleng, 'Aku akan makan sendiri' jawabku.
'Baiklah' kata Mama.

Begitu selesai Mama mengambil mangkoknya.
'Kau istirahatlah lagi' perintah Mama.
Aku mengangguk.

Tak berapa lama aku merasakan  dahiku disentuh seseorang, reflek aku menggenggamnya.
'Ah maaf, aku membangunkanmu' ucapnya.
'Papa?' Aku sedikit terkejut lalu aku memposisikan tubuhku untuk duduk.
'Berbaringlah, jangan dipaksakan untuk duduk'
'Tidak aku sudah terlalu lama berbaring'
'Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?'
Aku mengangguk.

Kami berdua terdiam cukup lama.
'Maafkan Papa' kalimat yang membuatku tercengang.
Aku menoleh ke arah Papa.
'Harusnya aku tak memaksamu' lanjut beliau.
Aku hanya diam karena tak tahu apa yang akan aku katakan.

'Sebenarnya Papa sadar betul kekuatanmu diatas Aron, bahkan warrior yang lain'
Kali ini aku benar-benar speechless.

Papa memuji kita? Bahkan Ted pun tak kalah kaget.
Papa terkekeh, 'Iya aku memuji kalian'

'Maaf caraku berlatih yang memberatkan kalian, kalian sudah sangat kuat' lanjut Papa.
Benarkah? Wow. Tapi aku tak secepat Ice ucap Ted.
Tapi Ice tidak bisa melawan Ryu jawab Axel

Didalam tubuhku, Ted kegirangan karena dipuji oleh Papa dan Axel.
'Terima kasih' akhirnya aku bisa mengatakan sesuatu.
'Untuk?' Tanya Papa.
'Memujiku'
'Ah, aku hanya terlalu gengsi mengatakannya. Aku sudah menyadari kekuatanmu dan daya bertahanmu, tapi begitu aku melihatmu bermanja dengan Thya, aku pikir kau menjadi tidak waspada dengan lingkungan sekitar. Thya bisa menjadi kelemahan dan kekuatanku, kuharap kau juga menganggapnya begitu' kata Papa.
'Aku mengerti' jawabku.

'Kau ingin tahu bukan kenapa aku sangat ingin kau menjadi cepat?'Tanya Papa lagi.
Aku mengangguk.
'Dulu Thya pernah diculik Alpha musuh, dia tak sadarkan diri beberapa hari, begitu sadar dia lumpuh. Itu semua terjadi karena aku yang tak bisa cepat menjangkaunya'

Cerita Papa yang tak pernah kudengar sebelumnya, aku akan membunuh siapapun yang melukai keluargaku.

'Tapi aku salah, aku mempunyai dua putra. Kalian akan berkerja sama, Aron dengan kecepatannya dan dirimu dengan kekuatanmu, perfect combo' lanjut Papa.
Aku tersenyum.
Papa ikut tersenyum dan mengusap rambutku.

'Seringlah tersenyum, jangan senyum hanya pada Thya, aku cemburu' kata Papa.
Aku tersenyum lagi, 'Iya Pa' jawabku.
'Sudah, istirahatlah dulu, setelah cukup sehat kita berlatih senjata' ucap Papa sambil berdiri.
'Baik Pa'

Sungguh hatiku sangat senang karena Papa ternyata menyayangiku.
Luar biasa, ternyata Papamu bangga sama kita, teriak Ted
Amazing Ted lagi
Sungguk menakjubkan sambungnya
'Ted, DIAM!' Ucapku.
Tapi dia tetap Ted, tak bisa diam.
'Ah terserah' gumamku.

-Selamat Membaca-
Aku nulis apa sih? Hahhahaa
Happy Friday
Luv💜

I WOLF YOU [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang