EXTRA PART 1 (AIDEN + THYA)

2.4K 177 1
                                    

THYA POV
Mari kuceritakan sedikit pengalamanku didunia werewolf ini.
Aku tak pernah menyangka bila hidupku penuh dengan kejutan.

Tentu saja aku bersyukur mendapatkan Aiden sebagai Mate ku, hidup bersama dia, dicintai tanpa takut ditinggalkan, dicintai tanpa syarat.
Bohong jika aku ga insecure sama tubuh tambunku ini.

Sempat berpikir, ah paling ga ada yang mau sama aku.
Tapi... dalam sekejap aku menjadi dunia bagi seorang Aiden Grimshaw.

Dunia Werewolf,
Dunia yang bahkan hanya bisa kubayangkan kini menjadi duniaku.
Hidup kami tak mudah, sangat tak mudah.

Dibanding dengan penculikanku atau kejadian Danilla, kehilangan Theo adalah kesedihan terbesarku.
Anak pertama yang aku tunggu kehadirannya justru dipisahkan dariku.

Aiden selalu marah bila Theo manja padaku, aku tak menyalahkannya tetapi dia juga harus paham.
Selama 13 tahun Theo pergi, dia tak pernah sekalipun di didik layaknya anak manusia, melainkan di didik seperti binatang.

Akupun bersyukur Ted menjadi wolf dari Theo, dia sungguh tangguh dan cerdas.
Sayangnya Aiden tak melihat itu.
Entah standart apa yang dia pasang kepada Theo saat itu.

Dia memberikan jadwal training yang super ketat untuk Theo, ibarat kata Theo yang saat itu mentalnya anak 7 tahun dipaksa dewasa.

Di dalam pikiran Theo hanyalah -Jangan sampai Papa dan Mama berantem karena aku-.
Hati ibu mana yang tak sakit mendengarnya.

Hingga suatu hari aku marah besar pada Aiden.
Bagaimana bisa dia membuat putraku terluka?
Apa yang perlu Theo tunjukan?
Dia punya kepintaran strategi, kekuatan fisik diatas rata-rata, hanya dia kurang cepat dari Aron bukan berarti dia lemah.

Flashback 1 (MARAH BESAR)
Aku memutuskan untuk pisah ranjang dengannya.

Tok… tok… tok
'Thya, buka pintunya sayang, jangan seperti ini. Oke aku akui aku salah, maafkan aku ya. Tak akan kuulangi lagi' ucap Aiden.
Sudah kubilang dia akan marah besar, ucap  Axel.

'Kumohon Thya kembali ke kamar kita, ini sudah 3hari kita pisah ranjang' pinta Aiden lagi.
Aku tetap diam, aku akan terus seperti ini sampai dia menyesal.

Sampai suatu hari, saat Theo sakit kudengar pembicaraan mereka.
'Maaf caraku berlatih yang memberatkan kalian, kalian sudah sangat kuat' ucap Aiden.
'Terima kasih' kata Theo.
'Untuk?' Tanya Aiden.
'Memujiku' jawab Theo.

'Ah, aku hanya terlalu gengsi mengatakannya. Aku sudah menyadari kekuatanmu dan daya bertahanmu, tapi begitu aku melihatmu bermanja dengan Thya, aku pikir kau menjadi tidak waspada dengan lingkungan sekitar. Thya juga menjadi kelemahan dan kekuatanku, kuharap kau juga menganggapnya begitu' jelas Aiden.

Aku tersenyum akhirnya pria tua itu menyadari ke gengsiannya.

Hari itu juga  kuputuskan untuk kembali ke kamarku bersama Aiden.
Aku duduk dengan bersandar di sandaran ranjang.

Aiden masuk kamar tak menyadari keberadaanku.
Aku hanya menaikkan alis sebentar, dia sungguh tak menyadari keberadaanku.
Dia membuka baju dan masuk ke kamar mandi.
'Aneh' gumamku.

Click
Pintu kamar mandi terbuka.
Aiden melangkah keluar dengan handuk di pinggangnya.
Lalu dia melihat kearah ranjang, mematung melihatku.

'Apa?' Tanyaku heran.
Lalu senyum tersungging diwajahnya.

JUMP

Dia berlari dan melompat di ranjang, sekarang posisinya diatasku.
'Kau sudah tak marah padaku?' Tanya Aiden.
'Kalau aku marah apa aku mau disini?' Aku balik bertanya.
'I miss you sooooooo much' ucapnya mencium seluruh wajahku.
'Aiden hentikan geliii hahahhaaa' kataku karena brewok Aiden megenai wajahku.

'Maafkan aku, maaf' ucapnya sambil menyatukan dahinya padaku.
Aku mengusap wajahnya pelan, 'Saatnya bercukur old-man' kataku.
'Okee, tapi kamu yang nyukur' pintanya.

Dan disinilah aku, duduk di samping wastafel menghadap Aiden yang berdiri ditengah-tengah kakiku.
Aku mengoleskan krim cukur lalu mulai mencukur brewoknya.

'Jangan melihatku begitu, aku bisa meleleh' ucapku.
'Kau cantik ah tidak SANGAT CANTIK' puji Aiden.
'Hentikan, kita sudah tua, jangan suka gombal'
'Aku serius, Demi Tuhan aku merindukanmu'
End of Flashback

THE MATE

1.  THEO’s MATE
'Theo' panggilku.
'Iya Ma?' Jawabnya.
'Apa kau tak suka dengan Mate mu?' Tanyaku.
Mata Theo terbelalak.
'Bukan begitu'
'Lalu?'
'Dia terlihat sangat kecil dan rapuh, aku takut menyakitinya'
Ah, anak ini selalu mempunyai hati yang lembut dibalik penampilan dinginnya.

'Jadi kita akan berbesan dengan Silver Pack?' Tanya Aiden saat tiba-tiba Theo memberi bunga di panggung Ulang Tahun.
Aku mengangguk, 'Dia cantik dan baik' ucapku.
'Pendiam juga' komen Aiden.
'Hmmm, aku suka' jawabku.
'Pasti castle akan sepi, karena keduanya pendiam' kata Aron.
Aku dan Aiden terkekeh.

2.  ARON’s MATE
'Dimana Aron?' Tanyaku.
'Pacaran' jawab Aiden.
'Kenapa dia harus pacaran kalau nanti dia berakhir dengan Mate?' Tanyaku.
'Dia hanya bosan dan tidak punya teman, lagi pula dia membatasi diri, jadi tenanglah' jawab Aiden.

'Ini pacar ke 49nya, aku sakit kepala memikirkannya' ucapku.
'Jangan pedulikan dia, begitu punya Mate, dia akan setia'
'Kau sangat mengerti dan membela Aron'
'Sama denganmu mengerti dan membela Theo' kata Aiden tak mau kalah.

Hingga suatu hari,
'Ini kan malam minggu, ga pacaran?' Tanyaku.
'Lagi ga punya pacar' jawab Aron.
Aku dan Aiden terdiam.

'Kau sakit?' Tanya Aiden.
'Ini aneh?' Tanya Aron.
Aku dan Aiden mengangguk.
Aron menghela napas.

Setelah itu dia bilang dia punya Mate.
Seorang manusia, namanya Clara White.
'Wanita, tidak cantik, tapi manis, tinggi, rambut sedikit ikal, suka basket karena kami bertemu saat dia bermain basket' jelas Aron.
Anak ini sungguh aneh, aku tersenyum.
'Mama suka' kataku.

Di suatu Minggu yang cerah dimana aku, Aiden dan Aron menonton tv.
'Ma, kayaknya ini karma deh' kata Aron tiba-tiba.
'Apa?' Tanyaku.
'Gara-gara aku pernah punya pacar banyak, kini Mate ku manusia, tak percaya padaku, tak mau aku dekati. Aku pusing' katanya.
Aiden tertawa terbahak-bahak.
'Beri dia waktu' kataku.

Pertemuan kami dengan Clara juga terbilang unik.
Dia pingsan saat Aron berubah jadi wolf dan menjelaskan bahwa dia adalah werewolf.
Clara panik saat bangun, aku mendekatinya dan berbicara dengannya.
Menjelaskan tentang dunia werewolf yang lebih dari 20 tahun aku tinggali.

'Aku senang Clara adalah Mate Aron, dia bisa menaklukan Aron dan dia gadis yang baik' ucapku.
'Dia berhasil membuat Aron bucin' ucap Aiden.
Aku terkekeh.

'Akhirnya keluarga kita lengkap' ucapku.
'Belum, kita belum menimang cucu' kata Aiden.
'Jangan membuat mereka stress dengan menuntut cucu' aku memperingatkan Aiden.
'Iyaaa, aku akan menikmati ini, biarkan berjalan apa adanya' kata Aiden.

-Selamat Membaca-
Buku ini harusnya cuma tentang Thya dan Aiden tapi malah merembet kemana-mana hahahhaa
Imajinasiku sungguh tak tertebak😂

I WOLF YOU [COMPLETE]Where stories live. Discover now