08 | Nomor Dua

39.7K 3.5K 593
                                    

❇❇❇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❇❇❇

Di dalam perjalanan, Raya tidak henti-hentinya menolak ajakan Angkasa untuk ke rumah sakit. Menurutnya luka yang ada pada dirinya tidak begitu parah, jadi tidak perlu sampai dilarikan ke rumah sakit. Ia juga tidak ingin merepotkan kekasihnya yang seharusnya sekarang sedang fokus belajar di dalam kelas.

"Sa aku udah nggak papa, mending kita balik aja," pinta Raya.

"Apa sih Ra, aku bilang nggak ya nggak. Liat muka kamu aja pucet banget, pokoknya aku mau ke rumah sakit." Angkasa masih teguh dengan pendiriannya.

"Tapi, Sa-"

"Nggak ada tapi-tapian!"

Raya menghembuskan napas panjang kemudian menatap kekasihnya. "Angkasa..."

"Raya..."

"Terserah!" Raya yang merasa jengah kemudian memalingkan muka mengarah ke jendela mobil.

Beberapa saat kemudian, mereka telah tiba di rumah sakit. Angkasa memanggil salah satu dokter kenalannya agar segera memeriksa kekasihnya.

"Ada apa kamu datang ke sini, Angkasa?" tanya dokter itu.

"Tolong periksa Raya dok, muka dia pucet banget. Tadi juga pingsan pas upacara," jawabnya.

Dokter itu mengangguk lalu menoleh pada Raya. "Baik, nak Raya. Silakan ke ruangan saya." Raya pun mengikuti perintah dokter tersebut ke ruangannya.

Setelah beberapa saat kemudian, dokter tadi sudah keluar dari ruangannya dengan diikuti Raya yang berjalan di belakangnya. "Dokter gimana Raya? Dia nggak papa kan?" tanya Angkasa.

Dokter itu membenarkan kacamatanya. "Sepertinya nak Raya kekurangan cairan pada tubuhnya atau biasa disebut dehidrasi berat. Ditambah lagi kondisi lutut dan lengannya yang masih terluka. Kondisi kesehatannya juga sangat menurun, oleh karena itu saya sarankan untuk dirawat inap."

Raya menatap Angkasa gusar. "Sa, aku nggak mau dirawat inap."

"Nggak! Pokoknya kamu harus dirawat inap biar cepet sembuh," titah Angkasa.

"Tapi-"

"Nggak ada penolakan, Ra."

Raya yang tidak mau berdebat pun akhirnya mengalah. "Up to you!"

"Nah gitu dong nurut." Angkasa tersenyum.

"Langsung ditangani aja nggak papa dok. Nanti biar saya hubungi keluarganya."

"Baik, kalau begitu saya pergi dulu dan nak Raya nanti akan segera dipindahkan ke ruang rawat inap." Raya lalu mengikuti dokter tersebut dan dengan segera dibawa ke salah satu ruang rawat inap.

Angkasa ingin berjalan menuju ruang Raya, namun tangannya ditahan oleh seseorang.

"Tunggu Sa, perut aku masih sakit nih," rintih Venus seraya mengelus perutnya yang sebenarnya sudah tidak sakit lagi. Ia hanya beralasan.

ANGKASARAYA [END]Where stories live. Discover now