32 | Kehadiran Bulan

22.9K 1.8K 82
                                    

❇❇❇

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❇❇❇

Raya masih terbaring lemah di ranjang kamar tidurnya. Pikirannya kalut kala mengingat kejadian masa lalu itu. Ia takut, takut jika kejadian itu terulang lagi, takut jika ia bertemu dengan orang itu lagi. Sungguh orang-orang itu sangat mengerikan baginya.

Ia menatap jendela
dengan pandangan kosong.

"Bunda Raya takut," batin Raya.

Kala ia sibuk melamun, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.

Tok tok tok

"Ah itu pasti ayah kalau nggak ya istri barunya," gerutu Raya di dalam hati.

Karena Raya tidak menyaut, seseorang di luar sana mengetuk pintu kamarnya lagi.

Tok tok tok

Raya tidak punya energi banyak untuk berteriak, akhirnya ia menjawab dengan suara pelan, tetapi masih bisa di dengar.

"Masuk, pintunya nggak dikunci."

Pintu terbuka, Raya melihat siapa gerangan yang datang. Oh ternyata itu bukan ayah atau ibu tirinya, melainkan seorang gadis yang sepertinya masih SMP. Raya hanya melihat sekilas, kemudian membuang muka.

Gadis itu berjalan mendekat ke arah Raya. Dengan senyum mengembang ia mulai bersuara. "Hai kak, kenalin namaku Bulan Maheswari, panggil aja Bulan. Kalau nama kakak siapa?" tanyanya sambil mengulurkan tangan.

Sebenarnya Bulan sudah mengetahui nama Raya siapa, tetapi hanya untuk basa-basi dan formalitas saja.

Raya memandang Bulan dengan tatapan bingung, ia sama sekali tidak menerima uluran tangan Bulan.

"Pasti Bulan ini anaknya istri baru papa nih," batin Raya.

Di rasa Raya tidak segera menerima uluran tangan Bulan, Bulan pun mengurungkan tangannya itu.

"Ya udah deh, kalau kakak nggak mau diajak kenalan, gak papa. Kondisi kakak gimana udah agak mendingan?" tanya Bulan seraya mendudukan dirinya di bibir kasur.

"Hmm, lumayan," jawab Raya acuh tak acuh.

"Syukurlah."

"Tahu nggak kak, aku seneng banget akhirnya aku bisa punya kakak perempuan," ucap Bulan dengan mata berbinar.

Raya menanggapinya dengan deheman.

"Kamu seneng nah aku ngerasain bahagia secuil pun enggak," batin Raya.

"Mama sering nyeritain tentang kakak lho, katanya kakak itu cantik, baik, pinter gitu. Pas aku lihat sekarang wah ternyata bener, kakak cantik banget. Kalo Bulan udah besar, Bulan mau deh jadi kaya kakak," ucap Bulan antusias.

"Jangan!" tolak Raya keras-keras.

Bulan mengerutkan kening. "Loh kenapa kak?"

"Jadi aku tuh nggak semengagumkan yang kamu duga, banyak nggak enaknya, banyak masalahnya. Lebih baik kalo kamu udah besar jadilah dirimu sendiri."

ANGKASARAYA [END]Where stories live. Discover now