10. Sister

394 56 16
                                    


Semua yang aku pikirkan, nyatanya tak jauh dari pengasingan. Hidup dalam keluarga kaya raya, dengan semua harta dan kebutuhan yang cukup, kupikir dapat menutupi kesedihanku. Namun kenyataannya lebih buruk.

Aku sama seperti dulu, hanya seorang gadis yang merindukan kasih sayang, tetapi kesendirian adalah teman-temanku. Kehidupan selalu membuat banyak orang bertanya-tanya, sama sepertiku yang selalu bertanya akan takdir kehidupanku.

Tanpa Ayah dan Ibu, tanpa kasih sayang, tanpa ada yang mempedulikanku, yah, ini membuatku tak dapat merasakan kenyamanan yang sungguh-sungguh ada.

Kupikir saudara tiri yang aku miliki, mereka akan menyayangiku karena aku yang paling kecil dan pewaris utama. Namun, tampaknya semua manusia di bumi ini sama saja.

Mereka membenciku.

Mereka mengincar harta keluarga Kim dan menjadikan diriku seolah-olah adalah saingan besar bagi mereka.

.

.

.

.

.

Hana kini sedang terduduk dibalkon kamarnya, ini sudah sekitar tiga hari sejak kedatangannya dari Indonesia. Tekatnya sudah bulat untuk membantu mengatasi permasalahan uang ada di Perusahaan.

Entah dia titisan dari Dewi atau apa, keahliannya pada bidang Bisnis untuk anak seusia dirinya itu pantas untuk mendapatkan pujian. Keahlian yang ia  miliki sepertinya ia dapat turun temurun dari keluarga Ayahnya.

Hana sudah bangun dan mandi sejak tadi, ia berniat untuk menyusun rencana perusahaan pada Laptop yang ia miliki.

Keadaan di Balkon pada pagi hari adalah kesukaannya. Ia menyukan tanaman dan udara segar pagi, bahkan banyak juga kupu-kupu yang berterbangan kesana-kemari.

"Emm....bagaimana memulainya ? Sepertinya dari pegawai. Emm...perusahaan harus mendengar secara langsung keluahan dari para Karyawan, lalu keluhan tersebut akan sampai pada Karyawan yang lebih tinggi. Setelah didiskusikan, akan ada rapat antara petinggi perusahaan. Emm...aku ingin emm...semoga para Karyawan dapat berlibur sebentar, selagi ada rapat untuk kepentingan yang lain. Mencari pemasaran Produk juga harus sesuai, menentukan laba, pajak, Admin Administrasi harus benar menghitung semuanya. Aku akan meringkasnya saja, nanti pasti ada penerjemah dan yang akan membuat Power Pointnya." monolog Hana pada dirinya sendiri sembari mengetikkan deretan kata dalam Bahasa Indonesia. Sesungguhnya ia belum terlalu hafal dengan huruf Korea atau biasa disebut Hangul. Ia hanya dapat membacanya dan berbicara secara otodidak.

"Bagaimana sekarang ? Aish...kenapa perutku lapar ? Yaa, aku lupa. Aku belum makan apapun sejak kemarin. Kim Hana Pabbo !Emm...Oh ya, setelah ini kerumah Halmoni saja, pasti ada makanan. Hana Fighthing !" kata Hana menyemangati dirinya, sejak kehadirannya dirumah ini dan bertemu keenam saudara tirinya, ia langsung diberi banyak aturan. Contoh utamanya, ia tak boleh ikut makan bersama mereka, apapun keadaannya. Jadi begitulah, ia tak makan sama sekali, lagipula dirinya juga pendatang baru dirumah ini.

.

.

.

.

.

Diruang makan kini sedang ramai dengan dentingan sendok dan garpu yang beradu suara menjadi satu. Tepatnya kini Sowon Yerin, Eunha, Yuju, Sinb dan Umji sedang sarapan pagi, dengan ditemani oleh beberapa Maid.

"Sinb Eonnie, kau makan seperti Siput. Lambam sekali, ayolah Umji ingin ke kampus di pagi hari." rengek Umji sebal karena sejak tadi Sinb sangat menikmati makanannya.

"Kan Eonnie yang mengemudi jadi yaa terserahku." jawab Sinb acuh, sambil menyuapkan lauk kemulutnya. Setelah 1 bulan kelulusan, Yerin mengajari Sinb untuk mengemudikan Mobil agar saat pergi kekampus, atau pergi keluar, Sinb tidak perlu menunggu Supir untuk mengantarkannya. Sedangkan Umji, dia belum berani untuk mengemudikan mobil, jadi Umji belum mendapatkan Lisensi mengemudi.

"Aish Eonnie, kau menyebalkan. Kau bilang hari ini kita berangkat awal, karena kau belum menyelesaikan tugasmu. Maka  aku menemanimu jadi yaa terserah padamu." ujar Umji malas sambil memainkan ponsel miliknya.

"Yakk Umji-ah, kau tak bilang. Haiss, aku kan  lupa. Baiklah sebentar lagi akan kuselesaikan sarapanku." ujar Sinb yang kini terburu-buru  menyuapkan lauk kemulutnya. Ia lupa kala dirinya belum menyelesaikan tugas Desain untuk jadwal pelajaran siang nanti.

"Yakk, Sinb-ah hati-hati kalau makan !" ujar Yerin khawatir jika Sinb akan tersedak karena makan terburu-buru.

"Makanlah dengan pelan." kini Yuju berbicara, kemudian Sinb memandang Yuju dengan cengiran khasnya dan makan dengan perlahan.

.

.

.

.

Sebelum Hana menuruni tangga menuju lantai satu, ia sempat berhenti menatap ruang makan yang cukup ramai karena keenam saudara tirinya. Ia sempat melihat juga bagaimana kelangsungan sarapan dipagi hari dengan keluarga. Jujur dirinya tak pernah merasakan hal seperti itu.

Kemudian ia melangkahkan kakinya menuruni tangga, dengan tas yang melekat dipunggunya. Dengan tatapan datar ia mengabaikan suara dapur yang cukup riuh, lalu berjalan begitu saja menuju halaman depan, karena Sopir sudah menunggunya tadi.

.

.

.

.

.

"Eonnie lihatlah, anak itu tak memiliki sopan santun sama sekali." ujar Umji sebal.

"Ya, kau benar. Memangnya apa kedudukannya disini ? Dia itu seperti parasit. Hanya menambah beban." tambah Eunha setelah menyuapkan makanan terakhir ke mulutnya.

"Kau benar Eunha-ya, seharusnya ia tak disini. Seharuanya ia kerumah Halmoni saja." ujar Sowon yang memang sudah sejak awal membenci Hana.

"Sifat angkuhnya itu, aku sangat sangat membencinya. Dia sangat berbeda dengan kita." ujar Yerin setelah selesai minum. Sedangakan Yuju dan Sinb hanya menyimak saja, mereka masih sibuk dengan sarapan pagi ini. Biarlah saudara-saudaranya itu berkata apa, namun mereka berdua menghiraukan hal yang hanya dapan menambah beban otak.

Yuju dan Sinb juga sependapat dengan yang lain, hanya mereka tak ingin melontarkan kata-kata buruk pada Hana. Secara pasti, Hana adalah adik kandung mereka. Adik yang dulu mereka sayangi saat masih didalam perut Eomma yang kini sudah tiada.

Sedangkan Maid yang mendengar itu semua harus bersabar, tentunya mereka akan melapor pada Nenek Kim. Mereka sendiri tahu, kalau Hana tidak seperti itu. Hana akan bersikap sesuai dengan sifat orang yang mereka temui.



















Sabtu, 3 Oktober 2020
Please Follow, Vote dan Komen at my Story. Thanks Buddy

Silent Girl/ HALLSTATT  [SEGERA TERBIT CETAK] Where stories live. Discover now