36. Hana POV

202 43 10
                                    

Hi i'm Comeback !

Jangan lupa komen dan tunjukkan reaksi kalian. (untuk cepet update)

Walau kalian tidak mau Vote. Setidaknya lebih baik dari pada Silent Readers.

Kalau kalian Vote and Comment, itu malah lebih baik.

.

.

.

.

Malam hari tepatnya disebuah kamar dengan satu penghuni yang tidak lain adalah Hana, kini ia terbaring lesu disaat kepalanya serasa berat ditimpa batu besar. Selama ini dirinya cinderung mengabaikan rasa sakit dari dalam tubuhnya dan melampiaskan semua rasa sakitnya pada dirinya sendiri.

Self Harming atau menyakiti diri sendiri, kebiasaan buruknya itu semakin aneh setiap harinya dan semakin mendarah daging dalam dirinya. Entah dengan mengantukkan kepalanya pada dinding, melukai bagian tubuh menggunakan benda tajam maupun dengan cara lainnya yang membuat sakit dalam dirinya merasa berkurang.

Dirinya merasa aneh disaat setiap hari harus tertidur dikelas, bahkan apabila hari libur ia bisa tidur pada siang hari sekalipun dirinya tidak mengantuk, ia sering mengalami sesak nafas yang tidak berarturan dan nyeri pada bagian dadanya.

Hana selalu berfikir disetiap malamnya, bahan dirinya mencari sesuatu yang membuatnya seperti ini.

Kurang fokus dan ingatannya sangat lemah seiring berjalannya waktu.

Contohnya saja, saat dirinya bersama dengan saudaranya merencanakan liburan ke Chunceon, ia merasa pembahasan itu adalah hal yang biasa tetapi dirinya tak bisa fokus akan apa yang dibahas.

Hingga akhirnya ia terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa itu adalah pembicaraan orang dewasa, sungguh itu adalah hal pertama kali baginya untuk mengatakan bahwa membahas liburan itu adalah hal yang rumit baginya.

"Aiss, kenapa sangat sakit ?" keluhnya sembari menarik rambut yang panjangnya sepunggung itu dengan kencang. Saat dirinya menarik dan melepaskan rambut miliknya, ia juga sempat memejamkan matanya berkali-kali diiringi air mata yang jatuh secara perlahan.

Besok adalah pemilihan Rapor, ini adalah hal yang sangat Hana takutkan disaat hasil nilai akan terungkap.

Hana takut.

Ia takut apabila semua nilainya jauh dari KKM dan mengecewakan saudaranya yang lain, apalagi Sowon yang akan mengambilkan Rapor miliknya besok.

Hana memang rajin belajar disaat malam hari, tapi entah kenapa saat ia mengerjakan test, semua jawaban bahkan materi yang ia pahami langsung menghilang begitu saja.

Hal itu bukanlah hal yang biasa baginya.

Pasalnya gangguan ingatan yang ia alami sungguh aneh dan hampir semua memori dalam otaknya itu hilang entah kemana.

"Hiks, a-aku harap ini bu-bukan efek dari rasa sakitku. A-aku tahu hi-hidupku tidaklah lama. Ta-tapi a-aku hanya ingin menghabiskan tahun ini dengan baik. A-aku hanya ingin rasa sakit ini pergi disaat liburan bersama nantinya, hiks." tangis Hana sendu, ia khawatir kebahagiaannya akan direnggut oleh penyakit miliknya.

"Eom-ma A-appa ? A-apa kalian melihatku sekarang ?"

"A-apa kalian tidak mau menghangatkanku dalam dekapan kalian ? Hiks, i-ini sangat sakit !" isaknya sambil menatap figura yang lumayan besar dikamarnya yang berisi Foto Ibu Ayah dan keenam saudaranya yang saat itu masih sangat kecil.

.

.

.

.

"EOMMA APPA !!!" teriak Hana senang sambil berlari menuju kedua orangtuanya.

"Hana anakku !" balas laki-laki tersebut, yang tidak lain adalah ayah Hana.

"Hana kau sudah besar dan cantik ternyata !" ujar wanita tersebut, yang tidak lain adalah Ibu Hana.

"Eomma Appa, Hana sangat rindu kalian. Hana selalu ingin bertemu bersama kalian !" ujar Hana pada kedua orangtuanya yang memakai baju putih bersih dan sopan itu.

"Hana sayang, ada waktunya kita akan bertemu. Kau harus menjalani hari-hari yang tersisa dengan baik."

"Benar Hana, Appa tahu bahwa semua ini sangat sulit bagimu. Tapi sejauh ini anak Appa adalah Anak yang paling kuat yang pernah ada. Jalani harimu dengan baik dan buatlah kenangan terbaik bersama dengan keenam saudaramu. Arrachi ?"

"Eomma Appa, selama itu yang terbaik maka Hana akan melakukannya. Ta-tapi jika Hana sudah melakukannya a-apakah Hana bisa tinggal beesama kalian ?" tanya Hana polos kepada kedua orangtuanya.

Sedangkan kedua orang yang sedang diberi pertanyaan itu hanya saling menatap dan menyunggingkan senyum.

"Selama Hana dapat bersabar maka apa yang Hana inginkan dapat tercapai." ujar Ibu Hana.

"Hana ingatlah pesan ini. Sabar adalah kunci utama dalam kehidupan, disamping kita bersabar dan kekuatan kita terkumpul maka waktu akan menjawab semuanya."

"Hana rasa sakit itu hanya sementara. Bersabarlah."

Setelah itu tak ada lagi percakapan antara mereka. Hana berteriak kencang memanggil orangtuanya disaat secara tiba-tiba jarak terpisah dengan sangat cepat.

.

.

.

.

.

"EOMMA ? APPA ?" panggil Hana dengan terengah-engah dan keringat yang bercucuran dari dahinya.

"Huh...mimpi ternyata." desahnya lega sambil mengusap dadanya dan menetralkan pernafasannya.

"Omo ? Penerimaan Rapor !" teriak Hana terkejut saat ternyata ia terlambat bangun. Kemudian ia bergegas mengambil Seragam dan handuk miliknya dan berlari terbirit-birit memasuki kamar mandi.

Tidak mungkin Hana akan mandi air dingin, bisa-bisa ia menggigil. Cuaca di Korea sudah cukup membaik dan mulai bersahabat. Walaupun begitu mereka masih tetap mandi dengan air hangat untuk menghangatkan tubuh di musim salju seperti ini.

.

.

.

.

Sudah sekitar dua jam Hana menunggu kehadiran Sowon, tapi belum ada tanda-tanda kehadiran Sowon sejak tadi. Bahkan banyak juga Siswi yang sudah pulang bersama wali mereka.

Hana sempat resah hari ini, karena seharusnya kemarin malam atau pagi ini sebelum dirinya berangkat Sowon sudah pulang, Sowon sendiri yang mengatakannya. Bahkan sudah berjanji padanya sebelumnya.

Dirinya merasa aneh saja.

Hana sangat paham bahwa Sowon bukanlah tipe orang yang suka ingkar janji dan tepat waktu. Namun apapun itu Hana tetap mencoba untuk berfikir positif terhadap kakak tertuanya itu.

Hingga akhirnya Sowon terlihat dipandangan Hana yang sejak tadi menunggunya ditaman sebelah parkiran.

Hana kini menatap Sowon yang berjalan kearahnya itu dengan pandangan bersinar, berbeda dengan Hana, Sowon berjalan dengan tatapan datarnya menuju ketempat Hana.

.

.

.

.

Selasa, 15 Desember 2020

Bersiap memutar otak untuk episode berikutnya.

Thanks For Read, Vote and Comment.

Silent Girl/ HALLSTATT  [SEGERA TERBIT CETAK] Where stories live. Discover now