🥀11. Tiga Lelaki🥀

454 86 35
                                    

Sudah dua hari ini Arya berjaga di depan kamar Ceci. Ia enggan pulang, karena masih cemas dengan kondisi sang putri. Paling ia akan pulang untuk membawa pakaian kotor mereka di malam hari. Setelah mencuci dan menjemur, ia akan kembali ke rumah sakit lagi.

Tak dimungkiri badan tuanya terasa penat. Sudah tiga malam sejak kejadian nahas itu Arya tak bisa tidur. Walau pun sang istri menyuruhnya pulang untuk tidur di rumah, tetap saja Arya memilih berada di situ.

Di saat Arya gelisah, tiba-tiba Bara muncul di depannya membawa sebuah kotak kue di dalam goodie bag. Satu jam lalu, lelaki itu meneleponnya karena tidak bisa menghubungi Ceci. Arya hanya mengatakan anaknya sakit dan sekarang Bara sudah ada di hadapannya. Bagaimana bisa mengakui anaknya diperkosa? Aib itu cukup keluarga kecilnya dan Josua yang tahu.

Bara ikut duduk di samping Arya yang berwajah kusut. Ia memindai lemak pipi lelaki berumur lima puluhan tahun itu menyusut dengan kantong mata yang menggantung.

"Nggak usah repot-repot, Mas Bara," ujar Arya saat menerima bungkusan kotak kue dari Bara.

"Nggak repot kok, Om. Ini saya ambil dari cafe Mami." Bara tersenyum, memperlihatkan gigi gingsul di bagian kiri.

Arya tersenyum memandang Bara yang selalu perhatian pada putrinya. Seandainya lelaki itu adalah Josua, pasti kegelisahan Arya akan terhapus.

"Ceci sakit apa, Om?" tanya Bara dengan wajah cemas.

Arya menarik sudut kiri bibirnya. Senyuman miring yang tipis terbingkai di wajah lelahnya. Haruskah ia memberitahu Bara? Arya menepis ide itu. Biar saja ia menutup rapat kenyataan sesuai permintaan Ceci. Setidaknya, bila Josua enggan menerima Ceci, lelaki itu bisa memasrahkan sang putri pada sahabatnya.

Dari segi penampilan, Bara tak kalah rupawan dari Josua. Posturnya tegap, dengan kulit kuning kecokelatan. Wajahnya tirus dengan bibir tebal yang merah dan gigi gingsul menjadi ciri khas saat ia tersenyum. Kelebihan Bara di mata Arya adalah lelaki muda itu selalu ada untuk Ceci. Dia juga teman yang asyik untuk mengobrol, di saat Arya merindukan kehadiran anak lelaki.

Bara masih menanti jawaban Arya. Lelaki itu hanya diam memandang papa Ceci yang juga menatapnya.

"Ehm, dehidrasi. Mungkin terlalu lelah dan stress." Arya tak berbohong. Ceci memang mengalami dehidrasi sehingga harus dirawat. Apalagi sekarang gadis itu muntah-muntah tiap kali makan karena produksi asam lambung yang berlebih akibat tekanan yang dideritanya.

"Pencernaan Ceci memang nggak bagus. Salah makan dikit, maagnya kambuh. Belum kalau stress." Bara tampak prihatin.

Mendengar ucapan Bara, Arya tercenung. Lelaki itu tahu persis kebiasaan Ceci. Apa yang disukai atau yang dibenci. Bahkan sakit maag yang sering mendera sang putri pun Bara mengingatnya.

Namun, Arya tidak menjawab. Ia hanya mengangguk saja.

"Bisa jenguk Ceci, Om?" tanya Bara kemudian.

"Ceci sedang istirahat. Kita ngobrol di kantin, yuk," ajak Arya masih bungkam mengenai kenyataan yang menimpa Ceci.

***

Josua memberesi barang-barangnya usai sesi journal reading siang ini. Sejak hari Minggu dia belum mengunjungi Ceci lagi karena ada jatah jaga di hari Minggu malam. Karena dia ada tugas yang harus dipaparkan hari Selasa pagi, maka ia memilih mengerjakan bahan presentasi lebih dulu.

Hari ini Josua tidak ada jatah jaga siang atau malam. Ia bisa menggunakan waktunya untuk menemui Ceci. Walau ada kegiatan futsal bersama, lelaki itu berniat tak mengikuti. Karena tidak ingin mencari masalah dengan para senior, Josua sengaja menemui Radit. Ia menelepon lebih dahulu untuk menanyakan di mana seniornya berada. Begitu tahu Radit ada di foodcourt ia lantas meluncur ke sana

Mozaik (Repost)-COMPLETEWhere stories live. Discover now