Unspoken : : 01

8.4K 949 205
                                    

Tinggalkan komentar kalian, ya... Aku harap kalian gak jadi pembaca yang senyap. Karena penulis juga butuh hiburan dari komentar kalian 😂

Follow my Instagram : @inyasidhyaa

Follow my Instagram : @inyasidhyaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Satu bulan setelahnya...

"Tepuk tangan yang meriah untuk juara kita, Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma!"

Suara tepuk tangan terdengar riuh di ruangan besar beratap abu-abu itu. Medali emas terpasang di leher Bhanu. Masih dengan wajah datar, tanpa senyuman sedikit pun. Kenalilah sifat cowok jenius satu ini. Dingin dan misterius.

Kadang banyak sekali orang yang berpikir bahwa Bhanu adalah manusia kaku dan tak berhati. Wajar saja, Bhanu tidak sembarang memberikan senyuman pada orang lain. Tawanya tidak pernah lepas dan cahaya tak pernah bersinar dari wajahnya yang redup. Mungkin bisa dibilang, senyumannya terlalu mahal untuk ditampilkan pada wajah tampannya. Paling tidak, senyuman itu hanya untuk orang-orang terdekat saja. Satu lagi, bukan senyuman lebar, melainkan senyuman tipis.

Jangan ditanya mengapa.

Selama bertahun-tahun, dalam hati kecilnya hanya terdapat luka yang luar biasa hebat. Luka yang mengukung dan mengikatnya dengan nelangsa. Membasmi ganas hal kecil yang disebut tawa. Juga menghadirkan kepedihan yang hanya mampu terjawab oleh air mata.

Ya. Begitulah hidup Bhanu. Menyedihkan!

Dia bukan tipe orang yang akan mengamuk saat marah. Tidak juga berteriak tak terima pada keadaan, atau mungkin memberontak dengan emosi yang tak terkendali. Tidak. Sama sekali tidak. Bhanu itu diam-diam menahan. Menahan dan memendam sekuat yang ia bisa. Awalnya dia berpikir bahwa dirinya mampu. Namun seiring berjalannya waktu, luka demi luka tertumpuk, hingga ia sendiri tak tahu bagaimana caranya untuk keluar dari penjara luka tersebut.

Miris...

Betapa ironisnya fakta bahwa kadang dunia lebih kejam kepada orang baik dibandingkan para pendosa. Nyatanya memang begitu, bukan?

Berbagai cobaan diberikan kepada mereka yang berhati putih dan tunduk kepada Sang Maha Kuasa. Sedangkan para pendosa? Mereka dibiarkan tetap melakukan dosa baru.

Hal itu yang Suryo pernah ajarkan kepada Bhanu. Maka dari itu Bhanu harus tetap menjadi orang baik, agar dia tidak terjerumus ke dalam lembah penuh dosa.

Tapi ... mengapa harus seberat ini menjadi orang baik?

Entahlah, sampai detik ini Bhanu masih saja tidak mengerti. Seberat itukah cobaan menjadi orang baik hingga semesta tak memberinya izin untuk bahagia meski sekalipun?

Bhanu menghela napas panjang. Mata bundarnya melihat ke arah semua orang yang tengah bertepuk tangan. Menyuarakan kemenangan dan apresiasi untuknya.

Piala diserahkan, begitu juga dengan piagam penghargaan. Diliriknya pelan benda emas berkilauan itu. Tepuk tangan, gema riuh, dan kegembiraan semua orang tak membuat Bhanu bergeming sedikit pun. Bagi Bhanu, semuanya tak berarti. Karena orang-orang yang Bhanu harapkan untuk hadir, tidak datang ke tempat ini untuk melihatnya memenangkan piala dan medali emas.

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now