Extra Part : : 02

7.3K 483 169
                                    

Ini chapter terakhir ya :)

Ini chapter terakhir ya :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aamiin..."

Olive, Adnan, Gian, dan Dennis mengakhiri doa mereka di sekeliling makam Bhanu. Buket bunga mulai mereka letakkan menyandar di batu nisan.

Olive menghening. Entah kenapa dadanya merasa sesak ketika melihat nama Bhanu tertera di batu nisan itu. Tak pernah terlintas di pikiran Olive bahwa Bhanunya akan dikubur dalam tanah. Memori saling bertaut, menyisakan luka yang tak akan pernah bisa terurai dengan kata-kata.

Gian dan Dennis saling menunduk menahan air mata. Berbeda dengan Adnan yang telah menutup wajahnya yang telah basah.

Bhanu telah pergi ke tempat jauh.

Sangat jauh hingga tak ada yang mampu menjangkaunya.

Mungkin Bhanu lelah...

Olive menggigit bibir bawahnya menahan sesak. Bahkan hingga saat ini Olive masih saja merindukan cowok itu. Rindu pada sahabat masa kecilnya. Rindu pada cinta pertama di hatinya. Olive benar-benar merindukan Bhanu.

"Bhanu... Ini tau! Mmm anu..." Dennis ingin berbicara, namun kesedihan mengambil alih.

"Kita kangen," sambung Olive.

Gian menghela napasnya, "Nggak kerasa udah lebih dari seminggu lo ninggalin kita semua."

"Sumpah, gue sesek banget kalau denger namanya Bhanu disebutin." Dennis menahan air matanya.

"Geng kita jadi kurang lengkap karena nggak ada lo." Adnan berbicara.

"Anu... Lo kecepetan tau, Nu. Katanya mau ngejar cita-cita bareng," ujar Dennis.

"Nu! Tega lo ya ninggalin kita! Untung beda alam! Kalau nggak, gue cari lo! Trus gue lempar lo ke got!"

"Bener, Nu! Lo pergi nggak pamitan dulu sama kita! Curang lo!" tambah Dennis.

"Perlu jasa bongkar kubur?" tanya Adnan.

Gian menggeplak paha Adnan.

"Hehe... Canda, Nu. Canda," guyon Adnan. Ia menepuk-nepuk batu nisan Bhanu, "Nggak kok. Mana berani gue bongkar kuburan lo."

Dennis manggut-manggut. "Iya, Nu. Soalnya Adnan penakut. Ntar kalo pas dibongkar dan lo melek karena marah, bisa-bisa Adnan jantungan sampe ikutan dikubur."

"Astagfirullahaladzim..." Adnan nyebut-nyebut.

"Bisa-bisanya lo berdua ngelawak di makam Bhanu." Gian geleng-geleng. Ingin menangis, tapi juga gemas ingin menampol sahabatnya.

"Ga papa... Orang sama Bhanu. Iya, kan, Nu? Beda cerita kita ngelawak di kuburan orang. Bhanu palingan lagi ketawa karena kita." Dennis mengangkat bahu. "Feeling gue palingan Bhanu masih di sekitar sini. Cuman kita aja yang nggak bisa liat."

"Yakin amat lo Bhanu ketawa! Kalau dia marah gimana?" tanya Gian.

"Berarti sensi kayak cewek," lanjut Dennis.

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang