Arya benar-benar frustasi saat ia belum kunjung menemukan keberadaan putranya. Sudah lebih dari dua hari sejak Bhanu menghilang, tak ada kabar apa pun. Arya takut jika Bhanu kenapa-napa.
Brian memukul tembok berulang kali. Ia rasa dirinya sudah semakin gila karena adiknya tak juga ditemukan. Dada Brian terasa sakit. Betapa bodohnya ia tidak bisa menyelamatkan adiknya dari kejadian malam itu. Harusnya Bhanu tidak pergi sendirian dalam lebatnya hujan badai. Ia terisak, tak tahu harus mengungkapkan kesedihannya dengan cara apa lagi.
"Bhanu pasti baik-baik aja, kan, Ris?" tanya Alya ke Faris penuh harap. "Di mana dia?" lirihnya.
Olive datang mendekat. Alya langsung memeluk gadis itu erat. "Live..."
"Mbak Yaya belum nemu kabar tentang Bhanu juga?" tanya Olive.
Alya terisak seraya menggeleng.
Olive melepas pelukan itu, ia meraih ponsel dalam tas kecilnya. Sebuah pesan dari Adnan mengalihkan fokus Olive.
Adnan
Bhanu di rumah sakit.Adnan langsung mengirimkan lokasi rumah sakit tempat Bhanu dirawat ke gadis itu.
Olive meneteskan air mata. "Bhanu di rumah sakit, Mbak."
Arya langsung bangkit mendengar kalimat itu. Olive berlari kesetanan masuk ke dalam mobil, membuat yang lain ikut panik dan masuk ke mobil masing-masing.
Olive memimpin di depan. Gadis itu melajukan mobilnya seraya melihat peta lokasi rumah sakit yang dikirimkan Adnan.
Arya berlinang air mata. Mendengar bahwa putranya ada di rumah sakit saja sudah membuatnya hancur. Rasa bersalah kembali menyapa pikirannya. Bagaimana Bhanu bisa berada di rumah sakit? Apa yang terjadi dengan anaknya? Arya tahu betul bahwa kondisi Bhanu sedang tidak baik-baik saja. Dan dengan bodohnya kemarin Arya membiarkan Bhanu pergi dari rumah dalam lebatnya hujan. Kondisi Bhanu yang sedang sakit memang tidak memungkinkan untuk bisa bertahan dalam badai itu.
Sekarang bagaimana keadaan anaknya?
Arya tidak tahu.
Rasa gelisah menyergap dirinya tiada ampun. Arya menangis ketakutan dalam mobil. Takut jika putranya kenapa-napa.
Arya membawa mobilnya masuk ke dalam rumah sakit yang Olive tujukan.
Ia turun dari mobil dengan langkah cepat. Masuk ke dalam rumah sakit dan mendahului yang lain. Arya bertanya ke resepsionis rumah sakit, "Ada pasien bernama Bhanu di sini?"
"Bhanu? Nama lengkapnya siapa ya, Pak?"
"Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma," balas Arya lengkap.
"Bentar ya, Pak..."
Jari Arya mengetuk-ngetuk meja resepsionis dengan sangat tidak tenang. Jantungnya sedang ingin meloncat sekarang juga.
"Oh ada, Pak. Kamar Anggrek nomor empat."
YOU ARE READING
UNSPOKEN [TELAH TERBIT]
Teenage Fiktion[TELAH TERBIT] Sendu sembilu merengkuh semesta luas yang sedih melihat seorang pemuda bernama Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma. Seperti angin, dia ada namun tak terlihat. Seperti langit, dia jauh dan tak tersentuh. Terpaksa dewasa dengan segala ke...