Unspoken : : 24

3.4K 412 54
                                    

Bhanu bersandar di punggung kursi mobilnya

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

Bhanu bersandar di punggung kursi mobilnya. Bangunan megah itu ia lihat dari dalam mobil. Tadi ayahnya menelepon agar Bhanu pulang kembali ke rumah. Membuat ia terpaksa harus pergi meninggalkan Olive buru-buru.

Cerai.

Hal itu benar-benar mengusik kepala Bhanu. Memikirkan bagaimana orangtuanya akan berpisah, membuat Bhanu tidak bisa tenang sama sekali. Ada rasa bersalah yang menyelubungi hatinya saat sadar bahwa akar permasalahan kedua orangtuanya terletak pada dirinya sendiri.

Setelah satu helaan napas, cowok itu keluar dari mobil. Baru saja ia hendak masuk, ia melihat Brian berdiri tak jauh. Kedua sudut bibir Bhanu terangkat untuk senyum. Ia melihat sebuah bola tak jauh. Bhanu meraihnya lalu menendang bola itu hingga mendarat keras di punggung Brian.

"Aduh bangsat!" Brian memutar tubuhnya untuk melihat seseorang yang telah dengan sengaja melemparinya dengan bola

Bhanu hanya menyunggingkan senyuman meremehkan lalu berjalan melewatinya. Seakan tak memiliki dosa telah berbuat hal semacam itu.

"Bhanu?" Brian mengejar adiknya, "Kapan lo pulang, hah?"

Bhanu menoleh ke arah kakaknya. "Kepo!"

"Jawab yang bener!" tegas Brian.

"Basi!" Bhanu tertawa kecil seraya geleng-geleng.

"Mak-maksud lo?"

"Bhanu udah tau semuanya dari Ayah." Bhanu mendekat. "Kalau Mas ... cuman pura-pura nggak suka sama Bhanu."

Brian terkekeh. Ia memeluk adiknya erat, meluapkan kerinduannya. Ia tidak tahu jika ayahnya telah mengakhiri semua sandiwara ini. Brian tertawa kecil seraya meneteskan air mata. "Kangen gue sama lo, Nu."

"Bhanu juga." Bhanu memeluk kakaknya kembali. "Mas... Maafin Bhanu, ya? Maafin semua kesalahan Bhanu."

"Hei, lo nggak salah apa-apa sama gue. Kenapa lo minta maaf?"

"Bhanu pikir Mas beneran benci sama Bhanu. Setelah Ayah jelasin semuanya, Bhanu ngerasa bersalah sama Mas."

"Loh, justru gue yang harusnya minta maaf. Bukan lo, Nu. Di sini gue yang salah..." Brian membalas pelukan adiknya. "Maafin gue, ya?"

Setetes air mata Bhanu jatuh, "Mas... Maaf karena kehadiran Bhanu buat hidup keluarga kita rusak. Bhanu emang pembawa sial. Seandainya Bhanu nggak pernah lahir, mungkin hidup Mas dan yang lainnya akan bahagia."

"Lo nggak boleh gitu, Nu. Lo nggak boleh ngomong gitu..." Brian menghela napasnya. Ia melepas pelukan itu. "Kita masih punya waktu buat perbaikin keluarga kita yang rusak. Tapi bukan berarti itu salah lo, Nu. Gue seneng lo pulang ke rumah lagi. Gue kangen sama lo, Nu."

Bhanu terkekeh, "Lebay."

Brian menjitak kepala Bhanu, "Lebay pala lo!" Ia tertawa.

Bi Ratna datang mendekat. "Seneng banget Bibi liat kalian berdua akur kayak gini," ucap Bi Ratna yang datang mendekat.

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu