Berhubung acara nikahan kakakku udah selesai, aku update 😝
Ya sudahlah...
Langit malam hadir tat kala Bhanu mengintip dari balik selimutnya. Hari Minggu yang menyedihkan. Seharian ia harus berbaring di ranjang kamarnya ketika panas dan gigil menyerang dirinya telak. Namun bagaimanapun juga, ia harus tetap bertahan, dan bangkit dengan semangat baru di esok hari. Jika hari-hari yang telah ia lewati selalu mengecewakan, maka hari yang akan datang, akan Bhanu hadapi dengan harapan baru. Harapan yang sama. Secuil harapan agar bisa diterima lagi di keluarganya dan merajut kebahagiaan bersama-sama seperti dulu. Maka dari itu ia harus tetap bangkit dan tetap percaya bahwa hari itu pasti akan hadir menyambutnya.
Yang telah lelah.
Dulu kakeknya pernah berkata, bahwa bunga saja bisa kembali bersemi setelah musim dingin. Maka Bhanu juga harus bisa seperti itu. Tetap bangkit dengan harapan-harapan baru, meski harapannya telah dibekukan secara paksa.
Dddrrrttt... Dddrrrttt... Dddrrrttt...
Tangan Bhanu meraba-raba mencari ponselnya di bawah bantal. Dengan mata setengah terbuka, ia melihat nama yang tertera pada layar ponselnya. Bhanu mendengus pelan, diangkatnya panggilan alam itu.
"Halo, Pak?"
"Halo, Nak. Untuk besok, sudah siap?"
Bhanu menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh. Ia memejamkan mata, namun otaknya masih tersambung pada telepon genggam itu. "Sudah, Pak."
"Besok kamu dianter siapa? Kalau udah sampai di bandara, telpon Bapak, ya."
"Iya, Pak," balas Bhanu dengan suara serak karena sakit.
"Kok suaramu kayak gitu? Kamu nggak sakit, kan, Nak?"
"Nggak kok, Pak. Tenang aja... Bhanu nggak pa-pa."
"Ya udah, kamu jangan begadang. Jaga kondisi kamu. Kita bakal pergi jauh ke Jerman."
"Iya..."
"Bapak tutup, ya? Sampai jumpa besok," ucap guru itu sebelum akhirnya memutuskan sambungan.
Bhanu menghela napas sejenak. Ditatapnya sebentar papan hitam pembatas ruangan itu. Dahaganya meminta untuk keluar mengambil air, namun tubuhnya memaksa untuk tetap berbaring di ranjang. Akhirnya setelah mengumpulkan banyak nyawa, cowok itu berusaha bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan pelan menuju pintu itu.
Bhanu kehilangan keseimbangannya. Kepalanya terasa pusing saat kaki itu melangkah. Ada Brian yang sedang lewat di depannya membawa segelas air menuju kamar, tapi hanya sekadar lewat saja. Bhanu pun dengan kesusahan berjalan keluar.
Langkah Brian terhenti saat sadar ada sesuatu yang tidak beres dengan adiknya. Ia menoleh pelan, melihat ke arah adiknya yang berjalan terhuyung-huyung. Kakinya melangkah sempoyongan. Tangan Bhanu menggapai-gapai tembok seperti hendak mencari pegangan agar tidak tumbang.
YOU ARE READING
UNSPOKEN [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERBIT] Sendu sembilu merengkuh semesta luas yang sedih melihat seorang pemuda bernama Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma. Seperti angin, dia ada namun tak terlihat. Seperti langit, dia jauh dan tak tersentuh. Terpaksa dewasa dengan segala ke...