Unspoken : : 07

4.3K 576 86
                                    

Chapter anget nih 😆

Brian melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brian melihat ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Ia mendengar suara isakan dari kamar adiknya tanpa henti sejak kejadian semalam. Brian membuka pintu kamar Bhanu. Dan benar saja! Bhanu masih menangis di pojok kamar sembari memeluk kedua lututnya erat-erat.

"Nu..." Brian mendekati adiknya.

Bhanu mengelak. "Pergi, Mas... Nanti ... Bunda ... marah ... liat Mas ... di sini," isaknya putus-putus.

Brian memeluk adiknya, "Bunda sama Ayah udah ke rumah sakit lagi buat nemenin Bella. Tapi lo jangan kayak gini, Nu. Udah... Jangan dipikir lagi. Tidur, Nu. Nanti lo sakit."

Bhanu terisak, bahunya berguncang. Hal itu membuat hati Brian terasa sakit. Sudah jelas ucapan bundanya tadi akan berpengaruh sangat fatal kepada Bhanu. Brian mengusap-usap punggung Bhanu. "Tidur, Nu. Lo belum sempet istirahat. Lo juga habis selesai ikut olimpiade. Jangan kayak gini. Berhenti nangis... Tidur, Nu."

Bhanu meronta minta dilepaskan, "Pergi, Mas!"

"Bhanu."

"BHANU BILANG PERGI!!!" bentaknya.

"Bhanu, tenangin diri lo," ujar Brian.

Bhanu menjambak rambutnya frustasi. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menangis terisak. "Pergi. Bhanu mau sendiri."

"Gue di sini buat lo, Nu. Lo bisa berbagi kesedihan lo sama gue...," lirihnya.

Bhanu masih berusaha menahan kesedihannya, "Mas. Tolong pergi."

"Gue ngerti apa yang lo rasain saat ini," lirih Brian. "Jangan dipendem sendirian. Lo masih punya gue. Gue ngerti apa yang lo rasain."

"APA YANG ANAK KESAYANGAN BUNDA KAYAK MAS, BISA NGERTI DARI BHANU?!!" bentak Bhanu.

Brian terdiam kaget mendengarnya. Kalimat 'anak kesayangan bunda' yang ditujukan kepada dirinya itu, benar-benar membuat Brian tertohok.

Suara Bhanu menaik beberapa oktaf, "BHANU BEDA SAMA MAS! MAS ENAK! HIDUPNYA SELALU DIPERHATIIN SAMA BUNDA-AYAH. MAS DISAYANG! BEDA SAMA BHANU!"

Bhanu terisak, "Bhanu sejak dulu dibuang! Dijauhin. Nggak kayak Mas! Mas punya segalanya! Ayah, Bunda, keluarga, kasih sayang, perhatian. Mas dapet semua itu. Tapi Bhanu nggak! JADI APA YANG MAS BISA NGERTIIN DARI BHANU, HAH?!"

Bhanu meneteskan air mata, "Mas ngerti rasanya dibuang? Dijauhin satu keluarga? APA MAS BISA NGERTI RASANYA SUSAH PAYAH IKUT OLIMPIADE, TAPI SAMPAI DI RUMAH MALAH DIHARAPIN CEPET MATI, HAH?!"

Brian terpegun, dirinya bergetar begitu Bhanu mengucapkan kalimat tersebut. Tubuh Brian mematung seketika, ia terdiam dan terkunci. Brian menelan salivanya, "Bha-Bhanu."

Bhanu semakin hancur, wajahnya sudah sangat sembab. Bhanu memegang kepalanya yang terasa sakit. Banyak bentakan dan amarah yang Bhanu ingin keluarkan dari mulutnya. Namun ia tidak bisa.

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang