"Are you okay, Bro?" tanya Adnan yang masuk bersama Gian, Dennis, juga Olive.
"Nan... Maaf ya kalau gue ngerepotin," ucap Bhanu.
"Emang sejak kapan lo nggak ngerepotin?" canda Gian jahil.
"Nggak dikasih jawaban ulangan sama Bhanu, tau rasa lo!" Dennis menjitak kepala Gian.
Olive berjalan mendekat. Ia tersenyum, "Lo baik-baik aja, kan?"
Bhanu mengangguk, "Alhamdulillah."
Adnan duduk di sofa, meraih cemilan Brian di meja.
"Woy! Makanan gue!" celetuk Brian.
"Laper, Bang. Iihh Abang marah-marah mulu kayak cewek," celetuk Adnan.
"Nu, temen lo akhlaknya ngilang," kata Brian.
"Bukan ngilang, Bang. Adnan emang nggak diberkati akhlak dari janin," ucap Dennis.
"Positive thinking aja, mungkin Adnan bolos pas malaikat lagi bagi-bagi akhlak," tambah Gian.
"Bodo amat, Nyet! Bodo amat!" Adnan menaikkan kakinya di sofa, memakan cemilan Brian tanpa dosa.
"Nan, inget ada Bapaknya Bhanu di sini. Sopan. Sopan," celetuk Dennis.
Adnan menurunkan kakinya dari sofa saat ingat ada ayahnya Bhanu di tempat ini. "Eh, maap Om. Maap..."
"Tidak apa-apa," balas Arya.
"Ayah... Adnan yang nolongin Bhanu," ucap Bhanu pelan. "Dia yang bawa Bhanu ke rumahnya trus Bhanu dibawa ke sini."
Arya menoleh ke arah Adnan. "Bener?" tanya Arya seraya berjalan mendekat, "Om... Om mau bilang makasih banyak ke kamu. Uang rumah sakit nanti Om yang bayar."
"Mama udah bayar tunai kemarin, Om. Santai aja..." Adnan mengambil lagi makanan Brian dan melahapnya.
"Kok..." Arya menggantungkan kalimatnya mendengar ucapan Adnan. "Mama kamu bayar berapa? Om mau bayar ke Mama kamu."
"Nggak usah, Om. Mama saya ikhlas kok," balas Adnan.
"Maklum, Om... Anak sultan," tambah Gian seraya tertawa kecil.
"Anak sultan tapi kelakuannya kayak gembel yang minta-minta makanan," sahut Dennis.
"Woy kalian berdua! Gue beli jiwa raga lo berdua nanti," kesal Adnan.
Gian dan Dennis tertawa puas menertawai sahabatnya. Adnan menyipitkan matanya kesal, melahap makanan di tangannya bagaikan raksasa. Seolah memberi tanda bahwa ia ingin melahap Gian dan Dennis seganas itu juga.
Arya menatap Adnan, "Om nggak tau harus berterima kasih kayak gimana. Om mau bilang terima kasih sebanyak-banyaknya. Bilang juga makasih untuk Mama kamu."
VOCÊ ESTÁ LENDO
UNSPOKEN [TELAH TERBIT]
Ficção Adolescente[TELAH TERBIT] Sendu sembilu merengkuh semesta luas yang sedih melihat seorang pemuda bernama Raflie Adhinata Bhanu Jaya Kusuma. Seperti angin, dia ada namun tak terlihat. Seperti langit, dia jauh dan tak tersentuh. Terpaksa dewasa dengan segala ke...