Unspoken : : 28

7.7K 498 166
                                    

Aku bakal habisin Unspoken satu minggu ini. Soalnya aku lagi persiapan buat olimpiade matematika nasional, beberapa minggu ke depan. Jadi harus ngebut dikit hehe...

Tolong dimengerti ya teman-teman 😁

Mohon doanya juga 😆

"Asmita?" Arya cukup terkejut saat melihat Asmita berdiri di depan pintu ruangan tempat Bhanu dirawat itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Asmita?" Arya cukup terkejut saat melihat Asmita berdiri di depan pintu ruangan tempat Bhanu dirawat itu. "Kamu ke sini?"

"Aku... Aku mau ngeliat Bhanu, Mas." Asmita menitikkan air matanya.

Satu hal yang membuat Arya merasa senang bukan main. Ia langsung memeluk istrinya, "Mas seneng banget. Seneng... Makasih udah ke sini, Sayang."

Asmita menangis dalam pelukan suaminya.

Arya melepas pelukan itu. "Mas mau beli sesuatu dulu di luar. Kamu temenin Bhanu, ya?" pintanya. Arya lantas mencium kening Asmita dengan sayang.

Asmita mengangguk pelan. Arya membelai rambutnya sejenak sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Asmita. Tangan Asmita bergetar menyentuh gagang pintu itu. Setelah satu hembusan napas, ia membukanya pelan.

Ceklek.

Bhanu yang sedang terbaring lemah dengan berbagai macam alat medis yang terpasang, menjadi objek pertama Asmita. Dada Asmita seperti dihantam batu besar hingga membuatnya merasa sesak. Kakinya berjalan terseok-seok mendekati putranya yang tertidur dengan wajah pucatnya.

Asmita menitikkan air mata. Ia meremas tangannya gusar, menatap lurus ke arah Bhanu yang masih memejamkan matanya. Masker oksigen terpasang, juga alat medis lain yang Asmita tidak ketahui. Salah satu tangan Asmita bergerak perlahan hendak mengelus rambut hitam putranya. Namun belum sempat tangan itu mendarat di kepala Bhanu, cowok itu sudah terlebih dahulu membuka mata perlahan.

"Bunda?" tanyanya lemah.

Asmita membuang mukanya dan berjalan pergi. Gengsinya masih terlalu tinggi untuk bisa menunjukkan kasih sayangnya terhadap Bhanu.

"Bunda..."

Suara lemah itu menghentikan langkahnya. Setetes air mata Asmita jatuh menetes, bingung antara lanjut berjalan ke luar ruangan atau tetap berdiam diri di tempat.

"Bhanu ... pengen dipeluk. Boleh?" tanya Bhanu.

Asmita masih tetap tak bergeming. Hanya air mata yang jatuh menetes bersamaan dengan hatinya yang terasa sesak.

"Nggak boleh, ya?" tanya Bhanu. "Nggak apa-apa..."

Asmita melihat ke sekitar, mengijapkan matanya berulang kali untuk menahan air matanya yang jatuh. Entah mengapa matanya terasa sangat perih ingin menangis.

"Bhanu sayang Bunda," ujar Bhanu dengan suara lemahnya. "Kalau Bhanu pergi, apa Bunda akan bahagia?" tanyanya.

Asmita terpegun mendengarnya. Tak terhingga berapa banyak air mata yang sekarang sedang ia teteskan. Hatinya terasa begitu perih, juga remuk. Asmita mengepalkan tangannya yang bergetar tak karuan. Ada sesuatu yang sekarang sedang mengiris hatinya tipis-tipis.

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now