Unspoken : : 13

3.4K 482 54
                                    

Bhanu membuka matanya perlahan ketika mendengar pintu ruangannya dibuka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bhanu membuka matanya perlahan ketika mendengar pintu ruangannya dibuka. Ia melihat Asmita berdiri di sana seraya bersandar di daun pintu.

Tunggu!

Apa Bhanu sedang salah lihat?

Bhanu menatap orang yang berdiri di daun pintu lekat-lekat. Bayangan orang itu tidak menghilang sama sekali. Tidak! Bagaimana mungkin Asmita datang menjenguknya? Sepertinya hal seperti itu tidak mungkin. Bhanu menelan salivanya, "Bu-Bunda?"

Asmita melipat kedua tangannya di dada. Ia datang mendekat, membuat senyum Bhanu perlahan terbentuk. Bhanu meneteskan air mata haru, "Bunda ke sini buat jenguk Bhanu?"

"Kapan kamu mati, hah?!"

Hati Bhanu tercacak. Apa ibunya datang hanya untuk menanyakan hal seperti itu? Setetes air mata Bhanu jatuh. Setetes, dua tetes, banyak ... semakin banyak. Bahkan hingga sekarang keinginan ibunya masih saja sama.

Menginginkannya pergi...

Bhanu perlahan meraih tangan bundanya, kendati dengan cepat disambar Asmita. "Bunda... Maafin Bhanu," lirih Bhanu. Matanya berkaca-kaca sekarang, "Maafin Bhanu kalau Bhanu ada salah sama Bunda. Tapi tolong... Berhenti jauhin Bhanu, Bun. Bhanu butuh Bunda..."

"Apa maaf kamu bisa mengembalikan segala hal yang telah kamu hancurkan? Kesempatan saya, impian saya, dan harga diri saya."

"Bhanu salah apa sama Bunda?" lirihnya.

"Salah apa? Hah?! Salah kamu banyak!!" tegasnya.

"Apa karena Bhanu ngerusak pertemuan Bunda dulu? Apa karena itu?" tanya Bhanu.

"Saya rasa saya tidak perlu jawab."

"Bunda... Demi Tuhan, Bhanu nggak tau kalau saat itu Bhanu salah. Bhanu bener-bener nggak sengaja, Bunda." Air mata Bhanu jatuh. "Bhanu bener-bener minta maaf, Bun. Maafin Bhanu," isaknya pilu.

Asmita berdecih. Namun entah mengapa air matanya jatuh saat mendengar kalimat itu dari mulut putranya.

Bhanu menggenggam erat tangan ibunya, "Bunda... Bhanu sayang Bunda. Bhanu kangen dipeluk sama Bunda kayak dulu lagi. Bhanu kangen dicium Bunda. Bhanu ingin ngerasain itu semua lagi sekarang." Hati Bhanu terasa sesak seketika saat melihat ibunya sama sekali tidak peduli.

Bhanu terisak. "Bhanu juga anak Bunda... Bhanu sama kayak Mas Brian dan Bella. Bhanu juga lahir dari rahim Bunda. Bhanu masih Bhanu yang sama dengan Bhanu kecil yang Bunda selalu peluk setiap hari. Bhanu yang dulu pernah Bunda tangisin saat Bhanu masuk rumah sakit. Bhanu yang selalu Bunda gendong ke mana-mana. Bhanu yang Bunda selalu cium. Bhanu yang dulu pernah jadi kebanggaannya Bunda. Dan Bhanu yang dulu pernah jadi anak kesayangannya Bunda..." Bhanu melirih. Tangisannya terdengar pilu dan menyayat hati. Ada duri yang sekarang sedang menusuk-nusuk dirinya tiada ampun.

Bhanu menatap bundanya dengan mata berkaca-kaca, "Sekarang Bhanu udah gede. Tapi Bhanu masih pengen ngerasain dimanja sama Bunda kayak dulu. Bhanu pengen disayang sama Bunda lagi. Bhanu hanya pengen itu..."

UNSPOKEN [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now