35. Selembar kertas

742 127 44
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seungcheol, laki-laki yang baru beranjak dewasa itu tengah berada di cafetaria kampus tempatnya menimba ilmu. Ia tak sendiri. Seseorang yang telah lama menjadi sahabatnya tengah bersamanya. Sahabatnya itu berkutik dengan laptop miliknya mengerjakan beberapa tugas tambahan. Seharusnya ia juga melakukan hal yang sama, namun entah mengapa ia sama sekali tidak tertarik untuk mengerjakan tugas yang ia abaikan itu. Terkadang sahabatnya itu menegurnya dan menyuruhnya untuk segera mengerjakan tugasnya.

Yoon Jeonghan, sahabatnya dari sejak Sekolah Menengah Pertama itu selalu setia menemaninya. Katakan saja jika Jeonghan adalah seseorang yang selalu Seungcheol andalkan, dari segi apapun. Jeonghan yang notabennya dewasa itu selalu menjadi tempat bersandar untuk sahabatnya. Seungcheol sering sekali mengeluh kepadanya dan tentunya dengan senang hati Jeonghan mendengarkan keluhan sang sahabat, begitupula memberikan saran yang baik untuknya.

Sekarang, Jeonghan merasa jika Seungcheol teramat sangat berbeda. Akhir-akhir ini sahabatnya itu sering mengabaikannya dan sibuk dengan dunianya sendiri. Jeonghan ingin tahu. Ingin tahu apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. Apakah terjadi sesuatu kepada keluarganya ? Tapi tunggu ! Bukankah keluarga Seungcheol mengadopsi seseorang ? Akankah orang yang diadopsinya berulah dan mempermalukan keluarganya ? Sungguh, ia ingin tahu dan sangat penasaran.

Apalagi setelah melihat diamnya Seungcheol, membuat dirinya yakin jika semua ini ada kaitannya dengan keluarganya. Selama berteman dengannya, Seungcheol akan selalu mengeluhkan isi hatinya dan tidak memendamnya seorang diri. Tapi sekarang, entahlah. Rasanya ia ingin bertanya, namun takut jika dirinya terlalu memaksa Seungcheol dan membuat sahabatnya itu membencinya karena terlalu mengurusi urusan orang lain. Seungcheol ketika marah memang sangat menakutkan.

"Kau tak apa ?" ingin sekali Jeonghan bertanya seperti itu, namun ia takut. Lihatlah bahkan tanpa sadar Seungcheol mengepalkan kedua tangannya dan terdengar deru napas yang cukup cepat. Banyak sekali pertanyaan yang memenuhi kepalanya, namun ia tidak dapat mengungkapkannya.

Berbanding terbalik dengan Jeonghan yang mengkhawatirkan Seungcheol, justru sang pemilik nama hanya terus terlarut dalam pikirannya. Mengabaikan sang sahabat yang sudah jelas mengkhawatirkannya dan dengan terpaksa harus menahan segala pertanyaan yang mengisi isi kepalanya. Tidakkah Seungcheol sadar akan hal itu ? Jikapun sadar, sudah jelas ia tidak akan terus mengabaikan Jeonghan kan ?

Seungcheol hanya memikirkan Wonwoo, itu saja.

Flashback

"Hyung hentikan ini sakit." ujar Wonwoo ketika salah satu lengannya ditarik paksa oleh sang kakak angkat masuk kedalam kamarnya. Padahal tadi Wonwoo tengah menikmati waktu santainya di balkon kamarnya. Dan kedatangan Seungcheol sukses membuatnya ketakutan setengah mati.

Seungcheol menatap Wonwoo tajam, setajam elang. Dengan cepat Seungcheol melepaskan lengan Wonwoo dengan kasar, hingga tanpa sadar membuat sang adik meringis. Melihat wajah Wonwoo membuat emosinya kembali meluap. Entah sejak kapan ia selalu dihinggapi rasa tak suka dan emosi sekaligus ketika melihat wajah sang adik. Ini memang salah, namun ia tak dapat menyembunyikannya.

"Sebenarnya kau siapa ? Mengapa kau dan appa melakukan test DNA ? kau ingin menghancurkan keluargaku bukan ?"

Deg.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang