39. Kembali berkorban

909 128 49
                                    

Happy Reading

.

.

.

Wonwoo tak tahan. Kesabarannya telah habis. Ia tidak bisa terus seperti ini dan menjadi seseorang yang terus saja disalahkan. Ayah yang menjadi tempat peraduan terakhirnya, nyatanya tak seperti yang diharapkan. Ayah yang dihormatinya nampak tak dapat menerima kehadirannya. Dalam hasil test DNA tersebut menyatakan jika dirinya adalah anak kandungnya. Dan kalian tahu ? Berkat ucapan Seungcheol kala itu, membuat Tuan Kim ragu untuk mengakuinya anak.

Sejak awal seharusnya Wonwoo tak hadir didalam keluarga Kim dan bertemu sang ayah jika pada akhirnya akan seperti ini. Semenjak emosinya yang tak dapat ditahan dan berhasil menghancurkan seisi kamar, nampaknya Wonwoo menjadi anak yang tak tahu arah. Tak hentinya ia menghindari keluarga angkatnya satu persatu, begitupula kepada Mingyu. Apa yang dilakukan Wonwoo ini membuat Mingyu terheran-heran padanya, namun Wonwoo seolah tak peduli dan masih dengan pendiriannya yang kokoh.

Sering kali Mingyu mengajaknya bicara atau mengajaknya pergi ke toko buku. Apalagi ujian sekolah tinggal beberapa hari lagi dan ya, Wonwoo selalu menolaknya dengan halus. Jujur saja Mingyu benci atas perubahan sikap Wonwoo terhadapnya, dirinya seperti tak memiliki teman jika Wonwoo terus saja bersikap seperti ini. Ingin sekali Mingyu menjadi satu-satunya orang yang tahu apa penyebab Wonwoo seperti ini, namun Wonwoo seperti menyembunyikan cukup apik agar tak ada satupun orang yang tahu tentang apa yang tengah terjadi kepadanya.

"Mingyu pulanglah sendiri. aku tidak bisa pulang bersamamu." ucapan Wonwoo sukes membuat Mingyu terkejut. Setelah lama menghindarinya tiba-tiba Wonwoo mengatakan kalimat yang baru pertama kali ia dengar. Untuk pertama kalinya Wonwoo tidak ingin pulang bersamanya, mengapa ? Apakah Wonwoo membencinya karena ia selalu ikut campur dengan urusannya ?

Mingyu yang baru saja menyamirkan tasnya pada bahu kanannya menatap kearah Wonwoo dan tak dapat menyembunyikan keterkejutannya, "Kenapa ? Kau marah padaku karena aku selalu mengusikmu ?" balas Mingyu dan entah mengapa ia sedikit kesal kepadanya. Memang ini salah, entah mengapa ia tidak dapat menyembunyikan kekesalannya. Mingyu sadar seharusnya ia tidak berujar seperti itu kepada Wonwoo.

Wonwoo masih duduk manis ditempatnya. Padahal jam pulang sekolah telah berdering sejak lima belas menit yang lalu. Dan tidak ada tanda-tanda jika Wonwoo hendak beranjak dari kursinya. Sebuah gelengan yang Wonwoo berikan kepada Mingyu atas pertanyaannya. Mungkin kali ini Mingyu tidak dapat lagi bersabar menghadapinya, lagipula Wonwoo sudah menyiapkan diri jika Mingyu akan seperti ini. Kata wajar yang selalu mengisi isi kepala Wonwoo, meskipun ia harus terluka semakin dalam.

Mingyu bangkit dari duduknya dan menatap Wonwoo tajam, "__terserahmu sajalah. Aku sudah malas berurusan denganmu. Lakukan saja apa yang kau ingin lakukan. Jangan peduli padaku." ujar Mingyu sebelum pergi meninggalkan Wonwoo yang masih diam di tempat duduknya dengan senyuman tipisnya.

"Sudah ku duga jika kau akan seperti ini, Mingyu-ya. Tak apa. Kita lebih baik seperti ini dan jika kau mengetahui yang sebenarnya, aku tidak akan terlalu terluka." jerit batin Wonwoo dan bangkit dari duduknya. Ia melihat jam yang melingkar dilengannya yang telah menunjukkan pukul setengah lima. Ia harus segera pergi dari sekolah dan menemui seseorang untuk terakhir kalinya. Ya. Wonwoo memutuskan untuk menemuinya, meski ia tidak tahu nasib apa yang akan menimpanya nanti.

Disepanjang jalan menuju parkiran, Mingyu tak hentinya mendumel atas sikap Wonwoo yang telah membuatnya kesal. Kesabarannya telah habis menghadapi sikap Wonwoo yang semakin hari semakin membuatnya kesal dan juga bertambah mengabaikannya. Ia bahkan tidak dapat berbincang dengan Wonwoo sesering sebelumnya. Wonwoo benar-benar sangat keterlaluan, padahal pria bertama rubah itu telah berjanji padanya akan selalu ada dalam situasi apapun. Kenyataannya Wonwoo tak dapat memegang janjinya, ia mengingkari janji tersebut tanpa sadar.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now