4. Kau tidak akan mengerti

1.2K 163 16
                                    

Happy Reading

.

.

.

"SUDAH AKU KATAKAN UNTUK TIDAK MENAMPAKKAN WAJAHMU DIHADAPAN REKAN BISNISKU, JEON WONWOO !"

Teriakkan penuh kemarahan menggema disalah rumah yang begitu mewah. Dikamar mandi salah satu kamarnya nampak wanita cantik itu terus menarik surai hitam kecokelatan milik salah seorang remaja yang begitu pasrah. Sudut bibirnya kembali mendapatkan luka, begitu pula pelipisnya dihiasi darah yang telah mengering. Belum lagi kepalanya yang berdenyut sakit akibat tarikan kedua tangan wanita yang paling dihormatinya ini.

Wanita itu terus menarik surai milik remaja itu yang telah begitu pucat. Sedari tadi ia terus meminta tolong agar wanita yang dihormatinya ini menghentikan apa yang dilakukan terhadapnya. Namun apa yang dilakukannya sia-sia. Wanita itu yang tak lain adalah ibu kandungnya terus saja berbuat kasar padanya, seolah menulikan pendengarannya.

"Eomma tolong hentikan." pintanya. Kedua tangannya terus mencoba melepaskan tangan sang ibu yang berada tepat dikepalanya. Sungguh ini sangat sakit , apalagi dibagian kepalanya yang terasa tertusuk ribuan paku.

Nyonya Kim nampak belum puas. Ia dengan tak berperasaan menarik sang anak dan menenggelamkan kepalanya ke bathup yang terisi air. Terlihat Wonwoo kesulitan bernapas dengan tubuh yang mulai melemah. Ibunya terus saja memberikan rasa sakit keseluruh tubuhnya. Wonwoo berharap jika hari ini adalah hari terakhirnya merasakan kesakitan yang selalu diterimanya dari sang ibu. Mungkin ia akan sangat senang jika mati ditangan sang ibu (orang yang melahirkan sekaligus membencinya).

"SEHARUSNYA KAU MATI SAJA, JEON WONWOO ! KAU TELAH MEMBUATKU MALU !" teriaknya lagi dan terus menenggelamkan kepala sang anak tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Flashback

Sore hari yang sebentar lagi tergantikan oleh gelapnya malam, nampak seorang remaja baru saja menginjakkan kedua kakinya digerbang rumahnya. Didepannya nampak bangunan rumah yang begitu mewah terpampang jelas dikedua matanya. Tiba-tiba ia tersenyum kecut dengan kenyataan bahwa dirinya tak pernah merasakan apa yang namanya bahagia dan kasih sayang. Bangunan mewah itu tak sebanding dengan hidupnya yang bahkan jauh dari kata baik.

Remaja itu Jeon Wonwoo tidak terlalu mempedulikan mobil yang terparkir dihalaman rumahnya. Tujuannya hanya satu, ia ingin segera ke kamar dan mengistirahatkan tubuhnya yang entah mengapa sangat tidak bersemangat. Dilangkahkannya kedua kakinya memasuki ruang tamu. Tetapi baru saja kedua kaki itu sampai diruang tamu, ia langsung menghentikan langkah kakinya ketika dirinya menjadi pusat perhatian dari empat orang disana---salah satunya adalah sang ibu.

Wonwoo langsung membungkuk dengan tubuh kaku yang mulai mendingin. Ah rupanya ia kembali melakukan kesalahan yang membuat sang ibu menatapnya tajam. Bodoh. Seharusnya ia memperhatikan mobil yang terparkir dihalaman rumahnya dan tidak harus berjalan ke ruang tamu, jika seperti ini tidak ada yang bisa dimaafkan. Ibunya pasti akan melakukan sesuatu diluar dugaan.

Nyonya Kim menatap kearah Wonwoo dengan sorot mata tajamnya dan memberikan perintah untuknya segera pergi dari tempatnya berpijak lewat kedua matanya. Lihatlah bahkan ia tengah mencoba menahan amarah yang sebentar lagi segera melunjak. Rasanya ingin sekali ia langsung memberi pelajaran kepada anaknya yang selalu melanggar aturan. Tetapi ia harus menahan diri untuk tidak dipandang buruk oleh rekan kerjanya. Sampai Wonwoo pergi, emosi yang sedari ditahannya mulai mereda.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now