22. Kebaikan berujung kehancuran

819 95 36
                                    

Happy Reading

.

.

.

Jam istirahat memang sangat dinanti-nanti oleh banyak siswa maupun siswi. Mereka sangat tak sabar untuk menanti jam bebas dari pelajaran yang membuatnya penat. Apalagi dengan perut mereka yang berbunyi minta diisi, siapa yang akan tahan dengan bunyi perut itu ? Bahkan tak jarang pula berbunyi sangat keras dan sangat memalukan untuk didengar. Oleh karena itulah ketika bel berbunyi, mereka akan berbondong-bondong pergi ke kantin sekolah dan rela mengantri hanya demi makanan.

Namun, tidak dengan satu remaja tampan yang sepertinya tidak tertarik seperti temannya yang lain. Remaja itu hanya berkeliling sekolah tanpa rasa lapar sedikitpun, percayalah biasanya ia tidak pernah bisa menahan rasa laparnya. Malah ia akan meminta tolong kepada kedua sahabatnya untuk membawakan jatah makannya tanpa harus mengantri panjang. Ayolah mengantri sama saja menghabiskan banyak waktu. Sedangkan mereka hanya diberi waktu istirahat sangat singkat.

Remaja itu memang Mingyu. Mingyu yang saat ini tanpa kedua sahabatnya. Hari ini adalah hari yang sangat sibuk untuk para anggota di organisasi sekolah tersebut, mereka tengah mengadakan diskusi bulanan untuk beberapa hal yang harus dicapai. Mingyu tahu jika kedua sahabatnya sangat sibuk dan tak bisa menemani dirinya makan seperti biasa. Daripada makan sendiri tanpa ditemani oleh kedua sahabatnya, ia lebih memilih untuk tidak makan sekalipun. Lagipula ia tidak bisa makan seorang diri tanpa ditemani orang-orang terdekat. Katakan ia memang sangat berlebihan.

Kaki jenjangnya terus melanglah tanpa tujuan yang pasti. Berkeliling sekolah memang bukanlah hobinya. Namun, sukses membuat dirinya dapat mengenal bagaimana dalam sekolah yang sebenarnya. Memang ia jarang sekali berkeliling dan banyak tidak tahunya, lambat laun ia dapat mengetahuinya satu persatu. Jika dirinya tengah berkeliling seperti ini, ia merasa sama seperti kedua sahabatnya yang masuk organisasi sekolah. Ia seolah tengah menyelidiki sesuatu yang mencurigakan di sekolahnya. Padahal kenyataannya ia sama sekali tidak tertarik akan hal itu.

"Asap ?" gumamnya ketika dirinya sampai di belakang sekolah dan mendapati ada asap yang entah darimana. Seketika otaknya berputar untuk menebak asap apa itu. Mungkinkah ada kebakaran ? Tunggu. Jika kebakaran pasti asapnya lebih pekat dan juga sangat besar. Sedangkan barusan sangat tidak seperti asap kebakaran.

Mingyu dengan langkah lebarnya segera mendekat kearah asap tersebut tanpa berpikir panjang. Pikirannya sibuk menebak apa yang baru saja dilihatnya, meski ia harus terus berpikir positif. Ia tidak ingin salah menduga dan membuat dirinya berpikiran yang aneh. Siapa tahu jika asap itu berasal dari pesuruh sekolah yang tengah membersihkan sekolah bukan ?

Dugaannya salah. Ketika dirinya tepat berada ditempat dimana asal asap tersebut, Mingyu tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Kedua matanya saja sampai membelalak lebar saking terkejutnya. Mengapa ia harus menyaksikan teman-temannya melakukan hal yang dilarang sekolah ? Tidak bisakah ia tidak menjadi seseorang yang melihat itu semua ? Ah bahkan ia ingat dengan jelas siapa mereka yang melanggar peraturan sekolah. Tentu saja seniornya yang selalu berbuat onar dan siapapun yang memiliki urusan dengan mereka, maka hidupnya tidak akan tenang.

Mingyu rasa dirinya salah melangkah. Tak seharusnya ia menyelidiki hal ini dan membiarkan saja asap itu tanpa harus menyelidikinya. Mingyu merasa sangat gugup. Belum lagi tatapan mereka yang seperti tengah mengintimidasi dirinya. Seketika nyalinya menjadi menciut tanpa dapat melakukan apapun. Ia sangat menyesal dan benar-benar menyesal. Apakah ia masih bisa merasakan ketenangan sekolah ? Ataukah mereka akan berbuat macam-macam dengan dirinya yang memergoki seniornya tengah berpesta rokok ?

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now