28. Menusuk dari belakang

825 124 37
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seorang remaja berjalan seorang diri lengkap dengan seragam sekolahnya. Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone yang tersambung pada benda pipih tersimpan di saku bajunya. Tentunya remaja itu berjalan sembari mendengarkan musik favoritnya. Ada alasan lain mengapa ia seperti itu adalah untuk menghindari para pejalan kaki lainnya yang terus menatap kearahnya. Pejalan kaki tersebut yang tak lain adalah remaja putri sebayanya. Entahlah mereka seolah tertarik kepadanya dan sukses membuat Soonyoung tidak nyaman.

Hari sudah hampir menjelang malam, namun Soonyoung masih berada diluar dan sama sekali belum sampai pada rumah mewahnya. Bagi Soonyoung rumahnya tidak seperti dulu ketika ia masih bersama dengan kedua sahabatnya, Jihoon dan Wonwoo. Dulu kedua orang tuanya selalu menyempatkan diri menyambut kepulangannya ataupun melakukan sarapan dan makan malam bersama. Namun, semanjak ia berpisah dengan kedua sahabatnya apa yang menjadi rutinitasnya itu telah sirna. Soonyoung hanya tersenyum kecut ketika Wonwoo selalu menganggap kehidupannya yang terbaik, walau sebenarnya tak lagi sama.

Ketika Jihoon meninggal, Soonyoung menjadi sosok yang benar-benar pendiam tidak seperti biasanya. Setelah Jihoon di makamkan saja, Soonyoung selalu mengurung diri dikamar dan tidak berinteraksi dengan kedua orang tuanya. Ia seolah menghindari semua orang dengan apa yang menimpa sahabatnya. Tidak dapat dipungkiri jika Soonyoung teramat menyesal karena tidak ada disamping sahabatnya untuk terakhir kalinya. Bukan hanya itu, ia tidak pernah tahu kehidupan Jihoon yang sebenarnya.

Benar yang dikatakan oleh Wonwoo bahwa dirinya tidak berguna. Mereka bertiga bersahabat cukup lama, namun hanya Soonyoung yang tidak mengetahui dengan benar permasalahan yang terjadi dengan kedua sahabatnya. Soonyoung hanya tahu jika Jihoon dan Wonwoo tidak diperlakukan baik dirumah, bodohnya ia tidak mengetahui jika keduanya sering kali mendapat kekerasan fisik dari keluarganya. Seandainya waktu dapat berputar , Soonyoung ingin kembali ke saat itu. Saat dimana dirinya bersama kedua sahabatnya dan melindungi Jihoon tanpa harus membuatnya menyerah seperti itu.

Sayangnya, waktu tidak dapat kembali kemasa itu. Sehingga hanya ada penyesalan yang Soonyoung tahan dalam hatinya. Apalagi dengan perkataannya yang membuat Wonwoo harus mendapat hujatan dari orang-orang diluar sana. Seharusnya ia tidak berkata jika Wonwoo yang telah membunuh Jihoon, seharunya ia melindungi kedua sahabatnya. Bukan menyalahkan Wonwoo seorang. Masih ingat dibenaknya jika Wonwoo tidak mendorong Jihoon, melainkan Jihoon yang menjatuhkan diri sendiri.

Langkah kakinya terhenti ketika dihadapannya berdiri sosok wanita cantik yang sudah tidak muda lagi. Wanita cantik itu memberikan sebuah senyum kepadanya. Soonyoung tidak buta dan tidak lupa siapa wanita cantik itu. Ya. Siapa lagi jika bukan Kim Sung Ryung, ibu kandung dari sahabatnya sendiri Wonwoo. Mengapa ia harus bertemu dengannya diwaktu yang tidak tepat ? Sebelumnya ia memang berniat untuk menemuinya, namun sekarang ia tidak ingin bertemu dalam waktu yang tidak tepat seperti ini.

"Soonyoung-ah apa kau ada waktu ? Bisakah ikut aku sebentar saja ?" ucap Nyonya Kim setelah Soonyoung melepaskan dan menyimpan earphone nya disaku bajunya.

Soonyoung ragu. Haruskah ia ikut bersamanya ? Ia juga sebenarnya sangat penasaran dengan alasan mengapa ibu Wonwoo mengajaknya. Haruskah ia mengiyakan ? Lagipula ia tidak ingin pulang cepat dan mungkin menghabiskan waktu sebentar dengannya bukanlah hal yang buruk. Ini keputusannya dan ia tidak ingin bertemu dengannya lagi, mungkin ini saatnya ia mengatakan kepadanya bahwa Wonwoo satu sekolah dengannya.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang