2. Kim Mingyu

1.6K 175 16
                                    

Happy Reading

.

.

.

Pagi menjelang, sinar mentari telah menyinari daerah tertentu. Nampak seseorang tak merasa terganggu dengan sinar mentari yang berhasil menyinari sebagian kamarnya. Saking tidak terganggunya, ia dengan nyamannya mengeratkan tubuhnya bergelung bersama selimut tebal yang semalaman menemaninya. Entahlah. Ia hanya merasa matanya masih sulit untuk dibuka dan ingin tertidur seperti ini dalam beberapa waktu ke depan. Dan bahkan ia tidak terganggu sama sekali ketika seseorang datang untuk membangunkannya (tentunya).

Seseorang itu menggelengkan kepalanya gemas dengan tingkah orang yang sangat disayanginya itu. Perlahan ia menutup pintu kamar dan berjalan pelan memasuki kamar yang selalu setiap hari dikunjunginya. Kedua kakinya berjalan menuju jendela dan membuka gordeng hingga sinar mentari benar-benar masuk kedalam kamar yang cukup luas ini. Nampak terlihat sangat indah dengan sinar mentari ini.

Setelah tugasnya membuka jendela juga gordeng kamar, ia perlahan berjalan menuju kasur dimana seseorang tertidur dengan nyamannya. Sudut bibirnya kembali tertarik ketika melihat betapa menggemaskannya seseorang yang masih terlelap ini, padahal jam sudah hampir menunjukkan pukul tujuh. Masih ada waktu satu jam untuk pergi ke sekolah, beruntung sekolahnya sangat dekat dan hanya ditempuh dalam waktu sepuluh menit.

"Gyu-ya kau tidak akan bangun hem ? Bukankah sekarang adalah hari pertamamu sekolah ? Kau tidak inginkan hari pertama sekolah memberikan kesan buruk di sekolahmu ?" ucapnya dengan mencoba mengguncang tubuh sang adik yang nampak mulai terganggu.

Orang yang dipanggil 'Gyu' itu dengan kasar membuka selimut tebal yang membungkus tubuhnya dengan mata bulat yang terbuka memperlihatkan betapa masih mengantuknya ia. Ia mengucek matanya yang terlihat seperti anak kecil (sangat menggemaskan). Kim Seungcheol yang tak lain adalah kakak dari Gyu itu tak bisa menahan diri untuk tidak mencubit salah satu pipi adiknya. Dapat didengar suara ringisan keluar dari mulut sang adik, oh mungkinkah ia mencubit pipinya terlalu keras ? Terlihat jelas raut bersalah terpancar di wajah tampannya.

"Kau menggemaskan sekali, Gyu. Maaf jika hyung terlalu keras mencubitmu."

"Ini jam berapa, hyung ?" Mingyu tak mengindahkan perkataan Seungcheol. Justru ia malah memberikan pertanyaan kepada sang kakak. Ya. Seungcheol adalah kakak sekaligus keluarga yang paling dekat dengannya. Bukan maksud ia tidak dekat dengan kedua orang tuanya, hanya saja Seungcheol lah yang selalu menjaganya. Bahkan setiap hari ia selalu menyempatkan diri menemaninya.

Seungcheol mengalihkan kedua matanya sesaat kepada jam yang melingkar dilengan kirinya, "Tujuh. Kau akan sekolah hari ini kan ? Cepatlah bangun jika tidak ingin terlambat." ingat Seungcheol.

Mingyu mengangguk dan segera turun dari kasurnya untuk segera mandi juga bersiap. Hari ini pasti Seungcheol akan mengantarnya. Kebiasaan kakaknya itu selalu saja seperti itu. Meskipun jam kuliah kakaknya siang ataupun sore, tetap saja Seungcheol akan mengantarkannya ke sekolah ataupun menjemputnya. Bahkan dulu sebelum pindah, Seungcheol selalu seperti itu meski jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh dan menghabiskan banyak waktu. Mingyu tentu saja senang karena ia memiliki seorang kakak yang sangat perhatian kepadanya, terlebih setelah kejadian dimana dirinya tidak bisa melupakan traumanya. Kakaknya itu bertambah ketat menjaganya.

"Kau akan mengantarku ?"

Seungcheol mengangguk tanpa ragu, "Cepatlah bersiap. Ku tunggu kau dibawah bersama eomma dan appa." tanpa menunggu jawaban Mingyu, Seungcheol sudah lebih dulu keluar dari kamarnya. Meninghalkan Mingyu yang menatap kepergiannya dengan perasaan senangnya.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now