26. Penuh harap

704 112 26
                                    

Happy Reading

.

.

.

Seharian penuh Wonwoo meninggalkan kelas dan tidak dibiarkan keluar dari ruang kesehatan. Tidak bisa dibohongi jika tubuhnya tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tubuhnya lemas bersamaan dengan kepalanya yang entah mengapa masih terasa sakit juga pusing. Wonwoo tidak tahu mengapa kepalanya ini terasa sangat sakit. Memang sebelumnya ia merasa kepalanya sakit, tapi tidak sesakit di kelas tadi. Mungkinkah karena ia tidak tidur sama sekali ?

Sang petugas sekolah tak hentinya terus menemaninya dan mengajaknya bicara. Jujur saja moment ini adalah pertama kalinya Wonwoo berbincang dengan orang lain selain keluarga angkatnya setelah kejadian itu. Ada perasaan senang sekaligus tak nyaman yang dirinya rasakan. Tentunya Wonwoo belum terbiasa akan hal ini. Saking tak nyamannya, Wonwoo hanya mengangguk atau menggelengkan kepalanya ketika petugas kesehatan itu memberinya pertanyaan.

Tangan kirinya terasa kebas dan ingin sekali ia mencabut jarum infus yang menusuk punggung tangannya. Selalu saja petugas kesehatan itu menyuruhnya untuk diam dan tidak melakukan hal aneh. Wanita muda itu meminta untuk terus berada di ruang kesehatan sampai cairan infus habis, bukankah itu memakan banyak waktu ? Apalagi sekarang jam telah menunjukkan pukul tiga dan sebentar lagi jam tanda pulang sekolah berdering. Lagipula ia tidak mungkin pulang dengan membawa infus seperti ini, apa kata orang-orang dirumah nanti ?

Sejak tadi Wonwoo terus memikirkan bagaimana ia pulang ke rumah dengan pelipis yang diperban seperti ini. Mereka semua pasti akan mengkhawatirkannya, ralat kecuali Seungcheol. Mingyu bahkan menyuruhnya untuk tidak pergi sekolah karena ia tahu bagaimana kondisi Wonwoo pagi tadi. Dan benar saja apa yang dikhawatirkan Mingyu terjadi, ia tidak sadarkan diri dan terluka. Seharusnya ia menurut saja kepada Mingyu daripada harus mendapat luka seperti ini, tapi bagaimana dengan Seungcheol ? Ah benar ia belum mendapatkan pelaku yang melukai Mingyu.

Apa yang harus ia katakan kepada Seungcheol ? Berkata jujur bahwa ia belum menemukan pelaku yang melukai Mingyu ? Bagaimana reaksi Seungcheol ? Akankah seungcheol mengusirnya dari rumah tanpa memberikan ia kesempatan untuk mencari pelakunya ? Sungguh Wonwoo belum siap jika harus pergi dari rumah. Meskipun sekarang ini ada sang ayah angkat yang berada dipihaknya, namun tetap saja akan sangat sulit untuknya. Seungcheol teramat keras kepala dan menakutkan.

Sang Dokter menatap Wonwoo iba. Anak itu nampak lebih sering melamun dan mengabaikannya. Dokter muda itu merasa ada sesuatu yang menimpa Wonwoo dan bahkan anak itu terlihat sangat memprihatinkan, "Wonwoo-ya.." panggilnya untuk kesekian kalinya. Wonwoo yang terus melamun dengan bersandar pada tumpukan bantal.

Tak ingin melihat Wonwoo mengabaikan dirinya, Dokter muda itu mencoba mengguncang bahu sang remaja pucat itu. Benar saja Wonwoo langsung tersadar dan memberikan tatapan penuh kebingungan, "___kau terus saja melamun. Apa yang sedang kau pikirkan ?"

"Bisakah ssaem melepas infus ini ? Aku ingin menemui Soonyoung dan berterima kasih padanya. Sungguh aku sudah merasa lebih baik, lagipula sebentar lagi bel pulang berdering." ujar Wonwoo sembari memohon kepada Dokter muda itu. Tentu saja Wonwoo ingin bertemu mantan sahabatnya itu dan berterima kasih telah membawanya ke ruang kesehatan, walaupun Wonwoo tahu jika Soonyoung tidak akan mengakuinya.

Helaan napas terdengar. Sepertinya Dokter muda itu akan luluh dengan Wonwoo. Lagipula sebentar lagi jam pulang akan berdering dan ia tidak ingin membuat Wonwoo pulang terlambat. Mungkin ia akan memberikan vitamin untuknya, "Baiklah. Sebaiknya kau ke Rumah sakit dan periksa kesehatanmu dengan baik, Wonwoo-ya. Ssaem yakin kau sering pusing dan mimisan bukan ?" ujarnya lagi.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now