8. Kejujuran

1.2K 148 15
                                    

Happy Reading

.

.

.

Sudah terhitung tiga hari rumah tersebut begitu sunyi dari kebisingan. Biasanya setiap hari selalu terdengar suara kemarahan dari seseorang yang membuat panik seisi rumah. Sekarang, terasa begitu sunyi sekaligus terasa sangat menyedihkan. Beberapa orang disana nampak terlihat begitu khawatir dengan seseorang yang sudah tiga hari ini tak menampakkan wujudnya. Seseorang yang bagi mereka sangat sabar dan irit kata itu sukses membuat mereka begitu memikirkannya.

Masih ingat dibenak mereka tiga hari yang lalu, ketika dipagi hari seseorang yang begitu dingin itu berangkat sekolah dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Wajah lebam sekaligus terluka itu nampak begitu pucat, tidak seperti biasanya. Belum lagi ia yang memaksakan sekolah dalam kondisi yang seperti itu tanpa memikirkan banyak orang yang mencoba menghentikannya. Ya. Anak itu siapa lagi jika bukan Jeon Wonwoo. Anak malang yang sangat membutuhkan kasih sayang seorang ibu.

Wonwoo yang memang sangat irit kata itu selalu mengabaikan perkataan orang lain. Mereka sangat benci ketika anak itu selalu mencoba terlihat kuat, walaupun kenyataannya tidak seperti itu. Bahkan ia mengabaikan Ahjumma Han yang merupakan pengasuh sekaligus asisten pribadinya. Banyak orang yang tidak menyangka jika Wonwoo akan mengabaikannya seolah tidak peduli dengan perasaan khawatir yang dirasakan oleh wanita paruhbaya tersebut.

"Sebaiknya kita laporkan polisi atas menghilangnya Tuan Muda. Kami sangat khawatir, apalagi ini sudah terhitung tiga hari setelah kepergiannya." ucap salah satu maid dirumah megah tersebut.

Orang yang diajak bicara yang tak lain adalah Ahjumma Han nampak terlihat tak bersemangat. Pagi tadi saja ia bekerja tak fokus dan melakukan banyak kesalahan. Beruntung Nyonya besar mereka tengah berada diluar kota dan belum kembali. Jadi tidak ada yang tahu apa yang telah ia lakukan selama tadi pagi. Ahjumma Han adalah orang yang sangat menyayangi Wonwoo seperti anak kandungnya sendiri. Secara tidak langsung ia dapat merasakan apa yang tengah Wonwoo rasakan.

Flashback

Pagi itu Wonwoo melangkahkan kedua kakinya menuruni setiap tangga rumahnya. Hodie kebesarannya sukses menutupi tubuh juga wajah pucatnya. Para maid yang tengah mengerjakan pekerjaannya nampak terdiam sesaat menatap kearah Tuan Muda mereka yang tidak seperti biasanya. Langkah kaki yang perlahan namun sangat berat itu membuat siapa saja akan merasakan aneh dengan apa yang tak sepertu biasanya.

"Tuan Muda anda baik-baik saja ?" tanya salah satu maid yang biasa dipanggil Ahjumma Lee dan membuat Wonwoo menghentikan langkah kedua kakinya tepat ditangga terakhir.

Wonwoo hanya menundukkan kepalanya tak berani menatap kearah para pekerja dirumahnya itu, "Ya. Aku baik-baik saja."

Sangat singkat dan tidak dapat membuat mereka percaya akan perkataannya. Bagaimana akan percaya jika sang Tuan Muda terus menundukkan kepalanya seolah tengah menyembunyikan sesuatu dari mereka. Bukan mereka bodoh dan tidak tahu apa yang terjadi padanya kemarin, mereka bahkan sangat tahu. Tuan Mudanya yang selalu mendapat perlakuan kasar dari sang ibu setiap harinya sudah menjadi hal biasa dirumah tersebut. Dan mereka yakin jika pagi ini kondisi Tuan Mudanya dalam kondisi tak baik.

Grep.

Wonwoo merasa ada salah satu tangan yang mencoba menarik lengannya. Tanpa berpikir lagi, Wonwoo mengikuti kearah mana orang itu membawanya. Tanpa bertanyapun Wonwoo sudah tahu siapa seseorang itu yang berani menarik lengannya. Hanya Ibu dan Ahjumma Han yang tak segan melakukan itu padanya. Wonwoo tidak dapat berontak ataupun marah ketika Ahjumma Han membuka tudung hodie miliknya dan memperlihatkan wajah penuh luka juga pucat.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now