38. Amarah yang menggebu

816 123 45
                                    

Happy Reading

.

.

.

Terima kasih atas respon yang semakin baik 😭

.

.

.

Wonwoo tengah berada diruang kerja sang ayah. Ini adalah pertama kalinya Wonwoo memasuki ruang pribadi sang ayah yang berada di lantai bawah rumahnya. Tidak ada yang boleh memasuki ruangan tersebut selain istri dan juga anaknya, itupun jika mereka masuk harus mendapat ijin dari sang pemilik ruangan. Dan kali ini atas permintaan sang pemilik ruangan membuat Wonwoo mau tak mau harus menemuinya.

Awalnya Wonwoo ragu. Ragu akan titahan sang ayah kepadanya. Wonwoo benar-benar takut jika sang ayah akan melakukan hal diluar dugaannya. Ya semacam penyiksaan yang sering kali ia dapatkan dari sang ibu, walaupun Wonwoo yakin jika sang ayah tak akan bisa melakukan perbuatan seperti itu. Ayahnya terlalu penyayang. Meskipun seperti itu, Wonwoo harus bisa mempersiapkan diri untuk kedepannya. Siapa tahu jika ayahnya ini sama seperti ibunya, tidak dapat menahan emosinya dan melampiaskan emosinya itu terhadapnya.

Wonwoo diam terpaku ditempatnya setelah menutup pintu ruang kerja sang ayah dengan rapat. Ia sengaja melakukan itu agar tidak ada yang mendengar pembicaraannya nanti. Ingin rasanya Wonwoo mengunci pintu itu, namun ia sadar apa yang dilakukannya akan mengundang begitu banyak pertanyaan dari orang-orang yang hendak masuk kedalam ruangan ini. Karena Wonwoo sadar jika ayahnya sering kali meminta dibuatkan kopi atau teh seperti kebanyakan orang tua.

Tuan Kim yang semenjak tadi sebelum kedatangan Wonwoo sudah menempati kursi kerjanya, ia tersenyum hangat dengan kedatangan Wonwoo. Wonwoo memanglah anak yang sangat penurut. Sekalinya ia menyuruhnya untuk kemari, anak itu langsung mendatanginya tanpa bertanya dan tak ada keraguan. Itulah mengapa ia sangat menyukai Wonwoo sejak awal pertemuannya. Namun, sekarang ia agak sedikit berbeda terhadap Wonwoo. Entahlah. Mungkin karean masalah ini, masalah siapa yang menentukan ayah kandung Wonwoo.

Perlahan Wonwoo semakin mendekati sang ayah dengan ragu dan penuh hati-hati. Ia tidak ingin membuat kesalahan. Saat ini Wonwoo hanya ingin menjadi anak yang baik dan tak lagi menyusahkan banyak orang. Setidaknya itulah keinginan terakhirnya, "Ada apa memanggilku, appa ?" tanya Wonwoo sepelan mungkin.

Tuan Kim menyuruh Wonwoo untuk duduk disofa dengan dirinya yang berpindah tempat duduk. Tak berselang lama mereka duduk saling bersampingan. Sengaja. Agar pembicaraan ini tak terlalu nyaring dan terdengar ke luar ruangan. Apalagi pembicaraan ini sangat serius dan ya menentukan masa depan Wonwoo dan juga Tuan Kim. Meskipun Wonwoo tahu apa yang akan ayahnya itu bicarakan.

Perlahan Tuan Kim mengeluarkan sebuah amplop yang sudah diketahui oleh Wonwoo dari jauh-jauh hari. Tentu saja amplop itu berisi hasil dari test DNA yang ia lakukan bersama sang ayah. Tidak salah lagi. Mengapa ayahnya baru mengambilnya ? Padahal hasil tersebut sudah keluar sejak jauh-jauh hari, padahal Seungcheol telah mengetahuinya sebelum sang ayah. Betapa gesitnya bukan seseorang bernama Kim Seungcheol ?

Wonwoo menatap sang ayah dengan pandangan sendu, "Aku sudah tahu hasilnya. Dan ya aku memang anak appa. Anak kandungmu lebih tepatnya." ujar Wonwoo membuat Tuan Kim terkejut dibuatnya.

Tubuh Tuan Kim seketika itu langsung menegang. Jantungnya berdetak sangat cepat dari sebelumnya. Tak hanya itu, bahkan kedua tangannya mendingin. Ia benar-benar sangat takut. Lebih takut daripada saat dirinya mendapat vonis dokter. Vonis dokter yang mengharuskan dirinya mendapat donor ginjal. Padahal saat itu ia harus bertahan demi hidup juga matinya.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now