23. Maaf yang tak tersampaikan

863 104 23
                                    

Happy Reading

.

.

.

Satu jam berlalu, namun Jaehyun ataupun Eunwoo tak kunjung mendapat kabar dari Mingyu. Sahabatnya yang satu itu berjanji akan mengabari keduanya setelah sampai dirumah, tapi apa ? Mingyu tak kunjung juga memberikan kabar bahwa dirinya telah sampai di rumahnya. Jaehyun maupun Eunwoo tahu jarak antara sekolah ke rumah Mingyu tak menghabiskan banyak waktu. Bahkan hanya menempuh waktu paling lambat sekitar lima belas sampai dua puluh menit, dan sekarang satu jam telah berlalu.

Kemanakah anak itu ? Ataukah Mingyu telah sampai dirumahnya dan ponselnya kehabisan daya ? Meskipun kehabisan daya, anak itu pasti selalu berusaha untuk memberikan kabar kepada kedua sahabatnya. Mingyu adalah tipe anak yang tidak ingin membuat orang sekitarnya mengkhawatirkan dirinya, terutama keluarganya. Oleh karena itulah sebisa mungkin ia akan melakukan apapun untuk tidak membuat mereka mengkhawatirkan dirinya.

Baik Jaehyun ataupun Eunwoo, keduanya saling memberikan tatapan tanya ketika para anggota organisasi sekolah tengah melangsungkan diskusi. Tidak ada yang tenang diantara keduanya. Mereka berdua terlalu memikirkan sang sahabat hingga tidak dapat berkonsentrasi. Malah tak jarang keduanya menginginkan diskusi ini cepat selesai, agar apa ? Agar mereka bisa menghubungi Mingyu ataupun orang tuanya untuk menanyakan kabar sang sahabat. Sungguh mereka benar-benar hanyut memikirkan Mingyu seorang.

"Bagaimana ? Apa Mingyu menjawab panggilanmu ?" tanya Eunwoo setelah ia selesai berdiskusi bersama anggota satu organisasinya. Ia akhirnya dapat bernapas lega karena apa yang diinginkannya sejak tadi telah selesai, namun tetap saja rasa khawatir masih belum membuatnya lega sedikitpun. Mungkin setelah mendapat kabar bahwa Mingyu telah sampai dirumah, baru ia akan sangat lega.

Dilihat dari ekspresi Jaehyun, Eunwoo dapat melihat bagaimana jawaban dari pertanyaannya. Diwajah tampan sahabatnya itu, Jaehyun dapat menebak bahwa apa yang dilakukannya sia-sia. Atau dapat dikatakan bahwa Mingyu tak menjawab panggilan pada ponselnya. Padahal ponsel Mingyu masih aktif dan sayangnya sang pemilik tak kunjung menjawab panggilan pada ponselnya. Kemanakah Mingyu ? Apa Mingyu marah karena keduanya tak bisa pulang bersama seperti biasanya ?

"Haruskah aku tanyakan kepada ibunya ? Siapa tahu saja Mingyu memang telah sampai dirumah dan tidur, mungkin ?" tanya Jaehyun ketika dirinya putus asa ketika panggilan teleponnya tak kunjung dijawab oleh sang sahabat. Justru Jaehyun malah mendapatkan pikiran buruk tentang Mingyu.

Eunwoo hanya menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia setuju dengan apa yang dilakukan Jaehyun. Ini adalah kesempatan terakhir untuk mengetahui apakah Mingyu telah sampai dirumah atau tidak. Eunwoo hanya dapat berdoa bahwa apa yang menjadi kekhawatirannya semenjak tadi dapat terjawab dengan hal baik. Sungguh ia tidak ingin terjadi sesuatu padanya. Jikapun hal buruk terjadi kepada Mingyu, mungkin ia tidak akan bisa memaafkan dirinya sendiri atau ia akan menyalahkan dirinya atas kesalahan tanpa sengaja.

Eunwoo tak hentinya menatap Jaehyun yang tengah berbicara serius dengan seseorang disebrang sana, "Belum pulang ? Tapi sejak satu jam yang lalu Mingyu sudah pamit pulang padaku dan juga Eunwoo. Maafkan kami, eommanim. Kami akan mencarinya."

Bagaimana bisa Mingyu belum pulang ?

Jaehyun segera memutuskan sambungan telepon pada ibu Mingyu. Ia memasukkan ponselnya kepada saku celananya dan menatap Eunwoo dengan tatapan yang sulit diartikan. Eunwoo tahu jika apa yang menjadi kekhawatirannya ini bukanlah hal yang baik. Mereka bertiga seolah menjadi anak kembar, anak kembar yang memiliki hati yang sama atau ikatan batin yang sama. Ketika anak satunya memiliki perasaan khawatir, maka anak yang lain akan merasakan hal yang sama pula.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Where stories live. Discover now