12. Perpisahan yang sesungguhnya

1.1K 141 24
                                    

Happy Reading

.

.

.

Wonwoo mengedarkan pandangannya kesetiap sudut taman yang sangat asing dipandangannya. Taman yang sepertinya tidak akan seindah ini di dunia nyata. Tunggu ! Mungkinkah dirinya telah mati dan tempat yang dipijaknya ini adalah surga ? Jikapun iya, betapa senangnya dirinya ini. Dimana Jihoon ? Mungkinkah ia akan bertemu dengan sahabatnya itu ? Sahabat yang telah lama ia rindukan.

"Jihoon-ah..." gumamnya ketika kedua mata rubahnya tidak sengaja menemukan seseorang yang tengah dicarinya.

Jihoon tengah tersenyum padanya tak jauh dari tempatnya berpijak. Jujur saja Jihoon begitu sangat berbeda sekali. Pakaian putih itu sangat cocok sekali dengannya, ditambah lagi raut wajahnya yang terlihat begitu bahagia (tanpa beban). Wonwoo yakin jika Jihoon telah berbahagia dan tak lagi merasakan sakit seperti ketika masih hidup di dunia yang begitu menyesakkan itu.

Lee Jihoon tanpa berkata mendekati Wonwoo dan langsung memeluknya dengan erat. Tentu saja Wonwoo sangat terkejut akan hal ini. Ia kira Jihoon akan memukulnya karena berani mengunjunginya. Ah mengunjungi ya. Rasanya Wonwoo seperti mimpi saja bisa mengunjungi Jihoon dengan cara seperti ini. Jika memang dirinya telah mati, ia berjanji tidak akan meninggalkan sahabatnya itu seorang diri. Ia hanya ingin bersama sahabatnya dan tak lagi merasakan sakit.

Wonwoo membalas pelukan sahabatnya tak kalah erat. Pelukan Jihoon sangat membuatnya nyaman dan tidak ingin melepaskannya barang sedikitpun. Ia tidak ingin kembali berpisah dengannya atau tidak bertemu dengannya lagi. Sungguh itu adalah hal yang paling menakutkan seumur hidupnya. Apalagi setelah kematian sahabatnya yamg penuh tanda tanya. Jihoon memang tidak pernah mengatakan soal rencana bunuh diri itu kepadanya.

"Lama tidak bertemu, Wonwoo-ya." suara itu membuat Wonwoo tersadar. Ia menatap lekat wajah sang sahabat yang terlihat begitu ceria dan penuh akan kebahagiaan. Ditambah lagi dengan elusan hangat pada surai hitam kecokelatannya.

Jihoon memperlakukan dirinya dengan baik. Saking baiknya, ia tidak sadar jika sahabatnya itu tak lagi memeluknya seperti tadi. Tak kunjung mendapat pertanyaan atau perkataan dari mulut Wonwoo, dengan cepat ia menarik salah satu tangan sahabatnya untuk mengajaknya duduk dikursi yang tak jauh dari tempatnya berpijak. Jihoon ingin sekali bercengkrama dengan sahabatnya ini setelah sekian lama.

"__kau tidak ingin memberikan aku pertanyaan ?" ujar Jihoon merasa kesal karena Wonwoo seolah tengah mengabaikannya. Ah ataukah Wonwoo marah karena dirinya meninggalkannya dengan cepat seperti ini ?ck. Jeon Wonwoo memang pendendam sepertinya.

Wonwoo kembali menatap Jihoon, "Entahlah. Aku hanya sangat bingung saja. Apakah aku sudah mati ?"

Jihoon terkikik geli mendengar pertanyaan bodoh yang diucapkan oleh Wonwoo. Wonwoo seperti anak kecil yang sangat polos ketika mengatakan pertanyaan itu. Jihoon merasa jika Wonwoo tidak seperti usianya yang sekarang, justru Wonwoo sangat mirip dengan anak usia tujuh tahunan yang sangat polos. Tidak salah jika selama ini Wonwoo selalu bermanja padanya ketika tidak ada Kwon Soonyoung. Jadi pantas jika sekarang saja Jihoon melihat Wonwoo seperti anak kecil.

Wonwoo merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar sedalam-dalamnya. Sangat menenangkan berada ditempat seperti ini. Wonwoo merasa tidak memiliki beban apapun, walau kenyataannya didunia sana beberapa orang tengah mempertahankan dirinya. Berjuang untuk tidak membuatnya pergi. Tapi Wonwoo tahu apa tentang mereka ? Bahkan sekarang dirinya ini tengah berada ditempat yang sangat jauh.

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang