37. Hilangnya harga diri seseorang

783 135 47
                                    

Happy Reading

.

.

.

Aku mau tanya, kalian suka gak sama FF ini ? Atau adakah yang tidak suka ?
Apa aku bikin FF ini terlalu berlebihan ?

.

.

.

Mingyu begitu takjub dengan kamar Wonwoo yang tertata begitu rapi ini. Otaknya masih memproses segala kejutan yang diberikan Wonwoo terhadapnya. Ia tidak menyangka jika Wonwoo ternyata merupakan anak dari seorang yang berada. Lihatlah bangunan rumah ini saja begitu mewah dengan banyaknya maid yang berlalu lalang selama dirinya masuk kedalam rumah ini. Sekarang ia mengerti mengapa Wonwoo selalu saja mencoba mengakhiri hidupnya, mungkin karena ibunya yang gila kerja dan tidak peduli terhadapnya.

Seandainya Mingyu tahu apa yang terjadi kepada Wonwoo, akankah Mingyu masih mau berdekatan dengannya ? Seperti yang Seungcheol lakukan, anak itu tidak sudi untuk mendekatinya dan lebih memilih menjauh darinya. Ataukah Mingyu akan kecewa terhadapnya ? Ya. Wonwoo sudah mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari jika waktu itu tiba. Wonwoo akan merelakan segalanya dan tak lagi berharap kepada siapapun. Karena ia merasa tidak ada lagi yang harus dilakukannya. Jika kehadirannya ini adalah sebuah beban, maka ia akan segera pergi. Pergi menjauh dari siapapun.

Mingyu duduk dipinggir kasur king size milik Wonwoo dan menatap sang pemilik kamar yang tengah mencari sesuatu. Wonwoo seolah tengah kebingungan dengan apa yang tengah dicarinya. Mingyu ingin bertanya dan membantunya. Namun ia takut jika Wonwoo marah atau mengganggu pekerjaannya. Lagipula ini adalah kamar Wonwoo dan tidak seharusnya ia ikut mencari sesuatu tengah Wonwoo cari.

"Aku akan mengambilkanmu minum, Mingyu-ya." suara Wonwoo menyadarkan Mingyu akan ketakjuban kamar yang cukup megah ini.

Seketika itu pandangan Mingyu teralihkan dan menatap kedua mata Wonwoo. Didalam sorot matanya yang sayu, Wonwoo seolah menyimpan keraguan. Mungkinkah Wonwoo takut untuk mengambilkan ia minum ? Sungguh Wonwoo seperti memaksakan diri. Mingyu tidak suka sekaligus kasihan. Mingyu pikir jika Wonwoo memaksakan diri berkunjung kerumahnya, walaupun ia harus menahan diri dengan ingatan-ingatan menyakitkan dirumah ini.

"Tidak perlu." jawab Mingyu cepat.

Keduanya langsung menatap kearah pintu kamar yang perlahan terbuka. Jantung Wonwoo berdetak begitu cepat dan ketakutan yang disembunyikannya perlahan ia perlihatkan. Wonwoo takut jika yang membuka pintu kamar adalah ibunya. Begitupun dengan dirinya yang tak juga menemukan sesuatu yang sejak tadi dicarinya. Ia tidak ingin pergi dengan tangan kosong. Ia harus menemukannya dan membawa barang tersebut sebelum bertemu dengan ibunya disini.

"Ahjumma membawakan kalian minum dan beberapa cemilan."

Tubuh tegang Wonwoo melemas ketika melihat siapa yang datang. Ia kira itu adalah ibunya, tapi ternyata pengasuhnya. Keduanya tak hentinya mengikuti Ahjumma Han kemana wanita itu pergi dengan kedua matanya. Seolah tidak sadar dengan kesalahannya, Ahjumma Han hanya menatap kearah keduanya dengan tatapan bingung dan tak mengertinya. Mereka berdua seolah tengah memikirkan bagaimana cara membuat perhitungan kepadanya.

"___kalian baik-baik saja ?" tambahnya dengan cemas.

Mingyu menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia baik-baik saja dan mewakili Wonwoo, "Kami baik-baik saja, ahjumma. Padahal tidak usah membawakan kami minum dan makanan, lagipula kami akan segera pamit." ujar Mingyu dan membuat Ahjumma Han memperlihatkan kesedihannya. Memang wajar jika wanita yang sudah berumur ini bersikap seperti ini, lagipula Wonwoo sudah bersamanya sejak bayi. Jadi ia seperti kehilangan, mungkin ?

[S1] The Beginning Of Our Destiny [DIBUKUKAN]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu