🍎47🍎 Menyangkal Perasaan

822 146 19
                                    

Saat Prinsha memutuskan untuk mengejar Jey, kakinya malah dipegang oleh Yuga yang baru saja ia dorong

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat Prinsha memutuskan untuk mengejar Jey, kakinya malah dipegang oleh Yuga yang baru saja ia dorong. Yuga menggeleng-geleng, tanda agar Prinsha tidak pergi. “Lepasin gue, Ga!” seru Prinsha kesal karena Jey sudah pergi bersama Grosia.

“Lo ada masalah sama Jey? Kenapa dia bonceng cewek lain?” tanya Yuga sambil berdiri.

“Bukan cewek lain, tapi Grosia, adik kesayangan lo,” ketus Prinsha. Ia maju selangkah dan mendorong Yuga agar tidak menghalangi jalannya.

“Mau pulang naik apa? Mending sini sama gue.”

Prinsha menoleh dan menatap Yuga dengan sinis. “Naik kuda lumping. Mau ikut?” Tanpa menunggu respons Yuga, Prinsha langsung melangkah menjauhi Yuga. Ke mana saja asal bukan di dekat Yuga.

“Sha!”

Nyatanya Yuga tidak menyerah untuk pulang bersama Prinsha. Cowok itu kini sudah berada di atas motor sport-nya dan mengendarainya dengan kecepatan setara dengan langkah kaki Prinsha. Sementara Prinsha terus berjalan dan menganggap kalau Yuga itu tidak ada di sana.

“Sha! Gue mau ngasih tahu lo tentang Jey!” teriak Yuga agar Prinsha tidak lagi pura-pura budek. Kali ini Yuga berhasil membuat Prinsha menoleh dengan ekspresi yang sangat terlihat kalau cewek itu sedang penasaran.

“Ayo ke Kafe Gurlahan!” ajak Prinsha sambil naik ke motor Yuga. Yuga tersenyum tipis dan langsung membawa Prinsha ke Kafe Gurlahan. Ternyata dengan menyebut nama Jey, Yuga bisa menaklukkan Prinsha yang keras kepala.

Sesampainya mereka di kafe yang sering mereka kunjungi bersama anggota Regaros, mereka memilih tempat di dekat jendela. Mereka memesan makanan terlebih dahulu sebelum mengobrol. Mana mungkin mereka ke sana hanya untuk mengobrol, pastinya juga untuk mengisi perut.

“Apa yang mau lo bilang?” tanya Prinsha tidak sabaran.

“Tunggu makanan dulu,” kata Yuga sambil senyum-senyum. Membuat Prinsha menjadi penasaran seperti ini terasa mengasyikkan bagi Yuga.

“Ih, Yuga!” seru Prinsha hingga beberapa pengunjung menoleh ke arahnya. Namun, Prinsha tidak peduli. Yang paling penting Yuga mengatakan hal yang membuatnya penasaran.

“Ya udah, gue cerita. Lo tenang dulu,” kata Yuga. Prinsha menurut dan menarik napasnya berulangkali agar merasa lebih tenang. “Lo tahu gak filosofi apel itu apa?”

Prinsha mengernyitkan keningnya karena omongan Yuga sangat melenceng dari topik utama. Mereka sedang membicarakan Jey, tetapi Yuga malah membahas filosofi apel. “Katanya tentang Jey. Lo gimana sih?”

“Mau tahu kenapa gue kasih lo apel?”

“Apa sih, Ga? Yang bener dong. Malah ngomongin masa lalu,” protes Prinsha.

“Cinta.”

“Mak—”

“Permisi, ini pesanannya,” ucap seorang pelayan yang menginterupsi percakapan mereka. Mereka tersenyum dan mengangguk. Pelayan itu meletakkan pesanan mereka di meja, lalu pergi setelah pamit.

MISS APPLE (END)Where stories live. Discover now