🍎28🍎 Disandera

684 139 9
                                    

Jey menuruti semua yang Prinsha mau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jey menuruti semua yang Prinsha mau. Mulai dari mengisi perut di Kafe Gurlahan, berbelanja berbagai macam barang, dan juga bermain timezone. Hingga kini mereka berada di taman kota yang letaknya tidak jauh dari hotel.

Tadinya Jey mengajak Prinsha ke hotel itu. Bukan untuk yang aneh-aneh, melainkan untuk mengamankan Prinsha dari rumah neraka yang berisi iblis itu. Namun, sayangnya Prinsha tidak mau dengan alasan percuma saja kabur dari rumah itu. Papanya pasti akan menemukannya. Lebih baik ia tetap diam dan menunggu saat yang tepat untuk pergi.

“Mau ke luar negeri?” tanya Jey. Ia ingin Prinsha segera menjauh dari keluarganya. Percuma Prinsha tetap di sana karena Prinsha hanya cadangan.

“Ngapain?”

“Kabur.”

Prinsha tersenyum dan menatap es krim rasa stroberi yang Jey belikan untuknya. Kemudian ia menggeleng pelan. Ia memutuskan untuk tidak lari dan menghadapi semua masalahnya walau sulit. Ia bukan pengecut. Suatu saat ia pasti bisa membuat Paundra menganggapnya ada.

“Lo benci papa lo?”

“Benci, benci banget. Tapi, gak tahu kenapa di saat bersamaan gue juga sayang. Itu juga salah satu alasan kenapa gue masih bertahan di sana. Bagaimanapun dia adalah papa gue.”

Prinsha menatap Jey. Cowok itu selalu memasang ekspresi datarnya sehingga Prinsha sama sekali tidak pernah melihat senyum cowok dingin itu.

“Keluarga lo baik-baik aja. Kenapa sikap lo kayak gini? Gue belum pernah lihat lo senyum,” ujar Prinsha. Tangannya terulur untuk menarik paksa pipi Jey agar membentuk sebuah senyuman. Tak lama kemudian ia tertawa karena melihat wajah Jey tampak konyol.

“Dulu gue banyak bacot,” kata Jey singkat. Ia menepis tangan Prinsha dengan pelan, lalu memalingkan wajahnya.

“Yang bener? Terus kenapa sekarang lo gak pernah bacot? Eh, maksudnya kenapa lo jarang ngomong? Tahu gak sih kalau gue juga kadang kesel kalau lo jarang respons omongan gue?” cecar Prinsha dengan nada yang kesal.

Walaupun ia nyaman berteman dengan Jey karena cowok itu tidak banyak omong, tetapi kalau terlalu tidak suka bicara juga Prinsha tidak suka. Rasanya seperti berbicara dengan batu.

“Lo maunya apa sih? Lo nolak gue dulu pas gue banyak bacot. Tahu gak sih kalau gue sakit hati?” cerocos Jey.

Hening sejenak. Prinsha tercengang karena kesekian kalinya ia mendengar Jey berbicara panjang lebar. Sementara Jey langsung memalingkan wajahnya. Ia merutuki dirinya yang keceplosan mengatakan semua rahasianya.

“Gue? Nolak lo?”

Jey menghela napas. Kalau sudah terlanjur seperti ini, ia akan menceritakan semuanya dan meluruskan semuanya agar Prinsha tidak salah paham.

“Kejadiannya kelas empat SD.”

Jey menceritakan semuanya pada Prinsha. Dulu, Jey satu sekolah dengan Prinsha. Jey adalah anak yang banyak omong dan juga ceria. Bahkan saking sukanya ia berbicara, ia membicarakan hal-hal yang tidak penting.

MISS APPLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang