🍎18🍎 Perkara Jambu Biji

880 158 38
                                    

Rasanya Prinsha tidak dibiarkan hidup tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya Prinsha tidak dibiarkan hidup tenang. Ada saja yang mengganggu pikiran Prinsha. Sejak Yuga bilang kalau kata Sanaaai itu berhubungan dengan namanya, Prinsha menjadi berpikir keras. Hingga pada akhirnya Prinsha memutuskan untuk membolos dan mencari tempat yang sepi untuk bisa berpikir.

Di sinilah Prinsha berada, di taman belakang sekolah yang sedang sepi. Prinsha tidak duduk, melainkan tiduran di atas rumput sambil menatap ke atas. Ia terus memikirkan kaitan kata itu dengan namanya. Namun, sekeras apapun ia berpikir, ia sama sekali tidak menemukan jawabannya. Ke mana perginya otak Prinsha yang encer saat belajar di kelas?

“Yuga sialan. Tuh cowok emang bener-bener nyebelin banget. Bikin gue ben … ben ….” Prinsha merasa lidahnya kelu saat hendak mengatakan kata benci. Padahal mengatakannya adalah hal yang mudah, tetapi Prinsha tidak bisa. “Oke, bikin gue cinta.”

Prinsha menghela napasnya sambil menatap buah-buah jambu biji yang tampak menggoda. Senyumnya mengembang saat melihat ada yang paling besar dan tampak masak. Kemudian ia mengulurkan tangannya seolah-olah menyentuh buah itu padahal buah itu sangat tinggi.

“Gue pengin, tapi mager,” katanya sambil memasang wajah cemberutnya. Tidak hanya pecinta apel, Prinsha pecinta segala jenis buah, tetapi hanya apel yang merupakan buah favoritnya.

Beberapa saat Prinsha memandangi buah itu, ia pun menguap lebar karena merasa mengantuk. Dari pada pusing memikirkan teka-teki yang tidak akan pernah bisa ia jawab, Prinsha pun memejamkan matanya, mencoba untuk tidur.

“Prinsha, makan aku.”

Prinsha tersentak dan refleks membuka matanya. Kemudian ia mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Ia menoleh ke kanan, ke kiri, dan ke belakang. Namun, ia tidak menemukan seseorang yang ada di dekat sana.

“Siapa tuh?”

“Prinsha, aku di atas. Makan aku cepetan.”

Prinsha langsung mendongak dan melihat jambu biji yang ia inginkan tadi. Tak lama kemudian ia tersenyum dan cengengesan. Ia harusnya melawan rasa magernya agar tidak berhalusinasi seperti ini.

“Oke, gue bakal makan lo. Tunggu gue,” kata Prinsha lalu mulai menaikkan kakinya ke batang pohon jambu biji yang lumayan besar. Sebelum ia benar-benar naik, ia memastikan kalau tidak ada yang melihatnya. Kalau guru sampai melihat, ia pasti dimarahi karena mencuri buah milik sekolah. Padahal 'kan harusnya buah itu ada untuk semua warga sekolah.

Prinsha berpegangan pada batang pohon yang lumayan licin itu. Sebenarnya ia agak takut memanjatnya, tetapi karena ia sangat menginginkan buah itu, ia pun nekat memanjatnya. “Dari pada Pak Gendut yang dapet nih buah, mending buat gue aja. Pasti dia seneng dimakan orang cantik,” ujar Prinsha lalu terkekeh pelan. Dia yang Prinsha maksud adalah jambu biji masak yang ia inginkan sejak tadi.

Prinsha mengulurkan tangannya untuk meraih buah itu. Senyumnya masih bertahan sebelum kakinya terpeleset dan membuat Prinsha refleks meraih dahan pohon yang lumayan besar. Harusnya cukup untuk menahan berat badannya yang ringan.

MISS APPLE (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang