Part 15. Cinta tak harus memiliki

39 29 19
                                    

Mungkin sekarang aku belum mencintaimu gatau besok,
lusa atau sebulan kemudian haha
- Vheriliashara

Deg

Perkataan itu membuat Shara kehabisan kata-kata, pasalnya ia masih tidak tahu dengan perasaannya. "Jujur aja gue belum tau, mungkin sekarang emang belum sepenuhnya nerima cinta lo tapi sebisa mungkin gue pasti nerima lo sepenuhnya. Gapapa kan?" jelasnya dengan ragu-ragu.

Alvaro tersenyum mendengar perkataan gadisnya saat melihat manik mata Shara tidak ada kebohongan sedikitpun, "Gapapa Sasa, gue malah seneng lo jujur. Gue gak suka sama orang yang pura-pura nerima gue." balasnya sambil mengacak-acak rambut Shara tidak lupa dengan senyuman manisnya.

Shara membalas senyuman manis Alvaro lalu ia menyandarkan kepalanya di bahu Alvaro saat mereka sudah terduduk disebuah kayu tua yang terpapar di sana, mereka menatap senja yang seakan mulai tenggelam kedalam lautan.

"Lo pasti sering yah berduaan kaya gini sama mantan-mantan lo?"

"Lo orang pertama yang gue ajak kesini."

Shara mengubah posisinya menegakan kepalanya yang tadi tersandar di bahu Alvaro ia menaikan sebelah alisnya, "Bukannya mantan lo banyak yah?" tanyanya dengan sedikit serius.

"Mantan gue cuma satu, yang lain deket doang gak sampe jadi." jelasnya yang masih asik menatap kepergian senja. "Dah ah balik yo, entar Ayah nyariin lagi" sambungnya yang sudah berdiri tegak.

"Ayah siapa?"

"Ayah kita"

"Yakin banget lo Ayah gue bakal jadi Ayah lo!"

"Amin orang mah!" ucapnya sambil menoyor kening Shara.

"Aaaa kasar..," pekiknya, Alvaro hanya tertawa renyah sambil memegang tangan gadisnya menikmati perjalanan diatas pasir dibawah langit yang sebentar lagi akan menghitam.

Dilain sisi Agran yang tengah memasuki rumah mewahnya saat sepulang kerja dan disambut oleh Fera sang istri tercinta.

"Anak-anak sudah pada pulang Bun?" tanya agra pada sang istri saat diambang pintu.

"Devan masih di kampusnya, mungkin Ara dirumah Xazilo."

Agran mengangguk dengan jawaban Fera, saat Fera hendak menutup pintu rumahnya, suara mesin mobil yang terhenti membuat kedua paruh baya itu menghentikan niatnya untuk masuk kedalam.

"Kamu tidak dengar apa yang saya ucapkan kemarin? Punya nyali juga kamu ngelawan saya, saya tidak suka brandal seperti kamu deketin anak saya!" ujar Agran dengan menaikan suaranya saat Alvaro dan Shara menghampirinya.

"Maaf Om bukannya saya mau melawan tapi saya cinta anak Om anak Om juga cinta sama saya. Dan apapun masalahnya yang bikin Om benci saya, saya tidak akan mundur. Penampilan saya emang acak-acakan tapi hidup saya masih rapih Om." jelasnya tanpa rasa takut sedikitpun.

Perlahan Agran mendekatkan diri kehadapan Alvaro, laki-laki itu terdiam seakan siap menerima apapun dari Agran.

"Hahaha,, sifat kamu benar-benar seperti Brama selalu penuh tekad dan tidak mau mengalah. Saya mengijinkan kamu memiliki anak saya asal kamu membawa Brama kehadapan saya!" jelas Agran yang membuat Alvaro terdiam seribu bahasa karena kebingungannya.

Jadi maksudnya Om Agran ngeprank gue? Anjir sia-sia dong ngumpulin nyali haha mantap lampu ijo, batin Alvaro.

Fera ikut mendekatkan diri ke dekat mereka, "Gimana kabarnya Elia? Sudah lama sekali kami tidak mendapat kabar darinya." tanyanya seakan tau diam nya Alvaro.

"Alhamdulillah baik, Tan." balasnya dijawab anggukan oleh Fera.

"Ara ajak Alvaro masuk sayang" ucapnya beralih pada putrinya.

"Eh gak usah Tante, Alva langsung pamit pulang aja. Yaudah kalau begitu Alva pamit Om Tante, soal Papa nanti Alva ajak dia kesini. Mari Om, Tan." pamitnya dengan senyuman tidak lupa berpamitan dengan Agran dan Fera.

Tanpa ada yang melihat sosok laki-laki tengah berdiri didalam kamarnya memperhatikan interaksi antara Alvaro dan kedua orang tua Shara. Ya orang itu adalah Xazilo, Xazilo menutup jendela kamarnya mendudukkan bokongnya diatas kursi meja belajarnya.

Xazilo menatap beberapa foto dirinya dan Shara saat masih kecil hingga dewasa yang menempel dihadapannya. Sekilas ia memikirkan masa kecilnya dengan Shara yang sedari dulu hingga sekarang sangat cengeng dan cerewet menurutnya, ketika Shara menangis ia yang selalu menenangkan walaupun terkadang gadis itu menangis karena ulahnya.

"Lo udah dewasa Ra, lo bukan lagi anak kecil yang harus gue jaga. Lo udah bisa nentuin pilihan lo sendiri, siapapun pilihan lo gue bakal selalu dukung lo Ra. Sebenarnya udah lama gue sayang banget sama lo dan rasa sayang itu bukan lagi sebagai teman, tapi gue gak mau lo tau karna gue gak mau nyakitin lo. Gue gak sanggup kehilangan lo Ra, meskipun harus kehilangan kesempatan memiliki gue bakal tetep jagain lo sebagai teman." ucap Xazilo dengan mata sedikit sayu saat sebuah foto tengah digenggamnya.

"Kamu payah!"

Xazilo terkaget saat mendengar suara berat yang tidak asing baginya dengan segera ia memutar tubuhnya menatap kearah suara tadi.

"Papsky!" balasnya yang masih syok akan hal itu.

"Kalau kamu cinta Ara harusnya kamu bilang dari dulu, jangan malah dipendam kaya gini. Jadi laki-laki itu harus gentle berani tanggung resiko!" jelas Joni Ayah Xazilo, ia mendudukkan bokongnya diatas kasur king size milik anaknya.

"Xazilo tidak ingin menyakiti Ara, Xazilo tau resiko berpacaran tidak selalu manis pasti ada rasa pahitnya dan ketika rasa pahit itu ada Ara pasti sedih dia orangnya cengeng Pap. Jadi Xazilo tidak ingin membuat Ara nangis kaya yang sering Xazilo lakuin dulu, cukup dimasa kecil Ara nangis karna Xazilo." jelasnya yang sudah terduduk di samping Joni.

"Tapi kamu bisa merasakan sakit hati jika dia bersama orang lain."

"Gapapa Pap, lebih baik Xazilo yang ngerasain sakit hati tugas dia hanya bahagia meskipun bukan Xazilo yang bikin dia bahagia, toh cinta juga tidak harus memiliki kan asalkan tetap menjaga sesakit apapun akan Xazilo lakuin demi dia." jelasnya lagi membuat Joni tercengang.

"Btw jangan kasih tau Mamsky soal perasaan Xazilo apalagi ke Ara, Mamsky orangnya ribet entar dia ngasih tau ke Ara lagi."

Mendengar ucapan itu Joni merasa terharu, kasihan, dan bahagia, terharu karena memiliki pemikiran yang bijak, kasihan karena cintanya bertepuk denan sebelah tangan dan bahagia karena anak tunggalnya sudah dewasa.

Joni merangkul Xazilo dan menepuk lembut bahu putranya ia tersenyum manis pada laki-laki itu dan sang empu pun membalas senyuman manis sang Ayah.

---------------------------------------------------

Hanya lelaki sejati yang merelakan cintanya demi membuat gadis yang dicintainya bahagia. Bukan begitu?

Tinggalkan jejak kalian wahay readers sejati! Xixi.

- sarahm

FRIENDZONE [Hiatus]Where stories live. Discover now