Part 17. Sakit?

34 24 24
                                    

Ketika ku mulai mencintai akan kah kau menerimaku apa adanya?
- Sharaghifansya

“Kantin yo gabut gue disini cuma ngeliatin orang yang lagi bikin pulau doang, telinga gue panas denger bacotan orang-orang yang gak berfaedah!” ajak Shara kepada gengnya.

Mereka meng-hayuk kan ajakan Shara, saat ini suasana koridor sekolah sangat sepi karena KBM masih berjalan mungkin hanya kelas mereka saja yang sedang jamkos.

“Eh Neng Adel, Hello Neng.” mereka melirik ke arah sumber suara saat mendengar sapaan itu, Adel yang merasa jijik dengan sapaan itu ia hanya memutar bola mata malas. “Sombong amat Neng!” sambung Adit dengan merucutkan bibirnya.

“Ngapain lo disitu, lo bukan malaikat Rizwan atau Malik kan yang tugasnya jaga pintu!” bukan Adel yang bertanya tetapi Anya.

“Gue emang bukan malaikat tapi tugas gue juga sama kaya malaikat sama-sama jaga pintu, bedanya gue jaga pintu hati buat Neng Adel seorang sedangkan Malik jaga pintu Neraka buat orang modelan kaya lo!” sindirnya dengan kekehan.

“Oh.” balas Adel tanpa melihat kearah Adit ia lebih memilih memainkan benda pipihnya.

“Anjing lo! Lo belom ngerasain baku hantam gue?!” balas Anya pada Adit dengan sangat kesal.

Lagi-lagi Adit merucutkan bibirnya dengan jawaban yang Adel lontarkan ia menghiraukan kekesalan yang tercipta diraut muka Anya, “Eh Ibu negara, dicariin Bapak negara noh” sambungnya saat melihat ke arah Shara.

“Ada Alva?”

“Ada noh lagi latihan!” balas Adit sambil memutar bola matanya seraya menunjuk kebelakang pintu.

“Lagi nyanyi? Ko gak ada suara musiknya sih?” Raya yang sedari tadi diam kini membuka suara, memang Adit sedang berdiri di balik pintu ruang musik jadi mereka pikir Alvaro sedang latihan bermain musik atau bernyanyi.

“Bukan latihan nyanyi, tapi latihan mati.” ujarnya sambil membuka pintu tersebut memperlihatkan Alvaro dan Gio yang sedang tidur pulas disebuah sofa yang sudah tersedia disana.

“INALILLAHI WA INAILLAIHI ROJIUN!” teriak mereka serentak dengan nada tinggi yang membuat Gio terbangun tapi tidak dengan Alvaro yang masih asik memejamkan matanya.

“Dedek Anya, aa Gio belom mati!” ucap Gio yang terkaget dan masih belum sadar sepenuhnya.

Shara berjalan mendekati Alvaro yang tertidur pulas dengan bantalan sebelah tangannya ia melihat raut muka Alvaro yang seakan kelelahan dan seperti sedang memiliki banyak masalah tetapi siapa sangka seorang Alvaro memiliki masalah? Shara rasa tidak mungkin.

Perlahan Shara menggerakkan tangannya mencekal lengan Alvaro yang dipakai bantalan tadi, ia memindahkan lengan tersebut ke samping badan Alvaro lalu digantikan oleh bantal sofa.

“Yu lanjut ngantin!” ucap Shara dengan nada rendah setelahnya.

Mereka menghayukan lagi ajakan Shara, saat gadis itu hendak berdiri pergelangan tangannya sudah terlebih dahulu dicekal.

“Jangan pergi!” ucap Alvaro dengan nada serak yang masih memejamkan matanya, lantas Shara mengurungkan niatnya ia kembali berjongkok didekat Alvaro.

“Ra kita duluan!” ucap Gio mewakili yang lain.

Kini Alvaro membuka mata mengubah posisinya menjadi duduk dan membiarkan Shara duduk disampingnya.

“Alva kalo lo masih ngantuk gapapa tidur aja!” ucap Shara saat melihat raut muka Alvaro yang seperti masih kelelahan.

Tanpa berucap sepatah katapun Alvaro merebahkan kembali tubuhnya dipangkuan Shara, “Sa, elus gue!” katanya langsung memejamkan mata.

“Modus lo”

“Gue gak pernah tidur nyenyak!”

“Lah tadi gue liat tidur lo pules banget malah.”

“Gue denger dari awal Adit ngobrol sama lo. Gue cuma pengen tidur nyenyak doang.” ucapnya membuat Shara terdiam, perlahan ia menggerakkan tangannya mengelus pucuk rambut Alvaro dan membiarkan laki-laki itu tertidur di pangkuannya.

Lima menit kemudian Alvaro tertidur dan sepuluh menit setelahnya ia membuka matanya kembali menatap raut muka gadisnya lalu menyunggingkan senyuman diwajahnya.

“Sa sebenernya gue juga belum sepenuhnya cinta sama lo.”

Deg

Ko gue sakit sih? Oh ayolah Ra lo juga belum cinta dia kenapa lo sakit? Plis hati gue gamau bucin sekarang! Jeritnya dalam hati saat tiba-tiba merasa sakit dihatinya bagai tertusuk seribu jarum.

“Ya-ya bagus dong!” balasnya dengan tersenyum yang mungkin saja terpaksa, Alvaro mengubah posisinya menjadi terduduk disamping Shara.

“Tapi gue belum bisa jujur sama lo alesan gue belum cinta lo, lo juga jangan mikir gue bakal jadiin lo pelampiasan. Gue cuma butuh waktu buat bisa terbuka sama orang.” jelasnya.

Lo maksa gue buat nerima lo tapi sekarang lo gabisa jujur sama gue, gue tau lo pasti masih pacaran sama orang. Modelan buaya kaya lo dah ketebak Al, tapi kenapa harus gue? Gumamnya dalam hati.

“Sa lo kesambet?” sambungnya memecah lamunan Shara.

“Yakali Al, dah ah laper dari tadi nunggu lo tidur. Kantin yo!” ajaknya yang kini sudah berdiri.

Suasana koridor saat ini tidak terlalu ramai hanya segerombolan manusia yang tengah bergibah diteras koridor. Mereka melirik Shara dan Alvaro tidak banyak dari mereka yang mengetahui hubungan kedua remaja tersebut dan tidak sedikit juga yang mengetahuinya.

Bruk..

“Sori, sori!” ucap seorang siswa setelah tidak sengaja menabrak tubuh mungil Shara, lantas siswa tadi langsung pergi setelah mengucapkan kata itu.

Shara hanya terdiam saat merasakan sebuah kertas terselip ditelapak tangannya, saat hendak ingin melihat pundaknya dicekal Alvaro.

“Lo gapapa Sa? Ada yang sakit gak?” tanya Alvaro sembari memegang pundak Shara.

“Kaga selow, kuylah lanjut!” balasnya sambil melangkahkan kaki, kertas tadi ia masukan ke saku bajunya tanpa ia lihat terlebih dahulu.

Alvaro menganggukan kepalanya ia berjalan disamping Shara sambil memegang pucuk kepala Shara sesekali ia elus lembut kepala itu. Shara yang merasakan itu hanya bisa terdiam dengan perlakuan Alvaro, tetapi tidak dengan jantungnya yang terus berdetak kencang selain jadi tontonan ia juga tengah baper dibuatnya.

“Ra, Al, sini gabung!” ucap Anya saat melihat Shara dan Alvaro didepan sana, lantas kedua manusia tadi langsung melangkahkan kakinya ke arah mereka.

“Lo pada udah makan?” tanya Shara saat mereka sudah mendudukan bokongnya.

“Udahlah, nunggu lo berdua lama!” ucap Raya.

“Jelas lama, mereka uwwu-uwwuan dulu, emangnya elo gapernah ngerasain. Canda gapernah ngerasain.” kekeh Anya.

“Neng Raya besok nyusul sama aa Gio.” balas Gio membuat Raya menyunggingkan senyuman karena ia merasa tengah dibela.

Anya merucutkan bibirnya dengan jawaban Gio, “Ko lo labil sih? Tadi ke gue sekarang ke Raya!” katanya.

“Mau dua-duanya dong!” balas Gio dengan antusias.

“Maruk sia!” ujar Adit.

“Hah jeruk? Gapunya gue, di Mpok Julaeha ada noh!” balas Gio dengan muka polosnya.

“Dongo!” ucap Adel membuka suara.

Mpok Julaeha mengganggu interaksi mereka ia membawakan pesanan Alvaro yang sebelumnya Alvaro pesan.

“Hatur nuhun Mpok.” ujar Alvaro pada Mpok Julaeha tak lupa diiyakan olehnya.

----------------------------------------------------

Hai hai gimana kabarnya wahai readers ku yang unyu?🤪

Baru sempet up huhu😢 pantau terus ceritanya yo bund✨

Janlup bintangnya kakak, komen bila perlu. Aku seneng banget liat komenan kalian jadi kirim komen sebanyak-banyaknya ye xixi🤗

-saraheeeeeeeeeeeeeee

FRIENDZONE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang