[26]

291 12 1
                                    


"Bukan salah orangnya, tapi salahkan harapan yang terlalu tinggi untuk di gapai menjadi asli."

***

"Daniel!"

Merasa ada yang memanggil, Daniel menoleh ke sumber suara.

Daniel terdiam sebelum merespon. "Cyndi?"

Perempuan itu tersenyum. "Sendirian aja," tegurnya.

Daniel segera tersadar. "Eh hm iya. Lo ngapain disini?"

"Gue joging lah. Masa disini mau belanja," balas Cyndi dengan tersenyum geli.

Daniel menyadari kebodohannya, reflek tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"By the way kita nggak sengaja ketemu lagi ya. Padahal baru beberapa hari nggak sengaja ketemu, eh ketemu lagi."

Daniel menggangguk. "Iya. Selucu itu ya," ucapnya sambil menatap hamparan langit yang mulai disinari oleh sumber cahayanya, matahari.

"Gue boleh duduk disini?" tanya Cyndi yang sedari tadi masih berdiri di samping bangku yang diduduki Daniel.

"Eh iya boleh, duh gue jadi lupa."

Karena diperbolehkan, Cyndi akhirnya duduk di sebelah Daniel. "Lo masih suka joging di sini juga ternyata. Gue kira setelah kemarin kita nggak sengaja ketemu, lo nggak mau lagi dateng ke sini," jelasnya. Daniel menatap pohon-pohon dan bunga yang ada di taman dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Ya enggak lah. Masa gara-gara itu gue harus nyari tempat yang jauh cuma buat joging." Daniel tersenyum sinis.

Cyndi yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecut. "Well, mungkin gue terlalu berharap ya?" Cyndi memandang lurus area taman yang di penuhi oramg-orang yang sedang joging.

Daniel menoleh ke arah Cyndi. "Terlalu berharap?"

Cyndi menatap balik mata yang tengah menoleh ke arahnya."Iya. Gue terlalu berharap sama seseorang yang udah nggak ngehararapin gue. Miris ya?"

Daniel menatap Cyndi tak percaya. "Lo ngomong apaan sih? Udah ah gue pulang dulu." Cyndi tersenyum kecil.

"Hati-hati!" Cyndi tau walaupun Daniel tak membalas ucapannya, tapi Daniel pasti mendengarnya.

***

"Loh, Mel, itu bukannya anak baru di kelas lo ya? Siapa tuh namanya, Don, Dino, eh Dani, siapa Mel?"

"Daniel, Za."

"Nah iya Daniel! Kok duduk sama cewek itu sih? Mereka saling kenal ya?"

"Ya mana gue tau, Iza."

"Aduh Mel, gue tanya sama diri gue sendiri, jawab aja lo."

Melodi memutar matanya dengan malas. "Gila ya lo, masa nanya diri sendiri," cibir Melodi.

"Ih, enak aja!" elak Iza tak terima.

"Udah yuk lari lagi. Bukan urusan kita," ajak Melodi.

Iza menghela napas. "Ya ... ya ... ya. Bener sih bukan urusan kita. Ya udahlah. Kuy joging lagi." Melodi mengangguk setuju.

Melodi dan Iza melanjutkan kegiatan mereka yang sedang merasakan betapa sejuk dan tentramnya taman yang berada di dekat rumah Melodi,di minggu pagi yang cerah. Sudah lama mereka tak melakukan ini, mungkin terakhir waktu mereka masih sekelas di kelas sepuluh.

EffortWhere stories live. Discover now