[18]

341 17 1
                                    

"Ahhhh bego banget gue!"

"Dia pasti benci banget sama gue!"

"Tolol!"

"Bego!"

Arthur frustasi karena ia sudah berperilaku bodoh, memaksa Melodi, padahal sebelumnya mereka sudah baik-baik saja, ia juga yang mengajak Melodi berteman! Bukan balikan!

Arthur melihat kamarnya yang sangat-sangat berserakan, akibat dari penyaluran rasa emosi di dalam dirinya. Bingkai foto pecah, sprei berantakan, bantal dan guling berada di lantai, benar-benar mirip dengan kapal pecah.

Arthur merasa sangat-sangat kacau, ia memutuskan untuk keluar, sekedar mencari angin segar. Menemui sang pembantu untuk meminta di bereskan kamarnya, setelah itu ia langsung pergi tanpa pamit kepada kedua orang tuanya. Entahlah, ia tidak memiliki tujuan kemana pun, lihat saja nanti ia akan sampai di mana.

***

"Mel!" panggil Aisyah.

"Iya bu?"

"Tolong ke minimarket ya, beliin ini," katanya seraya menyerahkan selembar kertas berisi list belanjaan yang harus Melodi beli.

"Banyak banget bu," rutuknya seraya menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.

"Iya, tadi ibu lupa beli di pasar, udah sana keburu malem."

"Iya deh, Melodi ganti baju dulu," ucapnya, lalu berjalan ke kamarnya, ibunya hanya mengangguk tanda setuju.

"Pergi dulu bu," pamit Melodi begitu selesai mengganti baju rumahannya dengan celana jeans dan hoodie.

"Iya, eh kamu nggak mau di temenin Bagas?"

"Enggak deh, kasian dia, pasti lagi belajar, udah ya bu," tolaknya, berjalan keluar rumah. Melodi berjalan kaki karena memang ia tidak punya sepeda motor, paling-paling sepeda kecil milik adiknya, Bagas yang biasanya untuk sekolah. Bisa saja ia memakai sepeda tapi nanti pasti akan repot membawa belanjaan yang lumayan banyak. Apalagi jarak rumahnya dengan minimarket lumayan dekat, jadi tak perlu menggunakan sepeda.

Sesampainya di minimarket ia melihat sesosok motor yang sangat ia kenali, namun ia menghiraukan saja, yang memiliki motor kan banyak, jenisnya juga banyak yang sama.

Memasuki minimarket, Melodi langsung mengambil keranjang belanja lalu mengambil barang-barang yang akan ia beli.

Setelah semua sudah masuk ke keranjang belanjaan, Melodi bergegas ke kasir. Meletakkan keranjang tersebut, dan untunh saja kasir sedang sepi, tidak ada antrean.

Melodi menunggu belanjaannya dihitung oleh kasir.

"Semuanya seratus lima puluh tujuh ribu tiga ratus."

Melodi merogoh sakunya, mengambil uang lalu menghitung uangnya. Ia membelalakkan matanya, seketika ia khawatir bercampur malu.

"Eum mbk, yang ini di kurangin aja ya, uang saya seratus lima puluh doang," katanya seraya meringis malu, menunjuk salah satu barang yang dianggap cukup untuk mengurangi total belanjanya agar uang yang ia punya cukup untuk membayar. Dan langsung diangguki oleh mbak-mbak kasir.

Saat akan menjauhkan barang yang di tunjuk Melodi, tiba tiba muncul seseorang dari arah belakang Melodi. "Nggak perlu mbak," tahannya.

Melodi terkejut, lantas ia menengok ke sumber suara, betapa kagetnya Melodi mengetahui siapa yang ada di belakang tubuhnya, seketika rasa takut muncul. "Cepet mbak bungkusin!" perintah Melodi.

"Barang yang tadi dimasukin lagi mbak, ini uangnya sama buat bayar minuman saya." ucapnya dengan menyerahkan uang selembar lima puluh ribuan, menunjuk minumannya yang mungkin harganya tak sampai sepuluh ribu. "Kembaliannya ambil aja."

EffortWhere stories live. Discover now