[15]

391 20 0
                                    

Jan lupa vote and coment gaess
Saran juga boleh yaaa

Selamat membacaaaaa

***

"Astagaaa! Gue kenapa si! Gampang banget deg-deg an, heran!" rutuk Melodi dengan pelan lalu menenggelamkan wajahnya di bantal yang ada di kamar. "Gampangan banget gue perasaan! Duhh jangan baper Mel ... jangan baper, jangan baper, inget lo siapa!"

Melodi bangkit dari tidurannya dan duduk bersila. "Huhh gue jadi kaya orang gila ngomong sendiri, oke Mel lupain, jangan jadi menjijikan, Okey calm down." Diakhiri helaan napas panjang oleh Melodi.

Tok tok

"Melll, lagi apa?" teriak Aisyah yang memanggil namanya di depan pintu kamar Melodi.

"Iya B, masuk aja." Karena mendapat izin dari sang pemilik, lantas Aisyah membuka pintu lalu berjalan masuk, duduk di pinggir ranjang. Terlihat Melodi sedang duduk dengan bersandar di punggung kasur.

"Kamu kenapa sih, dari luar kayak grusah-grusuh gitu, ada masalah?"

"Eh enggak kok bu, cuma ... banyak tugas aja, hehe." Melodi berkilah. Namun Aisyah tetap memicingkan matanya. Menatap anaknya aneh.

"Kirain kenapa, kalo ada masalah cerita ya, jangan di pendem sendiri," katanya seraya menggenggam sebelah tangan Melodi.

"Iya Ibuu."

Hening

Karena merasa ditatap se-intens itu oleh ibunya, Melodi balik menatap Aisyah. "Bu? Ibu kenapa sih ngeliatin Mel gitu banget, ada yang salah?" tanyanya.

Aisyah masih menatap anaknya. Lalu tersenyum dan berkata, yang membuat dalam dirinya timbul sebuah pertanyaan. "Anak ibu udah pada besar ya?!"

"H-ha?" Melodi seperti merasa ada sesuatu yang ibunya ingin bicarakan, namun seperti tertahan, itu terlihat dari nada bicaranya.

"Yaudah ayo keluar, makan malam udah siap," ajaknya. Aisyah bangkit dari duduknya dan menjulurkan tangannya ke Melodi.

"Yuk!" Melodi bangkit dari duduknya dengan menerima uluran tangan Aisyah.

"Eh Bagas udah di panggil bu?"

"Udah, dia lagi mandi." Melodi mengangguk mengerti.

Setelah sampai di meja makan mereka duduk di kursi dan mulai mengambil makanan. Sembari menunggu Bagas, Melodi berkata, "maaf ya bu, akhir akhir ini Melodi sering banget pulang sore, jadi nggak bisa bantu bantu ibu," sesalnya.

"Iya nggak papa, ibu tau kamu sibuk, lagian emang apa yang harus dibantu, 'kan ibu nggak kemana-mana di rumah aja, jadinya banyak waktu luang. Apalagi ibu tuh ngerti kalo umur-umur se-kamu itu harusnya lagi masanya main sama temen, nge-mall, jalan-jalan, dan semua yang bikin seneng. Andai Ayah kamu--" Melodi tak mau mendengarnya lagi. "Udah bu, buat apalagi diungkit-ungkit. Melodi udah ikhlas, begitu juga Ibu, Bagas. Kita harus ikhlas menghadapi ini bu."

Aisyah menunduk pasrah, lalu mengangguk. Memang ia tak setegar anaknya. Rasa sesak masih terasa saat mengingat akan hal itu. Sebenarnya mereka merasa ada yang janggal, tapi ... sudahlah.

"Iya Mel, maafin ibu ya, ternyata ibu belum bisa sepenuhnya ikhlas. Ibu cuma belum terbiasa aja sama kita yang sekarang, apalagi tanpa ayah kamu."

Melodi tak tau harus berkata apalagi. Untung saja Bagas segera menyusul mereka ke meja makan. Melihat aura kesedihan dalam meja makan, Bagas bertanya, "Kok keliatan pada sedih?" tanyanya heran.

EffortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang