[25]

273 10 0
                                    

Ekhem

Melodi menoleh. Dahinya mengerut heran. "Erlan?" kagetnya begitu melihat sang ketu, yang tidak ada hujan badai, hujan angin, tiba-tiba duduk di sebelah kursinya, tempat Siska duduk.

Erlan meletakkan kedua tangannya di atas meja. Dengan pandangan ke segala arah. "Eum ... Mel?"

"Iya?" jawabnya ragu.

"Lo ... pulang bareng siapa?" tanyanya dengan nada yang sedikit ragu. Membuat Melodi heran akan pertanyaan yang baru terlontar.

"Gue? Gue naik angkot, biasa Lan."

"O-oh, eum lo mau nggak pulang bareng gue?"

"Ha?" Melodi kaget. Ada angin apa ini, tak pernah terbayangkan. "Lo kenapa sih Lan? Aneh banget deh, pake ngajak pulang bareng lagi, sehat lo?"

"Ya gue serius, gimana ya, eum ... gue, gue mau ngebalas lo, gue mau minta maaf atas foto kemaren, gue rasa kemaren gue rada emosi sih, makanya kesannya sewot gitu. Jadi gimana?" tanyanya lagi.

Melodi menaikkan kedua alisnya, terus terang saja, untuk menaikkan sebelah alis, Melodi tak bisa. "Duh gimana ya Lan, gue bisa pulang sendiri kok nggak perlu repot-repot. Lagian kalo masalah foto itu gue nggak ambil hati kok, sans aja lah," ucapnya santai. Berusaha mencairkan suasana agar tidak terlalu canggung.

FYI, mereka tengah duduk berdua di kelas yang agak sepi. Karena ini sedang waktunya istirahat kedua. Siska tengah pergi ke kantin untuk membeli minuman. Begitu juga dengan teman kelas lainnya. Namun ada beberapa yang tinggal di kelas, seperti biasa, duduk di belakang atau di depan kelas, dengan tangan yang menggenggam handphone nya masing-masing.

"Oh gitu ya? Yaudah deh, eh tapi beneran loh Mel, gue ngerasa nggak enak. Pokoknya kapan-kapan lo harus mau, sebagai tanda maaf dari gue. Nggak enak tau mendem perasaan bersalah," jelasnya.

"Iya deh, yaudah sana ah, kaget tau lo tiba-tiba duduk di samping gue," jujurnya.

Erlan tertawa. "Iya, maaf ya." Pas sekali saat Erlan akan beranjak, Siska datang dengan wajah melongonya.

"Whats?!! Ada apa nih pak ketu duduk di bangku gue, kangen lo sama gue?" cibirnya.

"Eh gue? Kangen sama lo? Mimpi sana!" Setelah itu, Erlan benar-benar beranjak dari duduknya. Siska berdecih. "Cih, gitu amat."

Lalu Siska duduk di bangkunya, yang tadi di duduki Erlan. "Kenapa Mel? Tumben tuh ketu disini," tanyanya. Melodi mengendikkan kedua bahunya. "Tau tuh anak, aneh." Siska geleng-geleng kepala. "Dia emang aneh.

"Eh iya, rajin ya lo sekarang, berangkatnya duluan lo mulu. Apa gue ya, yang sekarang suka ngaret?" herannya. Melodi tertawa. "Lo yang mulai bandel sekarang," ucapnya.

Siska mengangguk menyetujui. "Iya mungkin ya, haha." Melodi menghela napas pelan.

Jangan sampe Siska tau deh kalo tadi si Erlan ngajak pulang bareng.

***

Berjalan sendirian di tengah koridor yang sepi. Itulah yang beberapa hari ini Melodi lalui. Siska selalu pulang lebih dulu dengan alasan sudah di jemput.

Tapi salahnya juga sih, dia lebih memilih menunggu sekolah sepi daripada ia harus keluar dengan berdesak-desakan.

Saat melewati kelas Iza, tak sengaja ia melihat Iza masih duduk dibangkunya dengan teman-teman yang mengelilinginya. Mungkin sedang bergosip, Melodi pikir.

Tadinya ia ingin menghampiri, tapi ia urungkan, lagipula ia tak terlalu kenal dengan teman Iza, hanya sekedar tau nama.

"Mel!"

EffortWhere stories live. Discover now