[12]

471 26 0
                                    

"Semuanyaa perhatian!" teriak Erlan. Dan seperti perintahnya, kini semua pasang mata siswa kelas MIPA 1 itu menatap penasaran kearahnya.

Kelas yang semula ribut karena tidak ada guru pun langsung senyap seketika.

Begitu dirasa sudah memperhatikannya, Erlan melanjutkan ucapannya. "Gue mau kasih tau pengumuman yang kemarin gue kumpul di OSIS itu." Sebagian siswa hanya berohria tak peduli. Tapi sebagian lagi, ada yang mentap penasaran, karena hubungannya dengan OSIS.

"Jadi gini, itinya tuh 'kan masa jabatan ketos udah mau abis kan periode ini, udah semester 2 juga, nah karena itu seperti biasa akan ada pemilihan ketos baru, kalo ada yang mau ngajuin jadi anggota OSIS silahkan, tapi tiap kelas itu juga harus ngajuin minimal satu calon buat jadi anggota OSIS, kalo udah kepilih jadi anggota OSIS baru deh dipilih ketosnya, gitu!"

"Ada pertanyaan?" tanyanya. Namun ada suara yang mengatakan kalau masih tak paham. Erlan pun dengan sabar menerangkan kembali. "Duh gini Dhe, maksudnya tuh OSIS minta minimal satu perwakilan buat jadi anggota OSIS. Nah kenapa bukan ketosnya? Ya karena prosesnya emang dari anggota dulu 'kan. Baru deh ketosnya dipilih dari yang terbaik. Tapi kalau ada yang mau langsung daftar jadi ketos, ya boleh-boleh aja," jelasnya lagi. Siswi yang tadi tak paham menjadi paham. Banyak yang mengangguk juga tanda mengerti.

"Oke, ada lagi?" tanyanya, namun hanya hening, "Yaudah, berarti udah pada ngerti ya?" Tampak semua mengangguk.

"Nah sekarang, siapa nih yang mau ngajuin diri?" tanya Erlan selepas menjelaskan.

Namun hanya hening, tak satu orangpun yang mengangkat tangan.

"Loh kok nggak ada sih?" tanyanya seraya tertawa. Miris sekali kelasnya, batinnya.

"Eh ketu, kenapa ketawa sendiri sih? Serem," celetuk salah satu siswa, sebut saja Bintang.

"Ya lucu aja gitu, masa nggak ada satupun dari kalian yang mau sih? Miris amat kelas gue," ujarnya. Semua menggeleng heran.

"Oke kalo nggak ada yang ngajuin diri, berarti seperti kata Bu Lita, karena tadi sempet ketemu, kita sepakat mau pilih siapa buat jadi calon anggotanya, kita tunjuk." Erlan berusaha berbicara tegas.

"Kenapa nggak lo aja?" celetuk salah satu siswa yang bernama Nia.

"Kenapa gue? Eh gue kan udah padat banget, gue juga ketua kelas masa masih harus jadi OSIS, lucu lo!"

"Yaudah si lo kok nyolot gitu!" balas Nia.

"Gue nggak nyolot astagaa! Biar kalian tau aja gue banyak kerjaan!"

"Sombong amat lo!" Erlan hanya mengendikkan bahu.

"Eh gue usul dong, gimana kalo yang dapet ranking 1 aja di kelas 'kan OSIS itu pasti harus pinter 'kan," kata Ria seraya melirik Melodi dengan tatapan merendahkan.

Melodi merasa ada nada-nada tak mengenakan dari ucapan yang barusan terlontar. Menghela napas kasar, Hufftt, salah apa gue, tuh anak kenapa sih sensi amat sama gue. Heran!

"Hmm boleh juga," setuju Erlan. Melodi membelalakkan matanya.

"Kenapa harus gue sih? Kan banyak yang lebih pinter dari gue, gue nggak bisa ikut gituan!" protesnya tak terima.

"Yahh Mel, nggak papa kali, biar kelas kita ada pentolan OSIS gitu, syukur-syukur lo jadi ketosnya nanti," bujuk Erlan.

"Nggak!" tolak Melodi.

Erlan geram. "Mel!" Mata Melodi melotot. Ia tak suka dipakasa! Namun siswa lain pun tak mempedulikan mereka. Semua kembali pada kegiatannya masing-masing. Hanya beberapa sana masih menyimak perdebatan mereka dengan estetiknya.

"Kenapa gue sih yang kena ah!" Melodi kesal. Ia melirik Ria, si cewek kurang ajar yang sangat suka cari perhatian!

"Udah pokoknya lo titik. Kalo lo nggak terima gue laporin ke bu Lita lo!" ancam Erlan.

"Lah? Kok gitu? Yang lain aja kenapa sih?!"

"Mel ...," ucapnya tertahan. Melodi melirik Siska. Siska balik menatap.

"Yaudah iya, tapi jangan gue doang dong, 'kan minimal 1 brati lebih boleh," tukas Melodi.

"Okee, lo mau nunjuk siapa?" setuju Erlan.

"Siska sama Ria," sebut Melodi tersenyum. Siswi yang bernama Ria seketika membelalakan matanya.

"Eh nggak-nggak, kenapa gue, nggak mau!" protes Ria sedangkan Siska hanya menurut karena dalam hatinya pun ia ingin merasakan untuk ikut di organisasi tapi dia kurang yakin, yahhh mungkin emang ini jalannya, pikirnya.

"Yaudah kalo lo nggak mau, gue juga nggak mau!" ucap Melodi ringan. Emang enak, gue kerjain balik tau rasa lo!

"Yahhh Mel, yaudahlah Ri, mau aja demi kelas elahh" desak Erlan ke Ria.

Riya menatap tajam Melodi seraya bergumam pelan, "AWAS LO!"

Mampus lo, emang enak, enak aja nunjuk gue, Melodi tersenyum tipis. Tak apa ia harus mengikuti organisasi. Asal temannya senang.

***

"Cieee yang jadi CALON OSIS!"

"Apasihh."

"Ciee Melodiii ciee, huh seneng deh guee, gue doain semoga lo jadi anggota OSIS terus bisa jadi ketosnya deh haha."

"Lah ngapa lo yang seneng?" tanya Siska heran.

"Iyalahh gue bangga tau kalo orang terdekat gue punya jabatan," ucap Iza dengan cengirannya.

"Bingung gue, segitunya." Siska mengalihkan pandangannya dari Iza.

"Hehe."

"Mel main kerumah yuk," ajak Iza.

"Kapan?"

"Nanti."

"Nggak ah, 'kan nanti ada ekstra wajib, ntar gue pulang kerumah bisa malem," tolak Melodi.

"Yaudah sabtu yuk sekalian CFD-an."

"Emm kayaknya gue nggak bisa deh, ada urusan," kata Melodi dengan hati-hati.

"Yahh terus kapan dong," kecewanya.

Melodi pun mengendikkan bahunya karena tak tahu harus menjawab apa, "tau deh, lagian lo kenapa deh, tumben tiba-tiba gini nggak ada alesan yang jelas."

"Lo kok gitu Mel, kita 'kan udah lama nggak ngobrol-ngobrol cantik." Iza menaik-turunkan alisnya.

"Isshh apaan deh." Siska bergidik ngeri. Sejak tadi ia hanya menyimak Iza dan Melodi mengobrol. Ia harus menyelesaikan makanannya. Karena Iza dan Melodi sudah habis.

"Yaudah selasa deh, sekalian ngasih kado buat ultahnya Kak Arthur, dia pasti ajak gue makan dan lo juga pasti diajak jadi lo harus mau!" paksa Iza.

Mendengar nama keramat itu, sontak Melodi menolak dengan keras. "Enggak ah, lo kan tau gue nggak ngasih kado apa-apa, malu lah!"

"Ihh enggak papa lah pasti ada lo juga Kak Arthur udah seneng," kata Iza sambil tertawa.

"Kata siapa, dia pasti senengnya kalo nerima hadiah dari pacarnya. Gila kali lo. Nggak pokoknya."

"Gini ya sekarang, sombong lo, berubah!" Melodi jengah. Sifat Iza yang tak ia sukai itu muncul lagi. "Mulai deh sifat ambeknya," ujar Melodi.

Lagian, ini sepupuan pada ngatain gue sombong semua, pada janjian kali ya.

"Bodo!"

Tettt ... tett

Bersamaan dengan itu bel masuk berbunyi.

"Dahh ah gue mau masuk kelas, bye!" kata Iza.

"Gila ya tuh orang," komentar Siska. Kini ia sudah melihat sikap jelek dari seorang Iza.

Melodi menghela napas kasar. Apalagi ini.




To be continuous

EffortHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin