[28]

198 7 0
                                    

"Mel." Melodi menoleh ke sumber suara.

"Ada yang mau gue omongin," ucap Daniel yang berdiri di sisi bangkunya.

"Ngomong apa?"

Daniel mengedarkan pandangannya ke suasana kelas yang ramai penuh obrolan para murid.

"Masalah pertutoran," ucap Daniel dengan berbisik.

Melodi langsung paham. "Oh. Nanti kabarin aja mau di mana."

"Di kafe biasa. Kita bareng."

Melodi mengangguk cepat. "Oke." Setelah itu Daniel kembali ke bangkunya.

Melodi harap keinginannya untuk berhenti membantu Daniel bisa tercapai. Bukannya apa, tapi ia rasa Daniel sudah tak membutuhkan dirinya sebagai tutor. Mana ada begitu, Melodi tak pernah menjumpai ataupun mendengar ada yang sepertinya. Mengajari temannya sendiri belajar, memang anak kecil apa?

Pikiran Melodi teralihkan oleh Siska yang baru duduk di sebelahnya. "Lama banget di kamar mandi."

"Lo nggak tau sih, Mel. Tadi ada kehebohan di lorong IPS," balas Siska.

Melodi mengernyit. "Kehebohan?"

"Nih gue kasih tau. Tapi lo jangan marah atau gimana-gimana ya. Karena Lo nanya jadi gue jawab—"

"Ish iya, iya. Buruan deh pake kata pembukaan segala," sela Melodi yang malas mendengar Siska yang tidak to the poin.

Siska menyengir kuda. "Jadi ... tadi pas gue mau ke kamar mandi yang biasa itu lagi dibersihin, nah akhirnya gue ke kamar mandinya anak IPS. Eh gue liat Kak Arthur lagi sama cewek, kayaknya sih anak baru. Jadi kayak Kak Arthur lagi jadi pemandu buat ngenalin lingkungan sekolah, deh."

"Ya terus hebohnya apa, Siska?" Melodi gregetan dengan ucapan Siska yang tidak pada intinya.

"Sepanjang jalan gue ke kamar mandi itu, gue denger dari mereka yang suka gosip katanya mereka itu pasangan. Udah tunangan juga. Lo ... udah tau?" tanya Siska ragu. Ia tak mau menyinggung Melodi tapi ia rasa temannya itu harus tau.

"Gue tau, kok. Mereka emang udah tunangan," jawab Melodi dengan tersenyum.

"Lo nggak papa dengan itu?"

"Nggak papalah. Emang kenapa? Orang gue juga bukan siapa-siapanya."

"Iya, sih," balas Siska seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ah udahlah. Btw tadi Bu Wina belum dateng, kan?"

"Belum, kok. Kayaknya jam kosong, deh. Tapi masa nggak ada tugas ya?"

"Bentar, gue tanyain Erlan." Siska langsung berdiri dan menghampiri meja si pak ketua kelas.

"Lan! Ini jam kosong ya?"

"Iya." Tanpa repot-repot mengalihkan perhatiannya dari game di ponselnya, Erlan menyahuti Siska dengan singkat.

Hal itu membuat Siska berdecak kesal. "Terus nggak ada tugas?"

"Enggak."

"Ih jawabnya yang bener, dong! Masa ketua kelas gitu?"

"Gue sibuk. Udah sana, kita bebas tugas sampe nanti jam terakhir."

Karena terlanjur kesal merasa diabaikan, Siska kembali ke bangkunya.

"Lo denger sendiri, kan, Mel? Ah kesel gue dicuekin. Tau gitu nggak usah nanya."

"Udahlah, Sis. Kenapa sewot banget, sih?" heran Melodi.

"Ya kesel aja gue dicuekin gitu." Melodi menggelengkan kepalanya.

EffortWhere stories live. Discover now